Istilah "Total Fotball" identik dengan sepak bola gaya menyerang ala Belanda di era kejayaannya tahu 1970-an. Salah satu prinsip dasarnya adalah menyerang adalah pertahanan yang terbaik. Dengan menyerang tim akan memaksa tim lawan tidak berani keluar untuk menyerang.
Aroma demokrasi dalam politik kita identik dengan prinsip "Total Football" tersebut. Menyerang lawan sebagai pertahanan terbaik.Â
Lihat kecamuk para nitezen yang terus menerus bertukar serangan. Saling mengecam, memaki bahkan kalau perlu sebarkan berita hoaks. Mereka menyerang untuk kepentingan kelompoknya masing-masing.Â
Seolah-olah ada prinsip "semua cara halal bagiku", mulai dari diving sampai kalau pergi mencetak gol dengan tangan. Dan semua itu terlihat dalam dunia perpolitikan kita.
Jika saya seorang pejabat, ketika saya salah mengambil kebijakan, lalu ada orang yang mengkritik saya. Apa yang seharusnya saya lakukan?Â
Jika anda menjawab, sebaiknya saya memberikan jawaban mengapa program itu saya pilih, saya evaluasi program tersebut.Â
Maka anda termasuk pelaku politik yang "tradisional", anda bukan politikus kekinian, dan sekarang oleh para politikus mulai ditinggalkan. Sekarang ada era "Total Football", menyerang adalah pertahanan terbaik.
Dalam logika politik saat ini sedang subur dijalankan, saya tidak perlu melakukan klarifikasi, jika klarifikasipun hanya sekedar basa-basi.Â
Saya akan menyerang orang yang mengkrtik saya. Akan saya cari dosa-dosanya masa lalu, apapun yang bisa saya temukan untuk menjatuhkan dia.Â
Mungkin dulu pernah selingkuh, memberikan kesan jika dia adalah pencandu norkoba, sehingga omangannya kacau persis orang yang sakau. Saya bertahan dengan menyerang. Jika saya berhasil, orang lupa dengan kebijakan politik saya, orang akan sibuk membahas aib lawan saya.
Jika saya pada posisi yang tinggi, maka saya tidak perlu gugur gunung untuk menyelesaikan masalah. Saya bisa menggerakkan orang lain atau setidak-tidaknya memberikan ruang kepada orang lain untuk menyerang musuh saya.Â