Mohon tunggu...
Agus Zain Abdullah ElGhony
Agus Zain Abdullah ElGhony Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Rabiul Awal 2024: Nilai Kenabian dalam Dunia Pendidikan

24 September 2024   21:49 Diperbarui: 27 September 2024   09:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Nabi Muhammad SAW adalah tauladan bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan. Sehingga kehidupan beliau SAW bisa ditulis dari banyak sudut pandang, seorang dokter misalnya bisa menulis "cara sehat ala Rasulullah SAW", seorang politikus bisa menulis "Etika Politik Nabi Muhammad SAW", seorang pebisnis bisa menulis "Cara Sukses Berbisnis ala Rasulullah SAW", seorang psikolog bisa menulis "Pendekatan Psikologi ala Rasulullah" dan seterusnya. Sedang tulisan ini disusun oleh seorang guru maka catatan maulid nabi di bulan Rabiul Awal 2024,  menulis "Nilai Kenabian dalam Dunia Pendidikan".

Nabi Muhammad SAW adalah seorang guru, Tidaklah aku diutus  kecuali sebagai pendidik (guru)" (HR Ibnu Majah dalam kitab "Sunan"nya no 229, Ad-Darimi dan "Sunan"nya no 349  dan Thoyalisi dalam kitab "Musnad"nya no 2251.)  Prof Quraisy Shihab menjelaskan hadits di atas dan menempatkannya dalam perspektif dunia pendidikan yang lebih luas. " Tidaklah keliru jika dinyatakan bahwa Al-Qur'an adalah kitab pendidikan. Hampir semua unsur yang berkaitan dengan kependidikan disinggung secara tersurat dan tersirat oleh Al-Qur'an. Rasul SAW yang menerima dan bertugas menyampaikan dan mengajarkannya, menamai dirinya "guru",  "Bu'itsu mu'alliman" demikian sabda beliau."

Banyak metode pendidikan Rasulullah yang bisa digunakan dalam pendidikan pada zaman ini, saat masyarakat mulai resah dunia pendidikan tidak menghasilkan apa-apa kecuali hanya menambahkan deretan panjang para pengangguran saja. Nilai-nilai moralitas dalam pendidikan belum berhasil ditanamkan dengan baik, terbukti dengan banyaknya kasus bullying di dunia pendidikan, mulai pendidikan dasar bahkan sampai pendidikan tinggi. Begitu juga dalam aspek ketrampilan, masih banyak kekurangan.

Nilai pendidikan ala Rasulullah yang perlu dikembangkan saat ini.

Pertama, pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan. Nabi Muhamamd selalu melandasi interaksi pembelajarannya dengan hubungan yang menyenangkan, sesuai dengan prinsip dasar kenabian beliau SAW. "Sesungguhnya aku tidaklah diutus sebagai pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat." (HR Imam Muslim no 2599). Interaksi seperti ini yang menjadikan pendidikan nabi berhasil melahirkan generasi yang mempunyai integritas dan moralitas yang luar biasa.

Karena misi utama beliau adalam pembawa rahmat, maka para sahabat kalau menuturkan kepribadian beliau "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menghalangiku semenjak aku memeluk Islam dan tidaklah dia melihatku kecuali tersenyum.."(HR Bukhori no 6089). Kondisi pembelajaran yang menyenangkan diciptakan oleh rasulullah, menjadikan pendidikan terasa menyenangkan.

Jika kondisi menyenangkan bisa diciptakan dalam sebuah lembaga pendidikan maka secara otomatis akan hilang tradisi bullying yang selama ini masih menjadi hantu di dunia pendidikan. Mengapa bisa terjadi seperti itu?? Karena interaksi antara peserta didik dan pendidiknya, mahasiswa dengan dosen, bukan hubungan yang menyenangkan atau menggembirakan, tetapi yang terjadi biasanya hubungan kekuasaan saja atau bahkan tidak ada hubungan batin sama sekali, mendidik sekedar profesi saja bukan ikatan dengan yang didiknya.

Kedua, pendidikan yang tidak hanya berbasis kepada ilmu tetapi kepada praktek dalam kehidupan.  Saat nabi ditanya tentang tata cara sholat beliau tidak menjelaskan secara lisan saja tentang sholat, beliau SAW bersabda "sholatlah kalian seperti aku sholat", nabi sholat di tempat yang tinggi agar para sahabat melihat, lalu beliau bersabda ""Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku berbuat seperti tadi agar kalian mengikuti dan agar kalian dapat mengambil pelajaran tentang tata cara shalatku."  (HR Bukhori no 917.).

Pola pendidikan seperti juga ditunjukan ketika datang kepada nabi seseorang meminta seseuatu, lalu nabi bertanya apa yang masih dipunya lelaki tersebut, sahabat itu menjawab apa yang ia punya agar dibawa ke tempat nabi. Sahabat itu dengan patuh membawa apa yang tersisa di rumah, membawanya ke nabi. Kemudian nabi melelang barang tersebut, setelah barang tersebut laku, nabi meminta sahabat tadi membeli kapak untuk digunakan berusaha sebagai alat mencari rejeki. Nabi berhasil dengan pendidikan berbasis ketrampilan, sahabat tersebut bisa meniti hidupnya dengan usahanya sendiri.

Pendidikan saat ini masih berbasis teoritis, kadang teori yang bersifat "melangit" tidak tahu jalan untuk membumikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan seperti ini sering diabaikan karena pembelajaran saat ini cenderung penuh dengan teori-teori yang disampaikan dengan retorika yang menarik, padahal nabi yang terkenal kalimat singkat dan padat. Sebagaimana sabda nabi SAW " Aku diutus dengan jawami'ul kalim (ucapan singkat namun sarat makna)."  (HR Bukhori 2977).

Kelemahan pendidikan kita saat ini masih berbasis pengetahuan saja atau dalam dunia pendidikan disebut level 1 (L1) saja, bukan pada tingkat penerapan/ aplikasi apalagi pada level penalaran. Peserta didik didik setiap kali pembelajaran, selalu mendapatkan semburan kata-kata pada level 1. Kondisi seperti ini dengan mudah akan menjadi kejenuhan, ketika saat peserta didik jenuh akan memicu berbagai jenis perbuatan seperti bullying atau lari dari kelas pergi ke dunia yang dianggap lebih bebas. Sudah saatny mengembalikan pendidikan menjadi tempat yang menyenangkan, penuh senyum dan sikap saling menghormati.

Catatan Rabiul Awal 2024 ini memang sangat sederhana, namun dua hal yang penulis paparkan di atas menjadi sangat urgen untuk diterapkan dalam dunia pendidikan, agar mampu menghasilkan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan zaman. Terakhir penulis tutup dengan pesan Ali Bin Abi Thalib " Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena ia akan hidup di zamannya yang berbeda dengan zamanmu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun