Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bukan Reunian yang Jadi Penyebab Perselingkuhan

20 Agustus 2023   19:19 Diperbarui: 21 Agustus 2023   03:12 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan reuni kecil-kecilan. (Sumber: Freepik)

Suatu ketika saya berkunjung ke rumah kawan saya, dan saya penasaran mengapa ayahnya saat itu sedang tidak berada di rumah.

"Bokap lagi jalan-jalan ke Pelabuhan Ratu, sama teman-temannya," ujar kawan saya. Dalam hal ini, sang ayah jalan-jalan bareng dengan beberapa kawan sekolah dasarnya.

Lain waktu, ada kenalan saya yang mengatakan jika ia menghadiri reuni, maka harus didampingi oleh istrinya. Pun demikian kawan-kawannya jika ingin hadir di reuni yang sama - menurutnya - diharapkan membawa pasangannya masing-masing.

Maksudnya supaya ajang reuni itu tidak berubah menjadi ajang cinta lama bersemi kembali alias CLBK dengan lawan jenis yang pernah ditaksir saat sekolah dahulu.

Argumen kenalan saya itu, seolah mendapatkan pembenaran saat beberapa waktu lalu heboh pemberitaan soal perceraian yang dilatarbelakangi oleh reuni.

Adalah Pengadilan Agama (PA) Kota Padang, Sumatera Barat yang pada akhir Mei 2023 lalu merilis, sepanjang bulan Mei tersebut, terdapat kurang lebih 100 permohonan pengurusan perceraian dan rata-rata alasannya adalah karena pihak ketiga.

Kepala PA Kota Padang, Nursal saat itu mengatakan pengajuan sebanyak 100 permohonan tersebut meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya, yang rata-rata hanya 60 pengajuan per bulan.

"Juga termasuk di antaranya ada phak ketiga, mungkin karena ada pengaruh ponsel atau WA, terakhir juga ada pertemuan reuni, mereka curhat, nyambung, kemudian kontak-kontakan, ya itulah gangguan pihak ketiga," ujar Nursal  seperti dikutip akun @bundsthetic dan dilansir viva.co.id pada 2 Juni 2023.

"Tuh kan, benar. Reuni rawan menyebabkan perselingkuhan" ujar kenalan saya yang seperti mendapat dukungan atas argumennya.

"Ya, mungkin saja benar reuni bisa menyebabkan perselingkuhan gara-gara CLBK alias 'cinta lama belum kelar'. Tapi berapa persen dari reuni yang memicu CLBK itu? Apa kalau seperti itu, yang salah adalah reuninya?" saya mendebat argumen kawan saya.

Pada dasarnya, reuni -- baik dalam konteks pertemuan resmi skala besar dengan kepanitiaan, maupun yang hanya dihadiri kawan yang dulunya satu circle atau satu tongkrongan -- adalah upaya mempertemukan kembali kawan-kawan yang dulu pernah ada dalam lingkungan yang sama, baik itu di sekolah, kampus, maupun di pekerjaan.

Ada yang mengatakan reuni selain menjadi ajang untuk menjalin kembali tali pertemanan yang renggang akibat kesibukan masing-masing, juga bisa menjadi sarana eksistensi diri, dengan melihat kembali bagaimana kehidupan di masa lalu serta pencapaian-pencapaian dalam hidup hingga saat ini.

Sejumlah pakar kesehatan jiwa pun menyebut reuni bisa menjadi upaya untuk mengurangi potensi terkena penyakit alzheimer. Yang umumnya menyerang seseorang ketika mencapai tahap lanjut usia.

Karena itu, setiap kali menghadiri reuni dengan kawan-kawan sekolah dan kuliah, saya selalu mencoba membuka pembicaraan dengan kenangan-kenangan di masa lalu, meskipun pada akhirnya pembicaraan soal kenangan itu pun menjadi bahan tertawaan seraya menggumam "Wah, ternyata dulu kita seperti itu ya, pernah nakal juga ya, atau pernah punya pengalaman yang memalukan ya,"

Nah, lantas bagaimana jika dalam reuni bertemu dengan mantan kekasih, yang tentunya tak berjodoh dengan anda? 

Tentu anda harus bersikap biasa saja. Bersikap sama seperti dengan kawan lainnya. Bukankah ketika anda dulu putus hubungan pacaran dengannya, anda dan dia kembali menjadi teman biasa.

Paling-paling, anda akan mendapat suara-suara 'godaan' sesaat dari kawan-kawan yang lainnya "Ciee..ciee....ketemu lagi nih," atau "Wauw....kayaknya ada perasaan yang belum kelar nih,".

Tapi saya percaya, kawan yang baik tidak mungkin menggoda atau mendorong kawannya untuk membuka peluang rasa cinta dengan mantan pacar itu timbul kembali. Teman yang baik pasti akan mendukung penuh keutuhan rumah tangga sahabat-sahabatnya.

Bagi yang belum pernah berpacaran dengan kawan yang hadir dalam reuni ya tak masalah. Namun bagaimana jika anda pernah menjadi 'player' di masa lalu dan mantan kekasih yang hadir di dalam reuni itu tak cuma satu, tapi dua atau bahkan tiga, dan anda bereuni sambil membawa pasangan hidup?

Ya tetap bisa santai juga kok. Karena di reuni itulah kepercayaan dengan pasangan hidup juga sedang diuji.

Bukankah dengan menikahi seseorang, maka harus dengan legowo menerima masa lalunya, baik dalam hal percintaan, perkawanan, bahkan perjalanan hidupnya yang mungkin pernah berkubang dalam lembah hitam.

Jadi, buat anda para istri yang ikut dalam acara reuni yang dihadiri suami, ataupun suami yang ikut dibawa istri bereuni, tentunya harus membuang jauh-jauh prasangka bahwa pasangan hidup anda akan 'kecantol' lagi dengan kawannya yang ikut reuni.

Yang tak diajak ke acara reuni oleh suami atau istrinya pun demikian. Tak perlu memaksa ikut jika pasangan anda tak berkenan untuk didampingi, apalagi sampai melarang pasangan ikut reuni karena takut terjadi CLBK. 

Perbanyaklah berprasangka positif bahwa pasangan anda bereuni untuk menyambung tali pertemanan dengan kawan-kawannya. Ingat, kawan-kawan itu bisa jadi lebih dulu hadir di kehidupan suami atau istri anda, sebelum dia kenal dan memutuskan untuk menikah dengan anda.

Hemat saya, anda pun perlu menghargai keberadaan kawan-kawan lama dari pasangan anda. Merekalah yang dulu hadir sebagai sahabat, tempat berkeluh kesah, tempat curhat, kawan dalam senang maupun duka, sebelum pada akhirnya sosok yang kini menjadi suami atau istri dalam perjalanan hidupnya mengenal anda, kemudian berjanji untuk menjadi pasangan selamanya melalui perjanjian yang sakral dan agung kepada Tuhan dan memindahkan seluruh fungsi pertemanan itu kepada anda sebagai teman hidupnya, dengan porsi yang lebih besar. 

Dan jika pasangan anda berencana melakukan reuni sekaligus touring, seperti yang dilakukan oleh ayah kawan saya yang saya ceritakan di atas, seyogianya dipersilakan saja, dengan harapan bisa me-refresh pikiran dengan kehadiran sahabat-sahabatnya, termasuk agar bisa menekan potensi terkena alzheimer.

Jikalau anda dan pasangan anda benar-benar memahami arti dan makna diselenggarakannya reuni, tentu akan paham bahwa reuni bukan menjadi pintu pembuka untuk 'bermain di belakang' alias berselingkuh.

Bukankah Richard Evans dalam buku Lost in December menuliskan The sweetness of reunion is the joy of heaven.

Nah kalau setelah reuni malah 'bermain api', jadinya bukan 'joy of heaven' dong, tapi malah jadi 'hellfire'.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun