Setelah kiprah Warkop DKI di dunia sinema meredup pasca hanya menyisakan 1 personel, hadirlah film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! (part1 tahun 2016 dan part 2 tahun 2017). Film ini pun terbukti sukses di pasar sinema tanah air  Â
Dan seperti dilansir Antara, Warkop DKI Reborn part 1 sukses menggaet 6.858.161 penonton, dan sekuelnya alias Warkop DKI Reborn part 2 berrhasil meraup 4.083.190.
Jumlah penonton pun semakin berkurang saat Falcon Pictures merilis part 3-nya. Di film yang dibintangi Aliando Syarif (Dono), Adipati Dolken (Kasino) dan Randi Nidji (Indro) ini, penonton yang menyaksikan hanya 843.499 saja. Penurunan ini nampaknya menjadikan rumah produksinya tak lagi melanjutkan sekuelnya.
Nah, kalau anda termasuk penggemar Warkop DKI di era mana? Apakan 80an atau 90an?
Kalau saya pribadi termasuk penggemar film-film Warkop era 80an. Meski pada saat itu saya belum bisa merasakan kemeriahan bioskop saat memutar filmnya---karena usia saya masih balita---namun dari cerita-cerita orang-orang terdahulu bisa saya bayangkan ramainya studio bioskop yang memutar film Warkop di era 80an.
Ada 2 film Warkop era 80an yang bagi saya menarik. Karena menyajikan sketsa cerita yang 'berat' jika diantara film-film Warkop yang pernah dibuat.
Kedua film itu yakni Manusia Enam Juta Dolar (1982), serta Sama Juga Bohong (1986). Dua film ini bisa dikatakan film Warkop DKI dengan premis cerita yang serius dan lebih minim humor dibanding film-film Warkop DKI lainnya, meskipun bumbu-bumbu humor yang biasa muncul di film Warkop DKI tetap coba dihadirkan.
Menjadi maklum ketika dua film ini disutradai oleh dua sosok yang pada masa itu lebih dikenal sebagai sutradara film bergenre drama, yakni Ali Shahab (Manusia Enam Juta Dolar) dan Chaerul Umam (Sama Juga Bohong).
Dan kedua film ini pun memiliki sebuah kesamaan cerita, yakni misi menyelamatkan penyanyi yang sedang ditahan. Bedanya, di Manusia Enam Juta Dolar penyanyi Rita Aduhai Merdu Banget (Eva Arnaz) diselamatkan Dono dari penculik, sementara di Sama Juga Bohong, Dono menyelamatkan Chintami (Chintami Atmanagara) dari manajernya yang tak setuju dengan pertunjukannya.
Sekarang, sebagai fans Warkop DKI, ada satu yang masih saya nantikan. Yakni film yang memvisualisasikan kisah perjalanan grup atau biographical motion picture (biopic) dari Warkop DKI itu sendiri.
Selama ini  mungkin kita pernah menyaksikan kisah grup Warkop Prambos dan Warkop DKI melalui penuturan personilnya, maupun orang-orang yang pernah terlibat langsung dengan grup tersebut. Bahkan kisah tersebut pernah dijadikan dalam sebuah tulisan buku berjudul "Main-main Jadi Bukan Main".