Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunggu Nadiem Melangkah ke Depan Tanpa Beban Masa Lalu

26 Juli 2020   23:19 Diperbarui: 26 Juli 2020   23:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mudah untuk menarik gerbong besar pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang sudah sangat mengakar dalam sejarah, bahkan sejak Indonesia belum menjadi negara merdeka. Lembaga pendidikan itu sudah ada dan berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Paradigma pendidikan itu sudah sangat mengakar dan melekat pada setiap lembaga tersebut. Lalu muncul menteri baru yang sangat muda mencoba melakukan pendekatan yang mungkin kurang bisa diterima. Ini merupakan tantangan terbesar bagi seorang menteri.

Setelah dilantik Nadiem mengatakan bahwa dirinya tidak tahu masa lalu, yang ada dalam pikirannya adalah masa depan. Tetapi langkah apa yang sudah diwujudkan dengan prinsip itu??

Melihat kondisi saat ini, dunia pendidikan membutuhkan langkah yang progresif untuk membuktikannya, bukan hanya konsep tetapi juga keberanian politik yang kuat. Karena sangat mungkin akan bertabrakan dengan berbagai paradigma di setiap lembaga pendidikan yang mempunyai akar sangat kuat di masarakat. Tetapi saya ragu, bahwa Nadiem mempunyai kekuatan politik yang kuat untuk menjalankan ide "saya hanya tahu masa depan".

Pendidikan memang bagian dari sejarah, tetapi bukan berarti kita harus terkungkung oleh masa lalu. Seolah-olah pendidikan hanya meneruskan dari biji yang telah ditanam oleh para pendahulu.

Sebagai figur yang hampir tidak bersentuhan dengan sistem pendidikan di Indonesia, Nadiem akan melihat pendidikan di Indonesia lebih jernih, sehingga bisa memberikan langkah-langkah yang terbaik karena dengan kejernihan itu bis amelihat kekurangan pendidikan di Indonesia tanpa melihat masa lalu, hanya ke masa depan.

Ujian awal bagi Nadiem adalah berkembang liarnya isu yang muncul dari POP(Program Organisasi Penggerak) setelah mundurnya Muhammadiyah dan NU, kemudian PGRI juga ikut mundur. Apakah Nadiem akan mengevaluasi program tersebut.

Jika program tersebut dievaluasi dan dibatalkan, maka ungkapan besar Nadiem "hanya akan melihat masa depan" sulit untuk diwujudkan. Karena tidak adanya konsistensi dan keberanian mempertahankan kebijakan yang mungkin tidak populer, bahkan bisa berbenturan dengan lembaga pendidikan  yang sudah mapan. Saat berhadapan dengan lembaga seperti itu dia memilih "mundur-mundur alon-alon".

Kita menunggu Nadiem membuktikan kata-katanya. Sebagai ujian awal, harus bisa menjelaskan ke publik tentang POP bukan sebuah kesalahan yang lahir dari kebijakan yang tidak matang, tetapi suatu kebijakan yang membuat akar konsep yang sangat jelas.

Menyakinkan ke publik, perlunya pendidikan melangkah ke depan tanpa repot-repot menengok ke masa lalu. Jika itu tidak berhasil, rasanya akan sangat sulit mewujudkan permintaan Presiden Jokowi agar ada perubahan besar dalam dunia pendidikan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun