Ciri khas dari pola asuh otoriter adalah:
- orang tua memiliki harapan dan tuntutan tinggi terhadap anaknya dan tidak terlalu responsif terhadap anak-anak mereka.
- Mereka mengharapkan anak-anak mereka untuk berperilaku dengan standar luar biasa dan tidak boleh membuat kesalahan, mereka hanya memberikan sedikit arahan tentang apa yang harus mereka lakukan atau harapan di masa depan.
- Hukuman kesalahan atas pelanggaran perintah acap kali dilakukan, tanpa menjelaskan alasan atau memberikan kesempatan kepada si anak atas  kesalahan terjadi.
Dampak yang terjadi atas pola asuh tersebut akan menghasilkan anak yang penurut atau patuh dan mahir dalam bidangnya, namun mereka memiliki level rendah atas kebahagiaan, kompetensi sosial, dan harga diri. Dan mereka cenderung suka berbohong demi menghindari hukuman jika mengalami kesalahan.
   b. Pola Pengasuhan Otoritatif
Pola pengasuhan tersebut mirip dengan pengasuhan otoriter, namun agak demokratis. Dalam hal ini, orang tua bersikap keras terhadap anak-anaknya terhadap keinginan atau harapan dan aturan yang ditetapkan tetapi mereka memberikan kesempatan untuk menjelaskan jika mengalami pelanggaran atau kesalahan.
Ciri khas dari pola pengasuhan otoritatif:
- Orang tua bersikap keras agar memiliki berwibawa namun responsif terhadap anak-anak mereka dan bersedia mendengarkan pertanyaan.
- Orang tua ini mengharapkan banyak hal dari anak-anaknya, tetapi mereka memberikan kehangatan, umpan balik, dan dukungan yang memadai.
- Ketika anak-anak gagal memenuhi harapan, orang tua ini lebih mengasuh dan memaafkan daripada menghukum.
Menurut Baumrind, orang tua dengan pola asuh tersebut bijak menetapkan standar dan memantau perilaku anak-anak mereka. Metode disipliner mereka tegas dan mendukung namun tidak membatasi atau menghukum. Sikap wibawa dihadapan anak-anaknya bertujuan sebagai tauladan untuk mendidik dan membesarkan anak-anak agar dapat bertanggung jawab secara sosial, kooperatif, dan mengatur diri sendiri. Adanya harapan dan dukungan membantu anak-anak dari orang tua yang berwibawa mengembangkan keterampilan seperti kemandirian, pengendalian diri, dan pengaturan diri. Dampak yang terjadi atas pola asuh tersebut selain patuh dan disiplin namun cenderung memiliki kebahagiaan, cakap dan sukses.
  c. Pola Pengasuhan Permisif
Pola pengasuhan tersebut kebalikan dari otoriter karena orang tua justru memanjakan dan sangat sedikit tuntutan keinginan kepada anak-anaknya. Orang tua tersebut jarang mendisiplinkan anak-anak mereka karena mereka memiliki harapan kedewasaan dan pengendalian diri yang relatif rendah.
Ciri khas dari pola pengasuhan permisif:
- Orang tua yang permisif lebih memprioritaskan dan menginginkan sebagai teman bagi anak mereka daripada menjadi orang tua.
- Mereka berperilaku hangat dan penuh perhatian kepada anaknya walau cenderung menetapkan beberapa aturan tetapi jarang menegakkan aturan, dan memiliki sedikit harapan.
- Mereka mengizinkan anak-anak mereka untuk membuat keputusan sendiri.
Menurut Baumrind, orang tua yang permisif responsif tidak terlalu menuntut terhadap anak-anaknya, karena mereka tidak mengharapkan perilaku dewasa dari anak-anak mereka, anak-anak mungkin berjuang untuk menetapkan batasan untuk diri mereka sendiri. Dari segi positifnya dapat membantu anak-anak menjadi lebih mandiri dan sisi negatifnya, ini dapat berkontribusi pada pengaturan diri yang buruk. Orang tua yang permisif umumnya mengasuh dan komunikatif dengan anak-anak mereka, seringkali mengambil peran sebagai teman daripada menjadi orang tua. Dampak pola pengasuhan tersebut akan mengakibatkan anak-anak yang berperingkat rendah dalam kebahagiaan dan pengaturan diri (self control), termasuk mungkin mengalami masalah dengan otoritas dan cenderung berprestasi buruk di sekolah.
  d. Pola Pengasuhan Tidak Terlibat atau Lalai (Uninvolved)