Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Sulung dan Pasar Onderdil Kendaraan

27 Oktober 2022   23:45 Diperbarui: 27 Oktober 2022   23:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: wordpress.com

Pengantar

Baca atau belajarlah kepada alam... sitiran surah ayat suci yang mengingatkan pada kita bahwa belajar tidak sekedar dalam lembaga pendidikan formal saja, namun kita harus mempelajari hal-hal yang tidak tertulis dalam ilmu pelajaran di sekolah. Demikian pula kepada anak, saya mengajarkan tentang kehidupan sebenarnya, sehingga ia akan memahami secara langsung apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia harus belajar rajin di sekolah, seperti cerita pendek di bawah ini....

***********

Anak Sulungku dan Pasar Onderdil Kendaraan

"Pa...", anakku si sulung mendatangiku, "boleh abang ikut papa ya.....". Suasana minggu yang cerah, aku memang berencana ingin pergi, "janganlah Bang, papa.. mau pergi bukan ke Mall. Tapi ke tempat yang agak jauh, Pasar Senen mau cari onderdil motor...".

Memang motor ku akhir-akhir ini agak ngadat dan sering mogok. Menurut montir langganan, ada onderdil yang harus diganti. Karena di bengkelnya tidak tersedia, maka aku disarankan untuk ke Pasar Senen, pusat onderdil kendaraan bermotor. Pada saat itu, pasar senen di lantai atas banyak toko-toko onderdil kendaraan bermotor, entah mobil atau motor, dengan ragam merek.

Disana juga tersedia barang onderdil dengan ragam kualitas, ada harga ada rupa, dari kwalitas rendah, dikenal dengan KW, KW 1 atau KW 2 dan lainnya. Bahkan ada pula onderdil bekas, istilahnya copotan, sesuai dengan kondisi barang. Tentu saja dengan harga miring. Memang ketika kendaraan motor atau mobil belum automatic seperti sekarang, kita bisa membeli onderdil jika mengalami kerusakan.

*****

Namun dengan berlalunya waktu, kendaraan matic menjadi kendaraan trendi. Jika ada kesulitan, maka hanya bengkel besar atau khusus yang bisa memperbaiki dengan system dan peralatan canggih untuk mendeteksi kerusakannya. Umumnya, jika kendaraan kita mengalami kerusakan, yang diganti atau diperbaiki tidak lagi satu persatu onderdil, namun dalam satu paket, atau dikenal dengan blok. Tentu saja biaya perbaikan menjadi mahal.

"Pa... boleh ya abang ikut ke Pasar Senen, tempat jual onderdil", kembali anak sulungku merengek. "Lantas adek, sama siapa?..."aku menjawab sambil mempersiapkan barang dan tas bawaan untuk pergi. "Adek masih bobo pa..... nanti khan ditemani mama. Ayo dong pa, mumpung adek masih tidur". Aku pun tidak bisa menolak keinginan kerasnya, "Ya sudah, coba tanya mama sana di dapur...", aku pun mempersiapkan motor ke luar halaman rumah.

Terdengar perdebatan dari suara istriku yang meninggi dan rengekkan si sulung yang ingin ikut denganku. Terpaksa aku coba menengahi, "Ya sudah lah... biar abang ikut dengan papa". Kemudian mereka berdua mendatangiku, "Tapi ingat, itu pasar onderdil... kamu jangan macam2 karena tidak ada arena bermain di sana" sergah istriku kepada si sulung dan dijawab, "Baik ma.. abang tahu koq, ... abang cuma ingin tahu pasar senen seperti apa.", jawab anakku seraya menaiki motor dengan ransel yang dikenakan. Ransel itu berisi minuman botol dan makanan kecil.

*****

Tiba lah kami di pasar senen, si sulung yang kali pertama merasa terheran-heran dan berceloteh, " Waduh, begini ya pa.... berbeda dengan Mall yang sering kita kunjungi... disini panas dan pengap." Saya pun menggamit tangannya diantara lalu-lalang ragam orang keluar dan masuk di toko. Ada yang membawa barang tergopoh-gopoh dari los toko, ada orang yang memanggul barang yang cukup besar, dan sebagainya. Tetiba ada barang yang jatuh dari punggung seseorang akibat bersenggolan dengan orang lain yang berjalan cepat dan terjadilah keributan dari keduanya.

Saya pun segera mempercepat langkah, dan setengah menyeret si Sulung, guna menghindari kerumunan. Si Sulung pun agak sedikit panik karena kali pertama melihat kekacauan dan keributan yang terjadi, belum sempat dia ingin bertanya saya segera menutup mulutnya. Kemudian kami masuk mencari lorong toko yang cukup sepi dan mencari barang onderdil yang dibutuhkan.

Akhirnya saya menemukan toko yang dicari, terlihat kerumunan para pembeli yang meminta pelayan toko untuk meminta barang yang diinginkan. Toko yang terlihat kecil karena lebar etalase yang terbatas, seperti halnya kios-kios toko lainnya, namun di dalam toko begitu banyak ragam jenis barang yang bergantungan dan lemari dengan kotak-kotak berisi alat-alat atau onderdil, yang memanjang ke arah belakang kios tersebut. Beberapa pelayan pun sangat sigap untuk mencari barang onderdil yang dipesan para pembeli.

*******
Usai membayar barang yang dibeli sesuai dengan keinginan, si Sulung menarik bajuku "Pa, aku haus.... ingin minum." Ya ampun.... Karena asyik mengantri dan membayar, terlupa kalau membawa si Sulung kecil, "Oh ya ya sebentar bang, ini sudah selesai koq... Abang khan bawa minum di ransel", kemudian kami berdua mencari tempat. Kebetulan ada toko yang sedang tutup dan kami numpang duduk di emperannya, lantas si sulung membuka ransel untuk mengambil botol minum dan snack cemilan yang dibawa dari rumah.

Sambil mengunyah cemilan, " Pa.. tadi aku takut sekali lihat orang yang berantem dan ribut-ribut tadi...." kata si Sulung. Aku pun masih asyik memasukkan barang yang telah dibeli ke dalam tas, "Khan tadi papa sudah bilang, tidak usah ikut....pasar disini berbeda dengan Mall yang biasa kita kunjungi". Usai mengunyah cemilan si sulung meminum air dari botol, " Mereka terlihat sibuk sekali dan terburu-buru..... kasihan ya Pa."

Usai membereskan barang, saya duduk disampingnya, "itulah bang.. mereka harus bekerja keras untuk mencari uang buat keluarganya...". Si sulung yang telah menyelesaikan makannya, " Tapi kenapa beda dengan papa?,... aku khan pernah di ajak ke kantor papa. Kantor papa bersih dan rapi.... Ada meja dan kursi ... ada AC dan ruangannya dingin."

Aku membelai si sulung, " Mereka memang beda dengan papa bekerjanya... itulah kenapa mama selalu cerewet dengan kamu untuk selalu rajin belajar". Si Sulung pun meluruskan kakinya karena kecapaian, saya melanjutkan "Jika kamu rajin belajar dan lulus dengan nilai terbaik... nanti saat besar kamu akan bekerja di kantoran seperti papa". Si Sulung terdiam sejenak, "berarti mereka itu dulu malas belajar ya pa....".

Aku pun tersenyum dan bertanya, " seandainya kamu nanti besar dan melamar kerja dengan nilai rapor jelek... kira-kira kamu diterima tidak di kantor seperti papa?". Si sulung menggeleng, "jelas ditolak dong Pa, pastinya hanya orang yang punya rapor bagus yang bisa bekerja di kantor yang bagus seperti papa".

Aku senang mendengarnya karena si Sulung mulai memahami, "Makanya, mulai sekarang kamu harus rajin belajar... agar mendapat rapor yang bagus. Jika kamu malas belajar, terpaksa kamu diterima di tempat ini, dan bekerja serabutan untuk mendapat uang..". Si Sulung pun mengangguk dan Aku pun berdiri menggamit tangannya untuk kembali pulang.

Saat kami berjalan menuju keluar lorong, si Sulung berhenti sejenak menoleh ke belakang, "Ya pa, aku janji untuk selalu rajin belajar.... Agar aku besar nanti tidak menjadi seperti orang itu...", Dia melihat toko itu dari kejauhan yang tetap sibuk dengan pembeli terkadang sambil berteriak meminta barang yang dipesan.

Bekasi Tengah Malam, 23/10/22, @Cakbro
#MemberiPelajaranKehidupanBuatSiSulung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun