Belum hilang ingatan publik sepak bola Indonesia atas batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia pada tahun ini -- yang kemudian diselenggarakan di Argentina - Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) pada pekan lalu resmi mengumumkan untuk menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.
Keputusan penunjukan Indonesia ini bisa dibilang mengejutkan, mengingat persaingan yang juga tinggi antar negara untuk menjadi tuan rumah kejuaraan dunia sepak bola ini. Meski demikian, FIFA dalam laman resminya tak menjelaskan secara rinci mengapa memilih Indonesia.
Namun menurut Ketua Umum PSSI Erick Thohir, kemungkinan besar ada 3 hal yang membuat FIFA mempercayakan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 untuk tahun ini. Yakni keberhasilan meraih medali emas SEA Games Kamboja, keberhasilan menggelar FIFA Match Day melawan Palestina dan Argentina yang berlangsung dengan lancar, serta keberhasilan menjadi tuan rumah kualifikasi Piala Asia U-17.
Lebih dari itu, Erick menilai penunjukan FIFA ini harus disyukuri oleh publik sepak bola Indonesia. Karena menunjukkan kepercayaan FIFA kepada Indonesia masih tinggi, tentunya dalam konteks perbaikan persepakbolaan Indonesia pasca Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.
Adapun pelaksanaan Piala Dunia U-17 menurut rencana yakni pada 10 November 2023 hingga 2 Desember mendatang. Namun PSSI belum memutuskan stadion mana saja yang akan digunakan sebagai venue pelaksanaannya.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Sabtu 24 Juni lalu, Erick mengatakan penunjukan stadion yang akan digunakan untuk Piala Dunia U-17 belum bisa diputuskan saat ini, karena masih menunggu keputusan FIFA yang akan mengirim tim ke Indonesia.
"FIFA akan mengirim tim (untuk menginspeksi kesiapan stadion) karena kebutuhan untuk Piala Dunia U-17 dengan Piala Dunia U-20 bisa saja berbeda," ujar Erick. Ia pun menegaskan tidak ingin berspekulasi lebih jauh soal penunjukan stadion penyelenggara event dua tahunan itu.
Satu yang menjadi perhatian publik adalah di tengah-tengah penyelenggaraan Piala Dunia U-17 itu, di Jakarta akan digelar konser grup band Coldplay, tepatnya tanggal 15 November 2023, yang menurut rencana akan diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK).
"Bentrok" jadwal Piala Dunia U-17 dan konser Coldplay ini juga nyatanya menjadi perhatian PSSI. Meski Erick kembali mengaskan dirinya tak mau berspekulasi lebih jauh soal penggunaan stadion sebelum tim dari FIFA datang menginspeksi untuk pertimbangan penunjukan stadion penyelenggara Piala Dunia U-17.
Bagi pria yang juga menteri BUMN ini, kedua event dengan jadwal bersamaan tersebut sama-sama penting bagi Indonesia, karena akan menjadi sorotan dunia internasional, meski dalam sisi yang berbeda. Sehingga keputusan untuk mengutamakan Piala Dunia U-17 atau konser Coldplay menjadi bagaikan buah simalakama.
"Jadi saya tidak bisa menyatakan apakah Coldplay itu mundur atau tetap. Pasti itu yang harus kami carikan solusi. Kami duduk bersama (dengan pihak-pihak terkait) untuk mencari solusi," kata Erick.
Namun Erick berharap ketika ada FIFA Match Day, lapangan utama untuk tim nasional harus "bersih".
Nah, ketika nanti tim inspeksi FIFA datang ke Indonesia untuk mengecek kesiapan stadion dan infrastruktur pendukung untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-17, mungkin seyogianya pengurus PSSI serta pihak-pihak yang terkait, memberitahu bahwa akan diselenggarakan konser Coldplay pada tanggal 15 November 2023 mendatang.
Dengan adanya pemberitahuan tersebut, mungkin saja akan ada win win solutions, agar penyelenggaraan Piala Dunia U-17 dan konser Coldplay bisa diselenggarakaan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Akan tetapi, jika memang FIFA kelak memutuskan Stadion Utama GBK menjadi salah satu venue untuk pelaksanaan pertandingan Piala Dunia U-17, maka tentulah harus dilakukan "duduk bersama" antara FIFA, PSSI, dan penyelenggara konser Coldplay, agar bisa menghasilkan keputusan yang terbaik.
Adapun FIFA sendiri sebenarnya bukan organisasi yang kaku soal penggunaan stadion.
Dalam dokumen resmi Football Stadiums: Technical Recommendations dan Requirements, disebutkan "Stadion sepak bola dapat digunakan untuk acara hiburan, seperti konser, festival, aksi teater, dan acara lainnya."
Bisa kita lihat seperti di Stadion Wembley di London, Inggris, yang kerap digunakan sebagai venue kegiatan non sepak bola, seperti pertandingan tinju hingga konser musik. Bahkan salah satu konser musik grup band legendaris Queen yang paling memorable adalah konser akbar di Stadion Wembley tahun 1986.
Di dalam negeri, grup legendaris Dewa 19 juga menggunakan Jakarta International Stadium sebagai lokasi pagelaran konser akbar 20 tahun kiprah mereka di kancah musik Indonesia.
Pada dokumen yang disebutkan di atas, FIFA pun menganjurkan stadion untuk bisa mengadakan acara olah raga lain (di luar sepak bola) dan juga acara hiburan yang bertujuan untuk mendapatkan pemasukan yang akan membiayai operasional stadion tersebut.
Namun penggunaan stadion sepak bola untuk kegiatan non-sepak bola bukannya tak pernah tanpa keluhan dari praktisi sepak bola.
Pada tahun 2014, manajer timnas Inggris saat itu, Roy Hodgson marah karena lima hari sebelum anak asuhnya melakoni laga kualifikasi Euro 2016, Stadion Wembley dipakai untuk pertandingan American Football. Akibatnya, Hodgson menyebut lapangan menjadi tidak dalam kondisi terbaik untuk digunakan pertandingan sepak bola.
Di tingkat lokal, yang terbaru anda tentu masih ingat dengan tagar #gelorabuatkonser yang heboh di Twitter pada awal Maret lalu.
Diduga tagar tersebut muncul seiring pertandingan lanjutan Liga 1 antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung yang dijadwalkan berlangsung pada 4 Maret 2023 di Stadion Utama GBK, ditunda karena jadwal yang berdekatan dengan jadwal konser girlband Blackpink.
Pertandingan "El Classico Indonesia" itu akhirnya harus "mengalah" dan digelar di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Dan konser Blackpink tetap diselenggarakan sesuai jadwal pada 11 -- 12 Maret 2023.
Akan tetapi, pagelaran konser Blackpink mengakibatkan rumput Stadion Utama GBK menjadi rusak. Dampaknya, timnas Indonesia juga harus "mengungsi" ke Stadion Patriot Chandrabhaga untuk melakoni FIFA Match Day melawan timnas Burundi.
Erick Thohir pun saat itu kecewa dengan rusaknya rumput Stadion Utama GBK. Sehingga ia melarang stadion yang dibangun di era Presiden Soekarno itu untuk digunakan kegiatan olah raga maupun kegiatan lainnya sampai dengan Piala Dunia U-20 diselenggarakan.
Namun nyatanya di kemudian hari FIFA membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia, dan sebagai gantinya Argentina-lah yang menjadi tuan rumah kejuaraan kelompok usia ini.
Terlepas dari adanya suara-suara anti kedatangan timnas Israel menjelang pelaksanaan Piala Dunia U-20 -- sebelum akhirnya status tuan rumah Indonesia dibatalkan -- FIFA dalam surat pernyataannya saat itu menyebut pembatalan Piala Dunia U-20 diselenggarakan di Indonesia mengacu pada "kondisi terkini".
Beberapa kalangan, termasuk saya, saat itu mencoba menafsirkan yang dimaksud "kondisi terkini" yang menjadi penyebab batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia alih-alih akibat penolakan terhadap keikutsertaan timnas Israel, namun karena sarana dan prasarana penyelenggaraan yang belum siap sepenuhnya.
Contohnya rumput stadion yang rusak usai konser Blackpink, tentu ini juga menjadi sorotan FIFA. Karena sebelumnya FIFA sendiri tidak menganjurkan konser digelar beberapa bulan sebelum Piala Dunia U-20 akan digelar - sebelum dibatalkan - di Indonesia.
Baiklah, mari saat ini kita tunggu bagaimana keputusan FIFA soal stadion mana saja yang akan digunakan untuk Piala Dunia.
Jika nanti memang Stadion Utama GBK juga diputuskan menjadi salah satu venue-nya, semoga sudah ada solusi yang terbaik pula untuk pelaksanaan konser Coldplay, tentunya setelah para pihak yang terkait melakukan perundingan.
Apabila FIFA kelak memutuskan Stadion Utama GBK menjadi venue Piala Dunia U-17 dan harus steril pada saat menjelang ada pada periode penyelenggaraan turnamen, maka tentunya para pemangku kepentingan termasuk calon penonton konser Coldplay harus legawa jika memang lokasi konsernya harus dipindah.
Dalam hal ini, tentu akan ada kekecewaan atau keberatan dari para penggemar Coldplay yang sudah bersiap-siap menyaksikan aksi panggung Chris Martin dan kawan-kawan dari dekat di Stadion Utama GBK. Dengan asumsi first come first serve.
Namun karena yang "menyelak" ini adalah bukan sekadar pertandingan liga namun turnamen tingkat dunia, dan implkasinya terhadap Indonesia juga sangat besar, maka seyogianya Stadion Utama GBK digunakan sesuai urutan fungsinya, yakni sebagai sarana pertandingan sepak bola.
Yang jelas, harus sesegera mungkin diputuskan kepastian penggunaan Stadion Utama GBK dalam kasus "bentrok" jadwal antara Piala Dunia U-17 dengan konser Coldplay ini. Mumpung masih ada waktu lima bulan lagi untuk menyiapkan skenario alternatifnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H