Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika 'Kamu Naenya?' Menjadi Bahan Candaan Terbaru

21 November 2022   15:55 Diperbarui: 21 November 2022   15:53 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alif, pemilik akun Tiktok @alif_cepmek (Sumber: Tiktok via Kompas.com)

Pagi ini, saya seperti biasa memulai pekerjaan rutin hari Senin di bilangan Jakarta Pusat. Aktivitas kerja saya hari ini diawali dengan obrolan santai bersama para kolega sebelum jam kerja dimulai.

Di tengah-tengah obrolan, si kawan yang saya ajak ngobrol ini bergurau "Ntar kalo bos datang terus nanyain pekerjaan kita, lu jawab aja: Kamu naenya...? Kamu bertaenya-tanya? Ente kadang-kadang ente ya...."

"Gila lu....ntar langsung turun SPE1 lhoo, alias Surat Peringatan Etika 1, hahaha," saya membalas candaannya.

Ya, kata-kata "Kamu naenya"? itu dalam hampir sebulan belakangan menambah daftar kata-kata yang berasal dari dunia maya lalu populer dan kerap disebutkan di dunia nyata. Kata-kata itu pulalah yang mengukuhkan keterkenalan Alif, sang pemilik akun @alif_cepmek itu.

Alif pun kini menambah lagi sosok yang tersohor usai postingannya viral di media sosial. Ia sudah sejajar dengan Intan Sriastuti yang terkenal usai menyanyi lagu Reihan Baik. Atau Shinta dan Jojo yang me-lipsync lagu Keong Racun satu dekade lebih yang lalu.

Namun tidak seperti Intan yang hanya terkenal karena menyanyikan lagu Cukup Dikenang Saja versi dirinya sendiri, durasi kepopuleran Alif agak lebih lama, karena ia sebelumnya mendaulat dirinya sendiri sebagai Dilan KW.

Untuk meyakinkan followersnya bahwa ia adalah , versi 'beta' dari tokoh novel ciptaan Pidi Baiq itu, Alif pun meniru gaya berpakaian dan berbicara ala Dilan. 

Sebelum dikenal dengan kata-kata "Kamu anenya?", ia dikenal dengan istilah gaya rambut cepmek alias cepak mekar, yang menambah hal yang bisa kita ingat dari konten Tiktoknya.

Alif pun dengan cerdas memainkan gimmick kondisi ekonomi keluarganya yang masuk kalangan menengah bawah. Dia tinggal di sebuah gang sempit permukiman padat di bilangan Jakarta Barat. 

Kondisi ekonomi keluarga seperti ini nyatanya memang laku untuk dijual sebagai gimmick dalam dunia seni elektronik, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Sehingga bisa menambah bumbu kisah keterkenalan pesohor.

Keterkenalan Alif juga seolah mengukuhkan Tiktok sebagai salah satu media sosial yang kini banyak digunakan oleh kaum Zilenial, termasuk di Indonesia. The New York Times dalam salah satu ulasannya menyatakan, Tiktok sangat tergantung pada mesin kecerdasan buatan (AI) untuk menyusun dan membuat aliran konten yang disesuaikan dengan kecenderungan kesukaan tiap penggunanya.

Konten-konten ringan yang di Indonesia sering disebut "receh" alias tidak penting tetapi menghibur cukup mendominasi. Khususnya di media sosial, terutama di TIktok.

Akan halnya media sosial saat ini pun menjelma menjadi sebuah alat komunikasi bagi manusia yang tidak bisa bercerita secara langsung kepada sesama manusia, namun ingin suaranya didengar oleh orang lain.

Hal ini kemudian merujuk pada data riset yang dilakukan oleh NYTimes bahwa sebanyak 81% alasan orang-orang membagikan cerita pribadinya di media sosial karena mereka ingin berinteraksi sosial dan menyebarkan pendapatnya sehingga didengarkan oleh publik kemudian mereka mendapatkan respons berupa komen.

Lantas mengapa sosok seperti Alif yang berusia 18 tahun dan Intan si Rehan Baik yang beruisa 21 tahun mudah menjulang namanya di Tiktok? Fenomena ini bisa ditelaah dari laporan We Are Social, semakin muda usia maka semakin lama durasi dalam menggunakan media sosial.

Laporan tersebut mencatat, pada kelompok usia 16-24 tahun atau termasuk Gen Z rata-rata menggunakan media sosial dengan durasi terlama. 

Pada kategori perempuan di rentang usia ini rata-rata menghabiskan 193 menit per hari untuk bermain media sosial, sedangkan laki-laki selama 163 menit per hari.

Dan selama dua tahun belakangan, masyarakat dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Situasi ini memaksa seseorang untuk berinteraksi secara online dengan memanfaatkan media sosial. Tak hanya untuk berinteraksi, media sosial juga kerap digunakan untuk berbagi kehidupan sehari-hari.

Tak sedikit Gen Z yang mengekspresikan diri melalui unggahan foto maupun video, serta berbagi kehidupan pribadinya di media sosial. Kendati, terkadang apa yang terlihat di media sosial tidak selalu berbanding lurus dengan kehidupan nyata. 

Meski tak jarang pula generasi X, generasi Y, bahkan Baby Boomers pun memiliki hasrat untuk menjadi terkenal di dunia maya, melalui sejumlah platform yang ada.

Nah, bagaimana dengan anda Kompasianers? apakah anda termasuk golongan yang punya hasrat untuk eksis di dunia maya?

Kamu naenya? Kamu bertaenya-taenya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun