Selain itu, tindakan ikut-ikutan, atau dalam istilah ilmiahnya konformitas, menjadi salah satu pendorong seorang suporter melakukan sesuatu walaupun tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Mengapa demikian? Karena melalui konformitas, seorang individu dapat menunjukkan keberadaan dirinya dalam suatu kelompok sehingga mereka memperoleh identitas sosialnya, serta memperoleh dukungan emosional dari kelompoknya.
Tidak hanya potensi gesekan di dalam stadion, nyatanya selama ini gesekan yang lebih besar justru berpotensi terjadi di luar stadion. Seperti di jalan yang dilalui oleh suporter yang away days, serta di sekitar stadion yang pengawasan keamanannya tidak seketat di dalam stadion.
Anda mungkin pernah, atau kerap mendengar dan menyaksikan berita soal kericuhan yang melibatkan suporter dengan warga sekitar jalur yang dilalui oleh suporter yang away days.
Soal ini, saya pun pernah membahas secara khusus dalam sebuah tulisan, dengan pertanyaan di akhir pembahasan: Haruskah away days dihentikan sementara.
Baca juga:Â Perlukah Away Suporter di Indonesia Dihentikan Sementara?
Away days, sebenarnya memberi warna yang menunjukkan keberagaman dalam sepak bola, dan bisa jadi merupakan ujian loyalitas suporter untuk tim yang dicintai dan didukungnya.
Di Indonesia, cerita soal away days tak sekedar kisah seorang pendukung fanatik sebuah klub menyaksikan pertandingan klub favoritnya di kandang lawan, tapi juga soal bagaimana suporter itu bisa berangkat ke kota kandang lawan, cerita di sepanjang perjalanan, bahkan cerita berhari-hari tinggal di kota tempat dilaksanakannya pertandingan.
Away days juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang memperkuat persahabatan antar suporter tuan rumah dengan suporter tim tamu. Ini kerap ditunjukkan dengan duduk berbagi tribun, berbalas nyanyian, dan keliling lapangan bersama antara pentolan suporter tuan rumah dengan suporter tim tamu.
Namun demikian, rivalitas nampaknya masih menjadi faktor yang sangat-sangat perlu diperhatikan sebelum salah satu kelompok suporter melakukan away days ke kandang tim rival, terutama yang memiliki rekam jejak yang kelam.
Misalnya touring suporter Jakmania---pendukung Persija---ke Bandung saat Persija bertanding away melawan Persib. Meski di tataran pentolan suporter sudah dilaksanakan ikrar perdamaian, namun sepertinya di kalangan akar rumput away days masih belum bisa dilakukan, dengan sejumlah pertimbangan, khususnya pertimbangan keamanan.
Kita tentu tak bisa lupa, pada September 2018 lalu, salah seorang pendukung Persija bernama Haringga Sirla, meninggal dunia usai dianiaya dengan sangat sadis dan di luar batas kemanusiaan oleh sejumlah oknum beratribut suporter Persib Bandung.