Duar !!!!
Letupan kembang api,
Membuncah dilangit sepi.
Berpendar mewarna,
Menari-nari di angkasa,
Memang sungguh mewah...
Zing !!!
Desingan menderu,
Dari petasan yang memburu.
Lesatan kejar-mengejar,
Berlarian di angkasa,
Di cerah malam gulita,
Sungguh meriah....
Tapi kini,
Tahun baru ini,
Kalau pun terjadi,
Tak lagi ada rasa sensasi.
Karena kondisi wabah
Melanda negeri ini,
Semua berliput sedih.
Tak ada letupan tawa,
Atau buncahan gembira,
Hanya gundah gulana,
Merenung dengan duka lara.
Angkasa terlihat menghitam berkilap,
Awan serasa pekat menjadi gelap,
Terbayang wajah-wajah duka,
Mengawang seolah menderita,
Teringat teman dan rekan sekerja,
Terbayang handai dan saudara,
Terlintas wajah orang-orang tua,
Yang terimbas karena wabah...
Mereka tak  berdosa,
Hanya tertular tak sengaja.
Mereka tak berdaya,
Lantaran penah bertegur sapa.
Namun apa di kata,
Juga apa harus dinyana,
Hanya do dan airmata,
Tuk mengenang mereka....
Entah dosa dan salah siapa,
Mengapa negeri terjadi bencana.
Padahal kami bukanlah tumbal,
Atas perbuatan siapa yang tak bermoral.
Untuk salah siapa,
Menanggung dosa siapa,
Kalau pun menghujat,
Wabah pun tak hilang mengejap.
wabah terkini pun datang kembali,
Seolah tak mau pergi dari sini,
Kan cabut nyawa bagi yang tak perduli,
Selalu datang silih berganti...
Tahun baru ini,
Tak layak untuk dinikmati,
Hanya jadi renungan sedih,
Mengenang bencana wabah ini..