Ketika suatu waktu adikku dengan bangganya mengisahkan kegembiraannya melalui sambungan telepon usai dimention atau dibalas pesannya oleh Tasaro kutanggapi dengan biasa saja. Aku pura-pura saja terkejut untuk menyenangkan hatinya.
Hari ini, aku menyadari. Betapa adikku sangat mengidolakan Sannaha. Tokoh di dalam novel ini. Sekaligus mengagumi penulisnya. Sebagai pembaca novel pemula, aku memang sering merasa pusing dengan alur cerita yang melompat-lompat.Â
Tak terkecuali novel yang kubaca sampai selesai hari ini. Aku membutuhkan waktu beberapa jam saja membaca novel Takhta Nirwana ini.Â
Namun! Aku mengamini apa yang disampaikan adikku dan Ayi selama ini. Tasaro memang ciamik dalam menggelar cerita dan mengaduk-aduk perasaan pembacanya.
Jujur saja waktu pertama kali aku membaca novel ini sempat skeptis. "Apa sih yang akan disuguhkan penulis dengan alir cerita kerajaan begini?". Aku orangnya cenderung lebih suka dengan hal-hal yang berbau dengan kebaruan atau modern.Â
Fiksi ilmiah lebih menarik bagiku. Akan tetapi ketika mengikuti alur ceritanya lebih dalam, aku memahami bahwa membaca novel itu tidaklah haru melulu mencari kepuasan otak melainkan pemuasan batin juga diperlukan. Aku bisa merasakan hal itu.
Tasaro nyatanya bisa memberikan pesan kehidupan dengan bahasa yang tidak terkesan menggurui melalui percakapan tokohnya atau penggambaran alur ceritanya. Banyak hal yang bisa dipetik dari situ.
Paling tidak! Aku sekarang jadi lebih tahu buku bacaan seperti apa yang disukai adikku atau istriku. Ternyata bukanlah novel yang terlalu mendramatisir perasaan cinta atau mendewa-dewakan hubungan percintaan yang sampai kehilangan akal karena sangking bucinnya. 😂
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H