Ku merenenung bertafakur,
Sisa jalanku mulai terukur.
Bahwa usia tak bisa mundur,
Berharap ingin kembali diatur.
Kumendesah dalam helaan nafas,
Apa karyaku sudah dianggap puas.
Dalam asa belum dianggap pantas,
Banyak angan yang belum digagas.
Ku berjalan dalam kesendirian,
Untuk melihat tapak perjalanan.
Tak terbayang sudah banyak pahatan,
Walau belum dianggap kebanggaan.
Ku melihat pantai dari lautan,
Sebentar lagi tercapai pelabuhan.
Mungkinkah ini pelabuhan terakhir,
Tuk tanggalkan masa yang belum diukir.
Hidupku tak mungkin akan abadi,
Sekalipun minum obat berkali-kali.
Ada suatu masa yang tak bisa diganti,
Ada suatu peran yang harus diganti.
Ghirah dan gairah sebagai pengembara,
Sudah waktunya terhenti untuk tetirah.
Perbaiki taring dan jaring yang semrawut,
Mungkin untuk pengganti di masa berikut.
Ku menyandar bukan berpasrah diri,
Hanya mengenang karya tuk dinikmati.
Di sisa waktu yang tak bisa diulur lagi,
Rampungkan alat untuk berbenah diri.
Jika harimau akan tinggalkan belang,
Ku akan tinggalkan karya saat berpulang.
Walau tak seharum bagi semua orang,
Juga tak cukup dianggap bekal amalan.
Di sisa umur menjelang menuju akhir,
Ku hanya bersyukur dan berserah diri.
Kiranya Tuhan selalu memberkati,
Agar beroleh amalan cukup saat aku kembali.
@Cakbro, Syukuri Umur
Bekasi dini hari, 270922