Saharusnya tidak seperti itu, pola nasionalisme kita dan semangat anti penjajahan di muka bumi tidak  membuat berpikiran sempit dalam luasnya dunia. Dalam sejarah kita sudah merasakan sikap konfrontatif membuat kita sibuk dalam konflik dan permasalahan ekonomi di nomer duakan. FIFA memang bukan organisasi tanpa cela, ada banyak kasus di dalamnya.Â
Tetapi  dengan segala kekurangannya FIFA sebagai penguasa tunggal sepak bola. Kita membutuhkan FIFA, apalagi dalam percaturan geopolitik dunia, peran kita semakin mengecil jika dibanding era Sukarno. Terkecuali jika kita ingin menjadi negara yang tertutup melebihi Korea Utara dalam sepak bola. Karena Korea Utara masih aktif di FIFA.
Sukarno memang hebat. Tetapi apakah kita akan terjebak dan romantisme masa lalu atau kita akan menerjemahkan dalam konteks yang lebih kekinian!? Tidak ada salahnya kita terima Timnas Israel dan tetap memberikan dukungan kepada Palestina. Perlu ada tafsir ulang terjadap semangat nasionalisenya Presiden Sukarno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H