Terdengar perdebatan dari suara istriku yang meninggi dan rengekkan si sulung yang ingin ikut denganku. Terpaksa aku coba menengahi, "Ya sudah lah... biar abang ikut dengan papa". Kemudian mereka berdua mendatangiku, "Tapi ingat, itu pasar onderdil... kamu jangan macam2 karena tidak ada arena bermain di sana" sergah istriku kepada si sulung dan dijawab, "Baik ma.. abang tahu koq, ... abang cuma ingin tahu pasar senen seperti apa.", jawab anakku seraya menaiki motor dengan ransel yang dikenakan. Ransel itu berisi minuman botol dan makanan kecil.
*****
Tiba lah kami di pasar senen, si sulung yang kali pertama merasa terheran-heran dan berceloteh, " Waduh, begini ya pa.... berbeda dengan Mall yang sering kita kunjungi... disini panas dan pengap." Saya pun menggamit tangannya diantara lalu-lalang ragam orang keluar dan masuk di toko. Ada yang membawa barang tergopoh-gopoh dari los toko, ada orang yang memanggul barang yang cukup besar, dan sebagainya. Tetiba ada barang yang jatuh dari punggung seseorang akibat bersenggolan dengan orang lain yang berjalan cepat dan terjadilah keributan dari keduanya.
Saya pun segera mempercepat langkah, dan setengah menyeret si Sulung, guna menghindari kerumunan. Si Sulung pun agak sedikit panik karena kali pertama melihat kekacauan dan keributan yang terjadi, belum sempat dia ingin bertanya saya segera menutup mulutnya. Kemudian kami masuk mencari lorong toko yang cukup sepi dan mencari barang onderdil yang dibutuhkan.
Akhirnya saya menemukan toko yang dicari, terlihat kerumunan para pembeli yang meminta pelayan toko untuk meminta barang yang diinginkan. Toko yang terlihat kecil karena lebar etalase yang terbatas, seperti halnya kios-kios toko lainnya, namun di dalam toko begitu banyak ragam jenis barang yang bergantungan dan lemari dengan kotak-kotak berisi alat-alat atau onderdil, yang memanjang ke arah belakang kios tersebut. Beberapa pelayan pun sangat sigap untuk mencari barang onderdil yang dipesan para pembeli.
*******
Usai membayar barang yang dibeli sesuai dengan keinginan, si Sulung menarik bajuku "Pa, aku haus.... ingin minum." Ya ampun.... Karena asyik mengantri dan membayar, terlupa kalau membawa si Sulung kecil, "Oh ya ya sebentar bang, ini sudah selesai koq... Abang khan bawa minum di ransel", kemudian kami berdua mencari tempat. Kebetulan ada toko yang sedang tutup dan kami numpang duduk di emperannya, lantas si sulung membuka ransel untuk mengambil botol minum dan snack cemilan yang dibawa dari rumah.
Sambil mengunyah cemilan, " Pa.. tadi aku takut sekali lihat orang yang berantem dan ribut-ribut tadi...." kata si Sulung. Aku pun masih asyik memasukkan barang yang telah dibeli ke dalam tas, "Khan tadi papa sudah bilang, tidak usah ikut....pasar disini berbeda dengan Mall yang biasa kita kunjungi". Usai mengunyah cemilan si sulung meminum air dari botol, " Mereka terlihat sibuk sekali dan terburu-buru..... kasihan ya Pa."
Usai membereskan barang, saya duduk disampingnya, "itulah bang.. mereka harus bekerja keras untuk mencari uang buat keluarganya...". Si sulung yang telah menyelesaikan makannya, " Tapi kenapa beda dengan papa?,... aku khan pernah di ajak ke kantor papa. Kantor papa bersih dan rapi.... Ada meja dan kursi ... ada AC dan ruangannya dingin."
Aku membelai si sulung, " Mereka memang beda dengan papa bekerjanya... itulah kenapa mama selalu cerewet dengan kamu untuk selalu rajin belajar". Si Sulung pun meluruskan kakinya karena kecapaian, saya melanjutkan "Jika kamu rajin belajar dan lulus dengan nilai terbaik... nanti saat besar kamu akan bekerja di kantoran seperti papa". Si Sulung terdiam sejenak, "berarti mereka itu dulu malas belajar ya pa....".
Aku pun tersenyum dan bertanya, " seandainya kamu nanti besar dan melamar kerja dengan nilai rapor jelek... kira-kira kamu diterima tidak di kantor seperti papa?". Si sulung menggeleng, "jelas ditolak dong Pa, pastinya hanya orang yang punya rapor bagus yang bisa bekerja di kantor yang bagus seperti papa".
Aku senang mendengarnya karena si Sulung mulai memahami, "Makanya, mulai sekarang kamu harus rajin belajar... agar mendapat rapor yang bagus. Jika kamu malas belajar, terpaksa kamu diterima di tempat ini, dan bekerja serabutan untuk mendapat uang..". Si Sulung pun mengangguk dan Aku pun berdiri menggamit tangannya untuk kembali pulang.