ponsel. Karena tiba-tiba di layar utama telah muncul fitur salah satu platform pinjaman online alias pinjol. Karena saya termasuk  dalam golongan yang gagap teknologi alias gaptek, saya pun bertanya pada kawan saya yang sedikit banyak mengerti soal ini, bagaimana bisa fitur aplikasi pinjol tiba-tiba muncul di ponsel saya.
Pagi ini, saya sedikit terkaget ketika mengecekDia pun menjawab, memang terkadang fitur pinjol itu masuk ke ponsel kita secara tersamarkan. Jadi, ketika kita meng-klik suatu fitur, terutama fitur yang berbasis iklan di medsos, maka saat itulah aplikasi pinjol itu terbawa masuk ke dalam ponsel kita.
Atau bisa pula kemunculan fitur perusahaan pinjaman online itu merupakan algoritma, karena sebelumnya kita pernah menggunakan pinjaman online dari perusahaan lain.
Baiklah, penjelasannya sedikit banyak bisa saya terima.
Apapun itu, harus diakui, propaganda platform pinjol saat ini kian marak.
Yang kerap saya temukan, adalah ketika membuka media sosial Youtube. Â
Karena saya termasuk pengguna Youtube non-berbayar, maka sudah tentu dalam penayangan video yang saya saksikan kerap diselingi oleh iklan. Dan iklan yang paling saya sering saksikan, adalah iklan platform pinjol.
Juga demikian di beberapa akun Instagram yang berbasis media informasi publik. Kerap pula saya temukan iklan fitur pinjol yang mengiringi unggahan di akun tersebut.
Masifnya iklan pinjol ini, tentu tak lepas dari masih besarnya nilai pasar pinjol di Indonesia. Dan berpotensi meningkat pada tahun ini serta tahun-tahun mendatang.
Riset eConomy SEA 2023 yang dirilis Google, Temasek, serta Bain&Company yang dikutip CNBC Indonesia pada November lalu menegaskan hal itu. Nilai pinjaman digital Indonesia yang mencapai US$5 miliar -- setara sekitar Rp79 triliun -- berpotensi meningkat menjadi US$6 miliar -- setara sekitar Rp95 triliun -- pada tahun ini.
Riset tersebut juga menyatakan rerata tingkat pertumbuhan tahunan pinjaman digital akan melonjak tajam hingga 50% pada 2025. Dan diproyeksikan saldo buku pinjaman pada tahun terssebut akan mencapai US$15 miliar, atau setara sekitar RP239 triliun dengan menggunakan kurs saat ini.