Mohon tunggu...
Agus Zain Abdullah ElGhony
Agus Zain Abdullah ElGhony Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Dalam Gairah Ramadhan, Menghapus Penyakit "Nanti dan Akan"

29 Maret 2023   08:08 Diperbarui: 29 Maret 2023   08:14 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudaraku yang hatinya telah dimuliakan Allah dengan nikmat Iman dan Islam,  salah satu penyakit yang menjadi penyebab kemalasan adalah jika kita berkata "nanti dan akan". Misalnya, kita berkata " Nanti kalau anak-anak sudah besar saya akan ikut sholat berjamaah." atau kita berkata " Nanti kalau masalah ekonomi keluarga saya terselesaikan dengan baik saya akan rajin berjamaah, karena mempunyai waktu yang lapang." Jauhi penyakit nanti dan akan, karena itu merupakan penyakit yang mengembangkan benih kemalasan, penyakit menyia-nyiakan waktu yang dimurkai Allah. Padahal waktu yang berjalan tidak akan mungkin diundurkan lagi, waktu yang kita sia-siakan tidak akan kembali lagi. Hanya dalam  film dongeng saja, seeorang bisa kembali ke masa lalunya, memberbaiki kesalahannya. 

Mulai dari sekarang, tanpa harus menunggu. Berbuatlah yang terbaik tanpa harus menunggu "nanti", pergilah berjamaah sholat tanpa harus menunggu nanti kalau sudah tua atau nanti kalau ekonomi keluarga sudah membaik. Ingat pesan Nabi Muhammad SAW :

" Jagalah yang lima sebelum datang yang lima, manfaat kehidupanmu sebelum datang kematian, manfaatkan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakit, waktu lapangmu sebelum waktu sempit,  waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, dan waktu kamu berharta sebelum datang kemiskinan."

 Jika demikian maka hindari perkataan "nanti dan akan" sesuatu yang bisa kita kerjakan sekarang, mengapa kita harus menundanya?? Abdullah bin Umar berkata " Jika sesuatu bisa dikerjakan sore hari, jangan menunggu besok pagi, jika bisa bisa dikerjakan pagi jangan sampai menunggu siang hari, jagalah sehatmu sebelum datang masa sakitmu, jagalah hidupmu sebelum datang ajalmu." Kesimpulannya hanya satu, bersegeralah, bergegaslah, bergerak cepatlah dalam kebaikan atau nanti anda akan terlambat dan menyesal.

            Saudaraku, dalam bulan ramadhan ada gairah yang luar biasa untuk berjamaah, baik itu pada pagi maupun sore hari, baik siang atau malam. Sholat isya' yang biasanya sepi, pada bulan ramadhan menjadi penuh jamaah, sampai memenuhi halaman masjid, bahkan banyak masjid yang mendirikan tenda-tenda khusus untuk menampung jamaah yang kian bertambah. Waktu bagi kita yang tepat untuk segera memulai bergabung dengan sholat jamaah, bergabung dengan orang-orang terpilih untuk memakmurkan masjid.

            Ingatlah Allah berfirman :

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (At-Taubah 18)

              Pada bulan ramadhan gairah beribadah umat Islam menemukan puncaknya, masjid  yang semula sepi dari jamaah, pada bulan mulia ini masjid dibanjiri oleh jamaah, semuanya berlomba-lomba mengerjakan amal kebaikan.  Jika selain ramadhan ada umat islam yang "malu" untuk ke masjid, maka pada bulan ramadhan ini mereka menjadi "malu" jika tidak terlihat aktif di masjid. Suara orang membaca Al-Qur'an akan kita dengar sepanjang hari, mulai pagi, siang dan malam, bahkan saat diri hari dari rumah-rumah kita masih mendengar orang membaca Al-Qur'an dengan suara pelan.

            Bulan ramadhan bisa disebut juga sebagai bulan sholat berjamaah. Saudaraku, marilah kita jadikan bulan suci ini sebagai latihan awal untuk membiasakan diri berjamaah lima waktu. Kita tekadkan hati untuk memulai kebaikan di bulan baik ini, setelah berlatih sebulan, kita akan lebih siap untuk menyongsong  11 bulan yang lain.  Maha suci Allah yang telah mempertemukan kita di bulan suci ini,  sehingga kita mempunyai kesempatan untuk melatih diri untuk memantapkan hati agar senantiasa berjalan di atas kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun