"Urusan politik? Ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa....Meskipun...meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini,"
Kata-kata Presiden Joko Widodo dalam Rakernas Kelompok Projo (Pro Jokowi) ini bagi sebagian orang---termasuk bagi saya---mungkin bukan kata-kata biasa, alias bukan kata-kata yang sekedar menenangkan para anggota Projo yang menginginkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai suksesor Jokowi sebagai pucuk pimpinan negeri.
Nyatanya. Setelah Jokowi mengucapkan kata-kata tersebut, para anggota rakernas yang hadir pun meneriakkan "Pak Ganjar....Pak Ganjar". Seolah mengiyakan kata kata "Yang kita dukung ada di sini" tak lain tak bukan adalah Ganjar Pranowo yang juga hadir di acara tersebut.
Sebelumnya, Ganjar tak diundang dalam Halal bihalal PDI-P Jateng 7 Mei lalu. Entah perlakuan negatif ini hanya sekedar gimmick, tes ombak, atau apapun itu, karena pada dasarnya politik bersifat cair dan dinamis.
Setelah tak diundang dalam halal bihalal PDI-P Jateng, Ganjar pun dihadirkan dan dielu-elukan dalam Rakernas Projo yang juga dihelat di Jawa Tengah. Hal itu pun tak lepas dari pengaruh Jokowi , yang tentu tak akan sembarangan dalam memilih diksi yang akan disampaikan dalam pidato di hadapan pendukungnya.
Dalam artikel The Idea of Power in Javanese Culture, Ben Anderson (1972), digambarkan orang Jawa percaya pada wahyu kekuasaan yang bisa berpindah dari satu orang ke yang lainnya dalam wujud yang konkret.
Hal ini berkebalikan dengan paham kekuasaan a la barat. Yang menganggap kekuasaan adalah hasil kontestasi politik. Dalam pemikiran barat, kekuasaan boleh dimiliki siapa saja asalkan lolos dalam segenap seleksi menuju kekuasaan, bukan pada wujud titisan atau  garis kekuasaan dalam diri seseorang.
Dalam dunia stand up comedy, ada istilah set up dan punch line. Set up bertujuan untuk membangun suasana untuk penonton. Dan jika suasana itu sudah terbangun, maka sang komika akan mengeluarkan punch line sebagai respons atas set up yang sudah tersusun.
Nah, dalam konteks pidato di hadapan Relawan Projo, Jokowi benar-benar memainkan pakem set up dan punch line a la stand up comedy, tentunya dalam versi yang serius.
Jadi, jika kata -- kata "Ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa" merupakan set up untuk menarik perhatian hadirin, maka kata-kata "Yang kita dukung ada di sini" itulah punchline-nya.
Februari 2024 sudah kian dekat. Apalagi Agustus 2023 kampanye sudah dimulai.
Kembali ke konsep kekuasaan Ben Anderson. Jika pelaksanaan Pemilu merupakan perwujudan teori kekuasaan a la barat, maka pidato Jokowi di hadapan relawannnya tempo hari merupakan pengejawantahan kekuasaan a la Jawa.
Yang jelas, sebagai rakyat biasa saya hanya berharap suksesor Pak Jokowi sebagai orang nomor satu di negeri ini, kelak bisa membawa negeri ini menjadi lebih baik.
Sesederhana itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H