Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gapai Harapan di Metropolitan

18 Januari 2023   06:47 Diperbarui: 18 Januari 2023   06:57 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia bekerja
Begitu larut,
menguap
Dan mengantuk.

Lampu kantor
Berpendar,
Sang rembulan
Kan beredar.

Matikan
Lampu kantor,
Digerbang satpam
Kunci pun di setor.

Malam sepi
Ia menunggu,
Di halte kumuh
Tak berlampu.

Berhenti bus
Yang dinanti,
Begitu sesak
Paksa berdiri.

Ia pegang tiang,
Mata memejam.
Tubuh rasa letih,
Terhimpit ringkih.

Bus berjalan
Terseok pelan,
Padat muatan
Kelebihan beban.

Hari jelang
Larut malam,
Bus berhenti
Tiba di tujuan.

Dengan rasa letih,
Lanjut berjalan.
Menyusuri gang
Rumah kontrakan.

Pintu berderit,
Agar tak terusik.
Lewati kamar
Nuju meja makan.

Ambil sendok
Piring berbunyi,
Buka bungkusan
Makan perlahan.

Petakan sempit
Tidur berhimpit,
Kipas berbunyi
Pengap berlari.

Mencari sela
Badan direbah,
Kasur beralas tikar
Tidur paksa mengular.

Inilah hidup
kaum urban,
Tinggal
di metropolitan.
Coba cari
penghidupan,
Berharap
peruntungan.

Menggapai
harapan,
Merubah
kehidupan.
Kini tak lagi
bermimpi,
Esok harus
kerja lagi.

Bekasi,  12/1/23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun