Mohon tunggu...
Cak Bud
Cak Bud Mohon Tunggu... Programmer - Kader GP Ansor

Aku suka membaca buku psikologi dan belajar khidmah di masyarakat melalui Nahdlatul Ulama. Aku berharap bisa mengendorkan saraf dengan menulis artikel. Artikel yang kutulis di sini murni sudut pandang pribadi dan bukan mewakili pandangan organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kepercayaan yang Retak: Bagaimana Mengatasi Ketidaknyamanan Istri dengan Keluarga Suami

24 Mei 2024   10:17 Diperbarui: 24 Mei 2024   10:54 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto keluarga | dok. pribadi

Laki-laki itu secara umum memiliki watak yang suka membalas budi orang lain. Itulah cara mereka untuk menjaga martabatnya. Ketika selama ini dia banyak dibantu keluarga besarnya untuk menjalani hidup, mendapatkan pendidikan, mendapatkan pekerjaan, bahkan barangkali juga modal pernikahan, dia tidak akan melupakan itu  sepanjang hidupnya. Sebisa mungkin dia akan pasang badan pertama kali mana kala dibutuhkan mereka. Sekali lagi ini masalah harga diri.

"Kamu lebih memilih aku atau keluargamu?" Ketika misalnya ada seorang istri dengan muka marah melontarkan pertanyaan itu setelah merasa suaminya lebih mementingkan keluarganya dibanding keluarga kecil maka aku yakin seribu persen banyak dari mereka akan memilih keluarganya. Terutama jika ayah atau ibunya masih ada. Bagiku itu adalah pertanyaan yang sangat konyol.

Masalah kasih sayang dan tanggungjawab itu tidak bisa diperbandingkan. Misal apakah kita lebih menyayangi anak pertama, kedua, atau lainnya. Ketika kita lebih memperhatikan salah satu dari mereka bukan bearti kita lebih menyayangi anak itu. Boleh jadi memang dia memerlukan perhatian khusus.

Percayalah bahwa suami tidak akan gegabah dalam mengambil suatu keputusan. Banyak waktu yang digunakan untuk menimbang sebelum akhirnya memutuskan. Bahkan aku yakin banyak yang telah mencari second opinion untuk menguatkan pendapatnya sendiri.

Suami yang merasa mendapat kepercayaan penuh dari istrinya akan lebih percaya diri dalam membangun martabat keluarga inti. Dia akan bisa dengan sangat baik membalas budi itu dan membuktikan bahwa dia adalah laki-laki yang bertanggungjawab. Sebaliknya jika dia merasa tidak dipercaya, harga dirinya tercabik. Dia akan kesulitan menentukan arah karena kemanapun ia membawa kapal yang dinahkodainya selalu dicurigai bahkan disalahkan keputusannya.

Aku sering berpesan pada Ayi untuk tidak melihatku dalam kaitannya bergaul dengan keluargaku. "Jangan melakukannya karena aku. Lakukanlah itu dengan sadar bahwa memang ada kewajiban dari Allah untukmu melakukan pergaulan yang baik dengan mereka". Karena jika kebaikan itu dilakukan karena aku lalu suatu saat Ayi bermasalah denganku maka akan memutus kebaikan itu. Itu menurutku tidaklah tepat.

Yai Asrori Al-Ishaqi dalam suatu mauidhohnya pernah berpesan jika kita merasa kurang sreg atau jengkel pada seseorang maka jadikan orang itu sebagai wasilah untuk mendekat pada Allah "ya Allah, barokahnya orang itu semoga dapat  menambah iman, taqwa, cinta, dan rinduku pada-Mu". Hal ini bertujuan untuk mendidik hati agar tidak merasa lebih baik dari orang lain. Kenapa demikian? Karena biasanya orang mencari luberan berkah (tabarukan) dari orang lain yang dianggap lebih baik. Kali ini, yai mengajari tabarukan dengan orang yang yang membuat kita jengkel dan umumnya hati kita akan menganggap dia tidak lebih baik dari kita.

Setelah kepercayaan pada suami bisa ditumbuhkan, selanjutnya adalah memperbaiki hubungan dengan keluarga besarnya. Banyak cara yang bisa dilakukan. Pada artikel sebelumnya, aku menuliskan pengalamanku membangun hubungan dengan mertua. Bisa disimak kalau berkenan. Mungkin bisa menjadi tambahan referensi resep untuk menjalani kehidupan bersama orang terkasih.

__*__

Keterangan:

Keluarga besar: keluarga besar dari sisi suami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun