Mohon tunggu...
Agus Zain Abdullah ElGhony
Agus Zain Abdullah ElGhony Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pancasila dan Penafsirannya

31 Mei 2020   22:21 Diperbarui: 21 Juni 2021   15:10 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa yang tengah melihat gambar burung garuda di depan kelas. (sumber: KOMPAS/Didie SW)

Baca juga : Memurnikan Nilai-Nilai Pancasila pada Kaum Milenial di Era Globalisasi Budaya

Begitu pula pada era orde lama, siapa yang berani menolak konsep nasakom !? Jika berani akan menjadi musuh negara. Tidak faham pancasila.

Pancasila dalam sejarah Indonesia adalah sejarah penafsiran. Sebagai sebuah tafsir tergantung bagaimana penafsirnya saja. Selalu ada yang berusaha memonopoli tafsirnya. Lalu pihak yang berseberangan sebagai sosok yang kurang memahami dan mengamalkan pancasila. Siapa rezim yang paling pancasilais dalam sejarah Indonesia?

Tergantung bagaimana sebuah penafsiran itu menjadi mayoritas atau tafsir itu digunakan secara resmi oleh rezim yang berkuasa. Jika masa sekarang, di era reformasi saat ini, dengan pemerintahan Presiden Jokowi. 

Apakah jika Presiden Jokowi masa kekuasaan berakhir. Rasanya akan muncul tafsir baru dari rezim yang baru, lalu menuding rezim yang digantikannya tidak mengamalkan pancasila dengan sebenar-benarnya.

Perdebatan tentang siapa yang lebih pancasilais atau siapa yang kurang pancasilais seharusnya sudah selesai atau sejarah besar bangsa Indonesia akan dipenuhi oleh sikap saling tuding. 

Baca juga : 1 Juni, Refleksi Pancasila sebagai Ideologi Terbaik Bangsa

Sikap yang mudah dalam hidup ini adalah menyalahkan orang sebelum kita. Tetapi itu bukan sebuah solusi untuk kemajuan neegri ini. Pancasila yang merupakan dasar negara sebagai grand theory bangsa ini yang bisa menyatukan kemajemukan bangsa ini, mulai kemajemukan suku, ras dan agama memuat nilai-nilai universal yang mudah diterima oleh bangsa Indonesia. 

Membutuhkan adanya ihtiyar yang kuat untuk mewujudkan sila-silanya tanpa menghabiskan waktu untuk menyebut diri sendiri yang paling pancasilais dan menyebut yang lain sebagai kurang atau bahkan tidak pancasilais atau sejarah Indonesia akan dipenuhi permusuhan atas nama pancasila, padahal pancasila adalah pemersatu bagi NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun