bola menjadi 'anak emas' daripada atlet cabang olahraga lainnya.
Di balik gegap gempita konvoi atlet Indonesia yang meraih prestasi di Sea Games 32 Kamboja 2023 di jalan protokol Jakarta dan berakhir di Gelora Bung Karno, muncullah kesan atlet cabang sepakKesan itu mencuat antara lain karena atlet cabang sepak bola diarak dengan menggunakan bus tingkat Transjakarta dengan atap terbuka, sementara atlet cabang lain menggunakan kendaraan karnaval biasa dan bus wisata lainnya seperti Bandros (dari Bandung) dan Uncal (dari Bogor) yang notabene menggunakan bus berukuran medium alias tiga perempat.
Kesan istimewa pada atlet sepak bola juga muncul karena konvoi yang semula dijadwalkan mulai pukul 08:00, menjadi dimulai pukul 08:40 karena menanti kedatangan timnas sepak bola U-22 itu.
Keriuhan soal penganakemasan atlet sepak bola pun kian mencuat, usai atlet senior cabang renang I Gede Siman Sudartawa memutuskan untuk walk out dari arak-arakan tersebut dan pulang lebih cepat. Siman mengaku kecewa karena konvoi atlet harus menunggu timnas sepak bola datang terlebih dahulu
"Saya merasa kami tidak dihargai. Kami datang awal waktu, tetapi disuruh menunggu. Kami sama-sama dapat medali. Jangan terlalu dispesialkan ke salah satu cabor saja," kata Siman seperti dilansir sejumlah warta.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pemuda dan Olah Raga Ario Bimo Nandito Ariotedjo mengatakan timnas sepak bola terlambat hadir untuk mengikuti arak-arakan bersama atlet lainnya karena perjalanan bus kirab sepak bola ke kantor Kemenpora terhambat oleh antusiasme masyarakat yang hadir langsung untuk menyambut pasukan Indra Sjafri ini.
Menteri yang akrab disapa Dito ini juga menambahkan, sebenarnya pemerintah juga sudah memesan armada Transjakarta untuk digunakan mengangkut seluruh atlet yang mengikuti kirab, namun hanya ada satu bus Transjakarta yang beratap terbuka, sehingga hanya bisa digunakan untuk mengangkut atlet cabang sepak bola beserta ofisialnya saja.
Lantas apakah kritik Siman soal penganakemasan cabang sepak bola itu kurang tepat? Sebenarnya tidak juga. Ada sisi benarnya terutama jika kita menyaksikan pawai kemarin dalam siaran langsung di layar kaca.
Dito selaku menpora terlihat di layar kaca lebih dominan berada di bus Transjakarta pengangkut atlet dan ofisial cabang sepak bola, tentunya bersama koleganya sesama menteri yakni Erick Thohir yang notabene adalah ketua umum PSSI.
Apalagi, bus Transjakarta yang ukurannya lebih besar daripada kendaraan peserta konvoi lainnya, tentu menjadikan atlet dan ofisial cabang sepak bola menjadi pusat perhatian dari masyarakat yang menyaksikan langsung iringan atlet sepak bola maupun  cabang olah raga lainnya yang telah mendulang prestasi di Sea Games Kamboja 2023.
Akan tetapi, mungkin Siman pun juga harus bijak dan legawa ketika para pahlawan sepak bola di Sea Games Kamboja ini mendapat sorotan lebih dari masyarakat yang hadir langsung menyaksikan pawai, termasuk dari Dito selaku menpora.
Kalaupun dibalik, Siman dan atlet-atlet lain non sepak bola naik bus kap terbuka Transjakarta sementara atlet dan ofisial cabang sepak bola naik kendaraan lain yang ukurannya lebih kecil, bisa jadi tetap saja perhatian dan sambutan masyarakat yang hadir akan lebih besar kepada atlet sepak bola.
Saya tidak bermaksud mengecilkan atau bahkan mengacuhkan perjuangan Siman dan atlet-atlet Indonesia lainnya di cabang non sepak bola yang sudah berjuang di ajang Sea Games Kamboja 2023 lalu. Apalagi seperti kita ketahui, tuan rumah seolah menghalalkan segala cara untuk mendongkrak prestasi demi gengsi sebagai penyelenggara.
Tapi tokh pada akhirnya hasil tidak mengkhianati usaha. Indonesia mampu finis di tiga besar di bawah Vietnam dan Thailand. Total kontingen Indonesia mengumpulkan 87 emas, 81 perak, dan 109 perunggu.
Selain satu emas melalui cabang sepak bola, raihan 86 emas lainnya tentu harus sangat kita apresiasi sebagai prestasi yang dicapai dengan tidak mudah. Termasuk satu emas yang diraih oleh Siman Sidartawa di nomor 50 meter putra.
Nah, jika bicara soal sambutan yang lebih besar pada kontingen cabang sepak bola, tentu kita semua memaklumi jika sambutan yang lebih besar dan antusias diberikan pada kontingen dari cabang ini.
Pertama. Sepak bola Indonesia sudah puasa gelar selama 32 tahun sejak terakhir meraih medali emas Sea Games Filipina 1991.Â
Memang, Indonesia pernah meraih juara Piala Kemerdekan tahun 2008, namun gelar itu terasa hambar karena diraih dengan cara menang W.O atas Libya yang pada awal babak kedua partai final tak kembali ke lapangan usai mendapat intimidasi dari ofisial timnas Indonesia.
Jadilah gelar medali emas Sea Games 1991 masih dianggap sebagai prestasi terakhir timnas sepak bola Indonesia sampai dengan kembali meraih medali serupa di Sea Games Kamboja 2023.
Kedua. Sepak bola adalah olah raga paling populer di Indonesia.Â
Secara kasat mata saja bisa dibandingkan antusiasme masyarakat yang hadir di stadion-stadion sepak bola jika tim nasional atau klub-klub sepak bola bertanding. Berbeda dengan cabang olah raga prestasi lainnya---termasuk cabang olah raga renang yang ditekuni Siman Sidartawa---jumlah penontonnya lebih sedikit dibanding penonton pertandingan sepak bola.
Tak heran jika antusiasme yang sangat besar juga ditunjukan oleh masyarakat yang hadir langsung untuk memberi ucapan selamat secara langsung kepada para punggawa tim nasional yang sudah meraih medali emas Sea Games Kamboja 2023.
Ketiga. Keberhasilan timnas sepak bola di Sea Games lalu juga terasa euforianya, karena menjadi pelipur lara atas kegagalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia pada tahun ini.Â
Kekecewaan masyarakat sepak bola Indonesia yang batal menyaksikan ajang sepak bola kelas dunia digelar di Tanah Air, terobati dengan perjuangan Rizki Ridho dan kawan-kawan terutama di partai final yang sempat membuat dag-dig-dug.
Lagipula, kegiatan pawai atlet Sea Games 2023 kemarin, memang semula merupakan inisiatif dari PSSI. Rencana ini--seperti dikatakan Exco PSSI Aria Sinulingga--kemudian dikolaborasikan dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
Akan tetapi, jika bicara soal sambutan dan perlakuan yang lebih besar pada kontingen cabang sepak bola, tokh ada kalanya pula sambutan pada atlet cabang non sepak bola juga tak kalah besarnya.
Ini pernah saya rasakan ketika pasangan Tontowi Ahmad - Liliana Natsir tiba di Indonesia usai meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016 lalu. Nama Tontowi dan Liliana terus disebut dan dielu-elukan oleh masyarakat yang hadir langsung di Terminal Kedatangan Bandara Soekarno-Hatta.
Namun masyarakat yang hadir saat itu tak ada yang mengelu-elukan tim nasional sepak bola Indonesia. Lhah gimana mau dirayakan prestasinya, ikut olimpiade aja enggak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H