Dunia pendidikan mendapatkan tantangan yang sangat berat di era pandemi ini. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dengan menekankan kepada BDR (Belajar dari Rumah), membuat jarak antara guru dan siswa semakin menjauh. Terutama bagi siswa baru yang peralihan dari jenjang pendidikan, siswa SD yang baru masuk ke SMP dan siswa SMP yang baru saja bergabung dengan SMA/SMK.Â
Guru-guru mereka belum mengenali siswa yang akan diajarnya, karena tidak adanya tatap muka secara langsung, membuat hubungan guru dan siswa terasa menjauh. Belum adanya ikatan emosional personal antara guru dan murid, untuk memudahkan transfer nilai dan sikap sehari-hari.
Ada banyak kritikan dari masarakat tentang pendidikan jarak jauh yang berbasis kepada jaringan internet (Daring). Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Makarim dengan ringan menjawab bahwa pelajaran daring bukanlah kehendaknya.Â
Dengan mudah kita akan memahami jawaban itu, memang pendidikan yang berbasis kepada pembelajaran daring bukan sesuatu yang diinginkan. Tetapi sebuah kenyataan yang ironis ketika manusia merasa sudah mencapai tingkat perkembangan yang tinggi, begitu kesulitan menghadapi serangan Covid 19. Tetapi dunia harus menyiapkan semuanya, untuk menghadapi sebuah kenyataan yang tidak pernah diinginkan itu.
Maka pembelajaran jarah jauh yang berbasis pada daring bukan sesuatu yang diinginkan, tetapi harus diterima sebagai kenyataan yang dihadapi dengan kekuatan dan keberanian. Lalu sejauh manakah efektifitas pembelajaran model seperti ini?? Untuk mengukur aspek efektifitas pembelajaran daring, kita harus melihat dari berbagai aspek yang melingkupi pembelajaran seperti ini.
Pertama, pada ranah pengetahuan kognitif (kemampuan intelektual) dengan pembelajaran daring siswa bisa jadi lebih cepat dalam mendapatkan informasi. Dengan mudah siswa bisa menggunakan situs pencari untuk menemukan sebuah sumber infromasi yang secara cepat dan jelas.Â
Penjelasan dari Google atau sejenisnya, akan lebih banyak mengumpulkan informasi dari para guru di kelas. Tentu pengecualian dengan guru yang juga menggunakan pembelajaran berbasis tehnologi informasi di kelasnya.
Dengan mengabaikan berbagai kelemahan seperti, tidak semua siswa mempunyai fasilitas dan tidak semua ornag tua busa berfungsi sebagai mativator dan fasilitator bagi anak-anaknya dalam rangka mencapai target-target pengetahuannya.Â
Padahal tidak semua siswa mempunyai kemampuan belajar mandiri dengan motivasi yang tinggi. Tanpa motivasi tinggi proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal pula. Namun jika aspek itu bisa diatasi, pembelajaran daring tidak banyak memberikan pengaruh bagi peserta didik.
Kedua, pada ranah psikomotorik (kemampuan yang bersifat praktis, ketrampilan) Â pengaruhnya akan sangat terasa sekali. Terutama siswa pada tingkat SMK, yang membutuhkan praktek langsung, seperti praktek yang berhubungan dengan mesin.Â
Begitu juga pelajaran yang membutuhkan praktek langsung, seperti olah raga dan prakarya. Tentu semua ini adalah satu kekurangan dari pembelajaran jarak jauh, tidak mudah bagi pendidik menemukan solusinya, rasanya tidak mungkin dihilangkan tetapi setidak-tidaknya aagar kekurangan bisa diperkecil. Dan rasanya, sekarang dibutuhkan langkah yang cepat dan tepat untuk mengatasinya.