*Terjebak Kenangan Diambang Keputusan*
Kuberjalan sambil menendang kerikil,
Mengeluh pun tak kan mendapat hasil.
Sulitnya harus mengambil keputusan,
Diantara dilema dari dua keputusan.
Sesampai di sebuah jembatan,
Sambil memegang tembok penahan.
Kutatap alunan air begitu tenang,
Seolah ingin kuluruh semua persoalan.
Ketengadah menatap kemerlip bintang,
Haruskah ku tetapkan sebuah pilihan.
Keduanya telah mengisi ruang hatiku,
Walau berbeda tipikal dari idamanku.
Tersembul bulan diantara peputih awan,
Menyinari malam yang semakin temaram.
Ingin ku teriak untuk tumpahkan kekesalan,
Berharap tersampai dan ada yang beri jawaban.
Diantara semilir angin yang menyibak rambut,
berharap sesiapa saja muncul untuk kusambut.
Aku ingin bercerita kepada sesiapa saja,
Yang mungkin bisa beri saran yang bijaksana.
Kuberbisik kepada angin malam yang mendera,
Agar terbawa sesaknya hati yang gundah.
Tanganku coba menyibak tuk hapuskan rana,
Dari sekelebatan dua wajah tersenyum merona.
Kembali ku berjalan diantara dua bayang,
Tak terusik kilatan kendaran berlalu lalang.
Semakin kupejam mata agar keduanya sirna,
Justru muncul ragam kenangan memori indah.
Sesampai di rumah ku rebahkan badan menjalar,
Ku tatap langit diantara kerlip pendar lampu pijar.
Ku berharap serbuan kantuk menghujam dera,
Namun sia-sia dua wajah muncul semakin menggoda.
Detik waktu jam dinding menari-nari perlahan,
Seolah-olah memacu untuk habiskan malam.
Kugapai bantal untuk menutup mata,
Coba hapus ragam kenangan indah yang mendera.
Entah berapa lama ku berjuang merapatkan mata,
Dalam kesia-siaan tak mampu ambil keputusan.
Walau terlihat sinar surya pagi mulai menyapa,
ku bertahan dalam selimut karena kantuk menjelma.
Bekasi Tengah malam, 27/10/22
#Kenangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H