Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logical Falacy: Korupsi Itu Kesetimbangan Alam?

13 Juli 2021   16:33 Diperbarui: 13 Juli 2021   16:39 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KORUPSI ITU KESETIMBANGAN ALAM?

Benarkah korupsi itu buruk? Jika buruk bagi siapa dan jika baik itu bagi siapa. Tergantung cara kita memandang. Kita tidak dapat melihat sesuatu secara obyektif bila kita masih punya kepentingan, Berarti akan tercampur rasa subyektifitas.

Korupsi itu memang bisa diberantas? Menurut saya, korupsi bagaikan atom atau energi. Korupsi tidak bisa dimusnahkan, dia akan berubah bentuk ke dalam bentuk lain, entah model, modus atau Teknik terbaru sebagai hasil metamorfosa menyesuaikan dengan lingkungannya. Kenapa saya punya keyakinan seperti itu? Karena dalam diri manusia ada sifat jahat yakni keinginan buruk (nafsu), zat inilah yang menyebabkan korupsi akan tetap ada.

Jadi akan sia-sia selama ini jika kita hanya berfokus pada korupsi dan bagaimana untuk menghilangkannya. Walau dengan metode atau cara seefektif apa pun atau dengan model atau teknologi canggih sekali pun. Sepanjang ada keinginan jahat -nafsu (merupakan fitrah manusia), korupsi itu tetap akan ada. Korupsi seperti penyakit manusia dengan keinginan jahat (nafsu) lainnya seperti berjudi, sex, pembunuhan, pembohongan, dsb.

Mohon maaf jika saya ambil contoh tentang sex, apakah Wanita Tuna Susila (WTS) atau Wanita Pekerja Sosial (WPS) itu buruk dan harus diberantas?, Jika ya, kenapa masih tetap ada?. Kita memandang WTS/WPS itu buruk, tapi mungkin saja dimaklumi bagi keluarga yang menopang hidup mereka, atau karena tidak ada pekerjaan yang cocok baginya, atau memang sudah semacam penyakit kebiasaan/habbit baginya, dsb. Dan jangan lupa, masih ada orang lain yang membutuhkannya.

Ah itu khan hanya sekedar justifikasi saja, tetap saja WTS/WPS tidak baik bagi siapa pun yang memiliki akal dan nurani yang baik. Memang iya, tapi kenapa mereka tetap ada? Ya itu, karena ada kepentingan atau keinginan, ada orang disisi lain yang membutuhkannya. Seperti hukum ekonomi : ada demand (permintaan) pasti ada supply (penawaran).

Balik lagi ke masalah korupsi,... Jadi bagaimana?. Permasalahannya buka pada korupsi sebagai obyek, karena dia adalah akibat dari suatu kondisi. Jika kita ingin mengurangi korupsi, mari kita berpikir bagaimana caranya menciptakan suatu kondisi untuk mengurangi atau mengendalikan kepentingan manusia.

Korupsi bisa juga seperti penyakit virus, Lho koq bisa?. Indonesia atau negara Asia dianggap negara terkorup, itu dianggap wajar. Nah negara maju seperti Amerika, pastilah kita bayangkan sangat rendah merka untuk berbuat korupsi. Anda ingat kasus Enron?, yang membuat Amerika pontang-panting menghadapi korupsinya dan hampir limbung kondisi perekonomiannya. Ingat kasus Bank Ing Barings di Inggris?, kenapa pegawai bank yang nota bene makmur tetap ada niat berbuat korupsi dengan melakukan pengrusakan sistem perbankan dan membuat kalang kabut pemerintah Inggris.

Korupsi itu seperti hujan misalnya. Awalnya di daratan terjadi kemarau dan udara panas, maka di laut akan terjadi penguapan dan membentuk awan. Karena awan bersifat dingin, ia akan pergi menuju udara panas yakni ke daratan dan timbullah hujan. Hujan akan membasahi bumi atau daratan, dan air dari daratan akan Kembali ke laut, begitulah seterusnya. Itulah hukum kesetimbangan alam (equilibrium).

Bekasi, juli 2021.

(Catatan Pikir dari yang Fakir Ilmu Berdasar Logical Fallacy)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun