Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Pinjam Dulu Seratus" di Tengah Maraknya Pinjaman Online

16 September 2023   13:45 Diperbarui: 18 September 2023   10:16 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun silam, seorang kawan meminjam uang pada saya. Tidak sampai setengah juta rupiah. Ia meminjam uang untuk membantu pengobatan ayahnya yang sedang sakit diabetes.

Beberapa hari kemudian, saya mendengar kabar ayah kawan saya meninggal dunia, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Saya pun mengatakan pada kawan saya, tidak perlu mengganti uang yang dulu ia pinjam. Hitung-hitung meringankan bebannya yang sedang ditimpa musibah kehilangan orang tercinta.

Namun kawan saya justru bersikukuh ingin mengembalikan uang pinjaman tersebut. Meski saya sudah menolak, namun ia tetap "memaksa" untuk melunasi utangnya kepada saya.

Kawan saya menganggap, akadnya di awal adalah dia meminjam uang, bukan meminta bantuan uang. Karena itu, ia berasumsi sampai kapanpun statusnya adalah uang pinjaman, yang harus dikembalikan.

Lain waktu, ada kawan saya yang lain tiba-tiba bertanya kabar melalui WhatsApp. Dan setelah bertanya kabar, pesan berikutnya yang dikirimkan adalah ingin meminjam sejumlah uang untuk kebutuhan hariannya, karena saat itu ia sedang menganggur dan dipusingkan oleh kebutuhan anak dan istrinya.

Saya pun langsung mentransfer sejumlah uang seperti yang ia minta. Namun kawan saya ini tak mengatakan kapan ia akan mengembalikan pinjaman uang itu.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tak ada kabar darinya perihal (rencana) pelunasan pinjaman uang darinya.

Suatu ketika, saya ada suatu keperluan dan berharap kawan saya bisa membayar ataupun mencicil utangnya agar uangnya bisa saya gunakan untuk keperluan itu.

Namun ketika saya hubungi dia, eh, beliau malah curhat masih menganggur dan keadaan ekonominya lebih buruk daripada saya. Oke, meski dia tak mengatakan langsung, namun saya anggap curhatannya itu adalah menyiratkan bahwa ia masih belum bisa mengembalikan uang pinjamannya kepada saya.

Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Saya kan bukan debt collector yang memang pekerjaannya adalah menagih utang.

Belakangan ini, perkara pinjam-meminjam uang, khususnya kepada teman, kembali ramai menjadi pembicaraan di ranah media sosial. Meme dengan caption "pinjam dulu seratus" kini kembali beredar menghiasi linimasa media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun