Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayah Ibu, Hartamu Tiada Guna

6 Juni 2023   06:31 Diperbarui: 6 Juni 2023   06:48 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu dan Ayah...
Aku tak ingin
minta apa-apa.
Ku hanya butuh
Kalian berdua.

Ku tahu, kalian
bekerja keras.
Demi merubah
 nasib kita,
Agar tak lagi
keluarga papa.

Ku tahu,
Kalian ingin buktikan,
Pada semua orang,
Keluarga kita bisa mapan.

Aku pun tahu,
Kalian tak ingin
Dicaci dan dibully.
Agar kita jadi
Keluarga,
Untuk selalu
di hormati.

Aku juga tahu,
Kalian selalu
Berusaha,
Untuk memenuhi
Segala keperluanku.

Akan tetapi,
Kesibukan kalian
Begitu luar biasa.
Berangkat shubuh,
Pulang malam gulita.

Kalian pun berusaha,
Jika saat hari libur tiba.
Mengajakku tamasya,
Untuk sekedar tetirah.

Akan tetapi,
Tahukah kalian.
Aku tak butuh
Semua itu..
Aku ingin,
Kalian selalu
berada bersamaku.

Aku sangat iri,
Dengan temanku
Yang bersahaja.
Namun mereka
Tampak bahagia..

Mereka diantar
jemput,
Walau dengan
Motor butut.
Sedangkan aku,
Dengan mobil
Dijemput supir.

Di kala aku sakit,
Saat kubutuh
Perhatian.
Ku hanya ditemani
Pembantu saja.

Aku kini sudah
Jelang remaja,
Butuh perhatian
Dan juga teman.
Untuk berbagi cerita,
Bisa berkeluh kesah.
Tapi kalian tiada
Pernah dirumah.

Kalian tak tahu
Kalau aku kesepian,
Dalam rumah mewah
Penuh perabotan.
Aku butuh teman,
Tuk sekedar cerita
Pelbagai pengalaman.

Akhirnya...
Ada teman senasib,
Menawari obat
Tuk hilangkan rasa
Kesepianku,
Kebosananku,
Kejenuhanku.

Kalian hanya lihat,
Aku selalu tersenyum,
Ketika pulang malam
Sehabis bekerja,
Sekedar jenguk
Di kamarku.

Disaat lulus sekolah,
Teman-teman bahagia
Bersama keluarga.
Mereka bergembira
Dan tertawa bersama.

Akan tetapi,
Kalian menangis sedih.
Memegang selimutku dalam ranjang putih,
Di rumah sakit yang sunyi.

Kalian berteriak
Begitu histeris,
Menyalahkan siapa
Pun untuk menggubris.

Aku... Sekarat,
Bersama nadi
Yang teriris.
Akibat kiriman narkoba,
Yang telat aku terima.

Kalian kaget
Sungguh luar biasa.
Tak menyangka aku
Jadi pecandu narkoba.

Kalian pun tak
Pernah bertanya,
Ku minta uang
berapa saja,
Kalian berikan
Semuanya.

Dalam bayang gelap,
Ku hanya dengar
Raungan.
Geletar tubuhku
Sudah tak tertahan.

Selamat tinggal
Ayah dan ibu,
Sudah waktunya
Maut menjemputku.

Penyesalan kini
Tiada guna,
Harta berlimpah
Tak kan kubawa.

Sakitku sungguh
Luar biasa,
Hanya nampak gelap
Dan semakin pekat.
Jangankan ayat suci
Mengiringi,
Hanya raungan histeris
Yang kau beri.

Bekasi,  4/6/23
#HartaJadiBencana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun