Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kenapa Tidak Jadi Dosen Saja?

23 September 2023   20:45 Diperbarui: 28 September 2023   08:15 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Suatu ketika, saya berbincang dengan kolega saya, tentang latar belakang pendidikan. Dia adalah lulusan S1 Ekonomi Syariah, sedangkan saya dahulu lulusan Ilmu Politik.

Dan pekerjaan yang kami geluti saat ini adalah jurnalistik. Sepintas memang tidak in line dengan latar belakang studi kami dahulu. Namun dewasa ini tentu menjadi lazim di masyarakat, jika profesi yang digeluti berbeda dengan latar belakang pendidikan.

Selama menjalani dunia jurnalistik, kami pun pernah bertemu dengan sesama kawan yang menggeluti dunia jurnalistik namun tidak memiliki latar belakang studi Ilmu Jurnalistik, Ilmu Penyiaran, maupun Ilmu Komunikasi.

Ada jurnalis yang dulunya berkuliah di jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Antropologi, atau Sosiologi. Ya masih nyambung lah yaa, karena jurnalistik juga berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.

Namun ada juga kawan jurnalis saya yang ketika kuliah dulu mengambil jurusan kuliah Pertanian, MIPA, bahkan Teknik Sipil. Bahkan status cum laude yang mereka sandang saat kelulusan, tentu menjadi peengasan bahwa mereka selayaknya menekuni profesi yang sejalan dengan studi kuliahnya setelah lulus.

"Kenapa lu nggak jadi dosen saja, Di? Kan kalau dosen bisa lebih mengaplikasikan ilmu lu?" tanya kawan saya.

"Iya sih. Tapi gua ngerasa nggak cocok dan nggak mampu jadi dosen," jawab saya santai.

Ingatan saya pun melayang ke beberapa tahun silam, saat masih berstatus fresh graduate dan baru diterima kerja sebagai jurnalis di sebuah media ekonomi. Saat itu saya  bertanya pada kakak angkatan saya di kampus yang sudah lebih dahulu menjadi jurnalis

"Kita ini apa nggak salah pilih kerjaan ya, dari jurusan ilmu politik jadi jurnalis bidang ekonomi?"

"Ya kalau mau yang benar-benar cocok dan sesuai jurusan kita, ya jadi dosen lah," jawab kakak angkatan saya itu.

Pembicaraan soal menjadi dosen ini, sedang ramai di dunia media sosial dan media online, usai salah satu bacapres 2024 Ganjar Pranowo membahas soal menjadi dosen, dalam sebuah acara yang dipandu jurnalis senior Najwa Shihab.

Sejumlah akun media sosial mengunggah potongan dialog Ganjar dengan Najwa. Ganjar mengatakan "Lulusan terbaik masa jadi MC?" kepada Najwa sang pembawa acara.

Najwa spontan menjawab "Saya jurnalis lho, mas.."

"Kalau bukan MC, masa lulusan terbaik jadi jurnalis?" balas Ganjar.

Najwa kemudian menjawab bahwa jurnalis juga menjadi profesi yang membanggakan. Ganjar pun tak menyalahkan Najwa dengan pilihannya.  

Namun menurut mantan gubernur Jawa Tengah ini, lulusan terbaik juga menjadi harapan bagi kampus (perguruan tinggi) untuk masa mendatang, dengan mengajarkan ilmu yang dimiliki. Bacapres PDIP dan Partai Perindo ini nampaknya enggan melanjutkan perdebatan.

Medol dan medos pun serentak gaduh pasca potongan dialog tersebut. Bahkan opini di medol dan medsos pun mengarah pada Ganjar yang dinilai melecehkan profesi jurnalis.

Sementara dari sudut pandang yang lain di medsos, Ganjar dan Najwa, dinilai sama-sama merendahkan profesi MC. Ganjar dianggap beropini lulusan terbaik tak pantas menjadi MC, sementara Najwa dinilai tak perlu malu atau merasa rendah jika disebut sebagai MC.

Kawan saya di medsos bilang, Najwa juga harusnya terima saja jika dibilang sebagi MC oleh Ganjar. Karena nyatanya di acara yang berlangsung off air itu, otomatis dirinya menjadi MC, bukan jurnalis atau news anchor.

Wah, jadi melebar ke mana-mana ya.

Well, mungkin karena Ganjar adalah bacapres makanya medsos dan medol pun ramai membahas soal pernyataannya itu. Sedangkan kawan saya yang bukan siapa-siapa, bukan tokoh terkenal, jadi tidak akan menjadikan medsos dan medol menjadi heboh.

Hemat saya, tidak ada yang salah dengan pernyataan Ganjar. Najwa pun tidak salah. Putri pendakwah kondang Quraish Shihab ini pun usai acara tersebut, menilai pernyataan Ganjar lebih kepada pentingnya institusi pendidikan mendapatkan orang-orang terbaik (untuk menjadi pengajar).

"Yang penting kita semua sepakat, tiap profesi, baik jurnalis, MC, politikus, guru dan dosen, juga profesi lain, punya peran pentingnya masing-masing. Dan di tiap-tiap profesi, sangat dibutuhkan orang-orang terbaik," ujar Najwa dikutip Detik.com.

Saya setuju dengan Mbak Nana. Indonesia butuh orang-orang yang terbaik  di bidangnya, sesuai dengan kompetensinya.  

Yang memiliki kompetensi menjadi dosen, jadilah dosen terbaik. Yang merasa memiliki kompetensi menjadi jurnalis, jadilah jurnalis terbaik.  

Termasuk sosok yang terbaik untuk menjadi presiden di 2024 mendatang. Siapapun orangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun