Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kajian Atas Pendakian Gunung: Sport Tourisme Berdampak Positif Bagi Perekonomian Masyarakat

15 November 2021   16:20 Diperbarui: 15 November 2021   17:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

A. Pengantar

Hiking atau pendakian gunung memang hobby yang agak unik dibandingkan dengan hobby lainnya. Karena tidak semua orang, walau ingin sekali, mau dan mampu untuk melakukan itu. 

Pada umumnya, hampir sebagian orang yang ingin berpetualang pendakian gunung atau hiking lebih tertarik karena mendengar betapa fantastis akan petulang dan kisah-kisah yang diperoleh dari seorang yang berpengalaman saat naik gunung.

Ketertarikan tersebut perlu diimbangi dengan pengetahuan yang cukup mengenai cara pendakian gunung, terkadang bagi pemula tidak bisa memilih atau mengenal rute jalan dengan baik dan kahirnya bisa tersasar di gunung. 

Apalagi jika perjalanan pendakian tanpa persiapan baik fisik maupun perbekalan, akan banyak timbul masalah dan bisa berakhir secara buruk. 

Oleh karena itu, pendaki gunung pemula bisa mulai mencari pengetahuan (searching lewat google) tentang kondisi alam, persiapan dan perbekalan hingga pelatihan fisik yang diperlukan dalam pendakian.

Walau kegiatan pendakian gunung cukup berisiko, namun setiap tahun justru mengalami peningkatan. Pendakian gunung memang sebagai olahraga yang menantang dan memiliki sensasi tersendiri bagi peminatnya. Lantaran kegiatan pendakian berkaitan dengan wisata alam, maka kegiatan tersebut dapat dikelompokkan pariwisata dengan minat khusus. 

Pariwisata tersebut kini merupakan suatu industri jasa terpopuler di luar negeri yang dikeanl dengan sport tourism, karena telah dikelola secara profesional sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi negara tersebut. Demikian pula, Indonesia juga mulai berbenah diri untuk menggerakkan industri bisnis jasa tersebut berfokus.

B. Dampak Sport Tourisme Terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan atas kegiatan pendakian gunung terhadap pariwisata dalam rangka sport tourisme, maka penulis mencari hasil riset penelitian yang sepadan, salah satunya dilakukan oleh R.M Daris dan H.B Wijaya (2017) berjudul "Pengaruh Pariwisata Pendakian Gunung Prau Terhadap Ekonomi masyarakat Desa Patak Banteng". 

Peneliti menyebutkan bahwa kegiatan wisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan berpergian dari tempat tinggalnya menuju lokasi lain untuk mendapatkan suatu hiburan (Mathieson et al. 1982).

Menurut Spillane (1991) dalam R.M Daris dan H.B Wijaya, pariwisata adalah kegiatan berupa melakukan perjalanan, dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, kepuasan, memperbaiki kesehatan, olahraga, istirahat, menjalankan tugas, ziarah, dan lainnya yang sudah dilakukan sejak jaman dulu. 

Di Indonesia sendiri aktivitas wisata sudah berkembang dan didukung dengan tempat wisata yang beragam mulai dari wisata budaya, alam, petualangan dan sebagainya.

Dari hasil penelitian tersebut, dampak positif bagi pariwisata atau perekonomian masyarakat dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Diversifikasi Usaha atau Ekonomi,

Adanya pariwisata berupa pendakian di Gunung Prau, Patak Banteng, Wonosobo telah menjadikan diversifikasi ekonomi bagi masyarakat sekitarnya, karena munculnya lapangan kerja baru berupa; guide atau porter bagi kelompok pendaki, pengelola objek wisata, pengelola lahan parkir, penyedia penginapan, penjual oleh-oleh atau cenderamata , persewaan perlengkapan pendakian, pemandu wisata, dan penjual makanan, dan sebagainya.

b. Peningkatan Putaran Uang (Velocity Money),

Adanya aktivitas pendakian gunung terjadi peningkatan perputaran uang (velocity money) bagi masyarakat daerah tersebut, karena wisatawan mengeluarkan uang dengan perkiraan rata-rata sebesar Rp 124.124,- per hari per wisatawan. Dapat dibayangkan berapa banyak uang yang mengalir di masyarakat Desa Patak Banteng perharinya, perminggu, hingga perbulan baik pada saat musim normal (normal season) atau musim puncak (peak season).

c. Kesempatan Kerja atau Lapangan Pekerjaan,

Aktivitas sport tourisme berupa pendakian gunung turut memberikan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, terutama bagi warga yang pengangguran karena adanya diversifikasi usaha tersebut. 

Dari hasil data peneliitan, sebanyak 120 pelaku usaha yang terlibat, 13 di antaranya adalah warga setempat yang tadinya tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Jenis pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah petugas parkir yang menyerap lima tenaga kerja, disusul dengan pemandu wisata dan juga pengelola objek wisata.

d. Tingkat Pendapatan,

Berdasarkan hasil wawancara dengan wrga setempat, adanya aktivitas pendakian gunung tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari 120 reponden yang diteliti, sebagian besar mengaku mengalami peningkatan pendapatan dibandingkan aktivitas lainnya. Ada sebagian warga menganggap sebagai pekerjaan tambahan dan sebagian lagi sebagai pekerjaan utama.

e. Penyerapan Tenaga Kerja,

Adanya aktivitas pendakian Gunung turut menyerap tenaga kerja atau masyarakat usia produktif. Dalam hal ini, di Desa Patak Banteng dari total populasi Desa Patak Banteng yang berjumlah 3.108 jiwa, 1.569 jiwa di antaranya ada di usia produktif. 

Dari 120 responden yang terlibat dalam aktivitas pariwisata, dan angka tersebut apabila diprosentasekan adalah sekitar 8% dari seluruh masyarakat yang ada di usia produktif. Dengan demikian, pemerintah daerah setempat menyadari bahwa keberadaan sektor pariwisata sangat menguntungkan selain sektor pendapatan utamanya di sektor pertanian.

f. Tingkat Ketergantungan,

Sebagian besar dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pariwisata tersebut berdampak positif, namun juga memberikan dampak negatif yakni adanya ketergantungan. Ketergantungan terjadi karena masyarakat setempat merasa nyaman dengan pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh dari sektor pariwisata tersebut. 

Terbukti, ketika ada penutupan kegiatan pendakian karena perlu di rehabilitasi atau me-rekondisi hutan-hutan tersebut, mereka berharap agar tidak terlalu lama karena mempengaruhi pendapatan mereka.

C. Penutup 

Pendakian gunung saat ini tidak hanya sekedar pemenuhan hobby anak-anak muda yang ingin mencari sensasi untuk menikmati keindahan panorama alam walau sedikit berisiko. Namun telah menjadi ladang bisnis yang menguntungkan yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut. 

Sebenarnya, tidak hanya pendakian gunung sebagai pengoptimalisasi sektor pariwisata, namun banyak kegiatan sport tourisme lainnya berupa olahraga yang berada diarea terbuka yang menjadi trend bagi masyarakat seperti bersepeda gunung, olahraga arus deras, paralayang diketinggian atau bukit, dan sebagainya. 

Pemasyarakatan olahraga tersebut juga sebagai kegiatan program pemerintah untuk membugarkan kesehatan fisik masyarakat sehingga bisa meningkatkan imun tubuh untuk melawan kondisi pandemi Covid-19.

Dapat kita bayangkan berapa gunung dengan panorama alam yang sungguh memikat di berbagai wilayah Indonesia bila dapat dikelola secara professional, akan berdampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat setempat dan sebagai alternatif penerimaan negara yang saat ini sedang menghadapi masalah akibat wabah kondisi pandemi. 

Dengan demikian, sport tourisme memang harus dikembangkan lebih jauh dan intens oleh pemerintah pusat dan daerah karena bagian program strategis nasional dalam rangka Peningkatan Ekonomi Nasional (PEN) sesuai intruksi dan arahan dari Presiden Republik Indonesia.

Sumber referensi:

Umbu Rihi (N/A), Pengaruh Wisata Pendakian Gunung Kilimutu Terhadap Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Ende, https://www.academia.edu/31914014/  (diakses tanggal 7 November 2021)

R.M Daris dan H.B Wijaya (2017), Pengaruh Pariwisata Pendakian Gunung Prau Terhdap Ekonomi masyarakat Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo, Universitas Diponegoro, Jurnal Teknik PWK (Perencanan Woilyaah dan Kota), Vol.6(2), 2017, pp 125-130.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun