Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa dan Skripsi: Perlu Pendekatan Implementatif antara Dunia Akademis dan Bisnis

13 Mei 2021   00:14 Diperbarui: 13 Mei 2021   00:19 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengantar

Rasanya sudah menjadi kegalauan pemerintah, ketika Presiden Jokowi menyatakan bahwa dalam dunia globalisasi dan kemajuan penegtahuan dan teknologi serta penuh ketidakpastian, sistem Pendidikan kita sudah perlu dilakukan perubahan secara fundamental. Terutama agar mengurangi gap anatara dunia akademis dan dunia kerja, karena seolah mereka berjalan dalam rel yang terpisah. 

Alhasil banyak para mahasiswa yang lulus tidak sesuai dengan harapan dari masyarakat. Banyak mereka bekerja bukan pada jalur akademis, kalau pun sesuai mereka sulit mengimplementasikan dalam dunia kerja atas ilmu yang diperolehnya. 

Oleh karena itu, perlu kerjasama yang erat antara dunia kerja dengan dunia akademis. Perlu dilakukan Naskah Perjanjian Kerjasama yang nyata. Keduanya harus tercipta hubungan simbioisi mutualisme yang saling menguntungkan. Untuk menjabarkan permasalahan, penulsi sengaja mengadopsi dalam bentuk cerita ringan seperti dibawah ini.

B. Kisah Mahasiswa dan Skripsinya 

1) Bertemu Dosen Pragmatis Dalam Proposal Skripsi

Ada suatu kisah tentang mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada suatu Universitas ternama, saat jelang semester akhir mereka harus membuat skripsi. Kemudian dia bersama temannya menemui seorang dosen untuk diminta menjadi dosen pembimbing. 

Sang Dosen bicara, "Baik, saya terima menjadi Dosen pembimbing skripsi kalian. Syaratnya dalam satu semester ini, kalian harus membuat proposal skripsi seperti proposal bisnis yang akan ditujukan ke investor. Jadi silakan susuri daerah sekitar Jakarta yang akan dijadikan rencana bisnis kalian ", dan lanjut Sang Dosen " Jika sudah selesai saya akan berikan kepada calon investor sesungguhnya untuk mereviu,".

" Wow keren juga pak, ini serius ya?" tanya sang mahasiswa dan lanjut sang Dosen, "Untuk satu semester ini karena kondisi Covid-19 maka saya bebaskan kuliah, coba dalami dan pelajari mata kuliah sebelumnya atau searching di google bagaimana membuat proposal yang baik.". 

Mendengar tambahan penjelasan sang Dosen, mereka semakin senang, "Asyik.. kita bebas kuliah Bro. Tapi bagaimana mekanisme dalam proses pembimbingan skripsi kami, pak?" tanya sang mahasiswa lagi. "Yang penting setiap ada progress dalam proposal segera telpon untuk bertemu dengan saya, silahkan kita bebas tentukan tempat.. mau di kantin kuliah atau di kafe". Begitu ceria para mahasiswa mendengar penuturan sang Dosen.

Kemudian jelang dalam seminggu, para mahasiswa setelah sepakat mondar-mandir memperhatikan kawasan wilayah Blok M, Jakarta selatan sebagai sasaran target untuk dijadikan proyek proposal. Kemudian sang ketua kelompok menelpon sang Dosen untuk janjian bertemu di kantin kampus. "Jadi kalian berencana akan buka kafe di sekitar blok M ya?", tanya sang Dosen. 

" Iya pak, itu berdasarkan pengamatan kami, membuka bisnis kafe merupakan prospek yang menjanjikan dibanding usaha lainnya", tukas sang ke mahasiswa. "Rasanya bisnis lain kurang menjanjikan, Misalnya bisnis UKM seperti jual barang kelontong atau usaha lainnya.", lanjut si Mahasiswa.

2) Pencarian Data Realistis Untuk Mendukung Proposal Bisnis

Seraya menyerahkan lembaran proposal mereka kepada sang Dosen, si Mahasiwa berkata, " Mohon maaf pak, kami belum sempat menyusun proposal sesuai dengan pedoman kampus terutama kami belum melengkapi dengan ringkasan teori". Sang Dosen menjawab, " Tidak perlu, ini sudah cukup bagi saya karena kalian sudah buatkan rincian peta-peta usaha yang ada disekitar wilayah disini". 

Sambil memperhatikan lembaran proposal, kemudian dengan wajah senang sang Dosen berkata, "Oke, kalau kalian sudah sepakat akan membuat bisnis kafe, dan pertanyaan saya adalah ada berapa kafe disini dan apa sudah dikelompokkan jenis usahanya. Jika pun ada yang sama, pasti ada diferensiasi yang membedakan, bisa kalian jelaskan?". 

Dengan jujur mereka serempak menjawab " maaf pak kami belum bisa jawab sekarang, kami akan kembali mencari datanya.. ". Sang Dosen menggangguk, " Baik, kira-kira kapan kalian siap, segera hubungi saya lagi ya?".

Kali ini mereka tidak bisa selesaikan dalam seminggu karena perlu data real untuk meninjau satu persatu kafe yang ada diwilayah tersebut. Selang dua minggu berikutnya, mereka pun kembali menelepon sang Dosen dan janjian di sebuah caf. 

Sang Dosen bertanya setelah melihat kajian data yang diminta, "Ok, sekarang kalian tahu bahwa kalian punya 20 kompetitor usaha kafe. Nah berapa sewa kafe disana, dan adakah lokasi sewa yang murah? ... coba cek lokasi lagi dan tanya ya". 

Di pertemuan ketiga, sang Dosen kembali bertanya dan meminta untuk ditambah data, berapa dana yang dibutuhkan untuk membangun kafe dengan memasukan biaya desain interior yang menarik.

3) Perlu Kesungguhan Untuk Meyakinkan Prospek Proposal

Pada pertemuan keempat, sang dosen bertanya lagi, " Ok, sekarang apa target pengunjung yang kalian ambil... pengunjung baru kah? Kira siapa saja yang akan datang dan apa motivasi mereka agar berminat datang ke kafe kalian? Atau jika ingin mengambil pengunjung lama dari kafe lain, kalian harus memiliki jenis caf yang distinctive dan menarik. Ingat, pengunjung punya loyalitas terhadap cafenya lho". 

Kali ini, para mahasiswa sudah merasa kelelahan karena setiap pertemuan selalu dihadapi dengan pertanyaan, " Mohon maaf, apakah bapak bisa membuat semacam daftar pertanyaan agar kami bisa mencari data sekaligus untuk menjawab?". 

Sang Dosen menukas, " Oh tidak bisa, saya disini bukan lagi sebagai dosen, tapi seolah sebagai investor sesungguhnya dengan mempelajari progres proposal bisnis kalian. Pertanyaan timbul berdasarkan respon atas data yang kalian berikan. Saya menginginkan bahwa skripsi kalian nanti benar-benar bisa diwujudkan dan bukan teoritis semata".

Tanpa sadar dengan kesabaran dan kegigihan mereka dari beberapa kali pertemuan, mereka benar-benar berdiskusi secara intens, kadang sering terjadi perdebatan menarik antar dosen dan mahasiswa. 

Melihat wajah mereka yang merasa lelah, sang Dosen memberikan motivasi semangat untuk menyadarkan mereka, data real di lapangan sangat dibutuhkan jika ingin benar-benar terjun dalam bisnis nyata dan konsep proposal bisnis harus benar-benar bisa meyakinkan sang investor.

Kemudian, tibalah proposal bisnis menurut dosen dapat dianggap layak untuk dipresentasikan kepada calon investor. Sang dosen memberikan sebuah kartu nama, " Ok, menurut saya proposal bisnis ini sudah layak. Sekarang tolong kalian temui beliau dengan alamat ada dikartu nama. Coba jelaskan ajuan proposal sebagai rencana proyek bisnis yang prospektif". 

Mereka pun menemui sang calon investor sesuai dengan kartu nama. Ketika mereka bertemu dengan calon investor, " Ok, dosen kalian sudah kontak saya. Saya berjanji akan reviu proposal bisnis yang kalian ajukan apakah benar-benar layak direalisasikan". Kemudian mereka menjelaskan dan berdebat mengenai ajuan proposal tersebut.

Keesokan harinya, mereka bertemu dengan sang dosen untuk melaporkan hasilnya, " Mohon maaf pak, ternyata proposal kami ditolak dan beliau tidak tertarik dengan proposal kami, walau kami sudah menjelaskan dengan argument data di lapangan". 

Sang Dosen tersenyum, " Nah, kalian rasakan bahwa skripsi atau proposal bisnis yang kalian buat yang menurut saya cukup layak belum tentu bisa diwujudkan. Ini adalah tantangan kalian dan ini sebagai catatan perbaikan dalam ajuan proposal berikutnya kepada investor lain".

4) Perlu kesabaran Untuk Meyakinkan Investor

Sang dosen kembali memberikan beberapa kartu nama, " Oke, kalian tidak boleh putus asa. Coba hubungi satu persatu calon investor ini. Jika mereka menolak lagi, tanyakan apa sebabnya dan apa harapan atau keinginan mereka agar bisa mewujudkan proyek bisnis kafe kalian. Perbaiki dan perbaiki lagi hingga proposal bisnis kalian memang layak bagi mereka". 

Selama berbulan-bulan mereka menghubungi beberapa calon investor, masih belum menemukan hasil. Sementara waktu batas skripsi dari kampus mulai berakhir. Terdengar teman-temannya banyak yang sudah selesai skripsi dan tinggal menunggu jadwal sidang. 

Sementara itu, mereka merasa keberatan dengan sikap sang Dosen yang hanya mau menerima proposal sebagai skripsi mereka jika ada investor yang mau mewujudkan proyek mereka.

Akhirnya ada juga sang Investor yang tertarik dengan proposal mereka, " Oke, setelah mendengar penjelasan kalian, menurut saya konsep proposal bisnis ini cukup layak walau masih standar. Coba bisakah kalian tambahkan data, misal perlu tidak menambahkan menu lain agar kompetitif dengan kafe lain. Tapi itu harus membuat dapur tambahan ya. Berapa kisaran biaya dengan desain dapur yang efisien?. Kira-kira coba hitung berapa lama modal investasi bisa impas jika saya lakukan.". 

Kemudian para mahasiswa berjanji untuk memperbaiki dan melengkapi data yang diinginkan serta berjanji akan memberitahukan kapan pertemuan kembali.

Saat mereka selesai melengkapi data dan serahkan proposal perbaikan kepada calon investor, " Hmm.. memang cukup mahal ya cost produk karena harga bahan mentah di daerah sini cukup tinggi, tapi kalau pun kita beli ke pasar yang lebih murah, itu harus menambah ongkos dan waktu... bagaimana menurut kalian?". 

Diskusi dan perdebatan terjadi secara intensif dan berakhir dengan membuat catatan sebagai solusi. Sang investor berkata, " Ok. Saya rasa cukup sekian, saya bersedia untuk sempatkan waktu luang agar kalian bisa presentasi dengan dosen kalian ya". Sambil sodorkan kartu hotel, " Kalau bisa pada tanggal sekian ya di hotel ini, kebetulan saya ada rapat perusahaan disana. Biar nanti saya yang kontak dosen kalian untuk pertemuan ini", ujar sang investor sambil menepuk pundak mereka sebelum berpisah.

Ketika tiba saat pertemuan, mereka kaget bukan kepalang karena acara pertemuan diadakan di suatu ruang rapat hotel cukup mewah, tentu saja sang investor yang membiayai pertemuan tersebut. 

Disana mereka tidak hanya bertemu dengan sang Dosen yang penuh senyum bangga dan sang calon investor, tetapi juga dihadiri oleh beberapa staf penting karyawan si Investor serta teman-teman kuliahnya. 

Dalam pembukaan acara, Sang investor berkata, " Baik para bapak/ibu yang hadir, dan mohon maaf membuat kalian kaget. Sengaja kalian semua saya undang, karena kali pertama kami bekerjasama dengan universitas kalian dalam rangka membuat proyek bisnis yang sesungguhnya. Kebetulan juga, kami berencana akan mengekspansi usaha caf resto kami untuk wilayah Blok M.  Oleh karena itu, kami meminta masukkan dari semua yang hadir atas komentar dan masukkan agar proposal bisnis yang akan dipresentasikan benar-benar layak untuk diwujudkan". Pada awalnya rasa gugup melanda para mahasiswa tersebut, namun karena mereka sudah memahami dengan data-data kaijan bisnis, setiap pertanyaan dan debat dapat di atasi dengan lancar.

5) Ternyata Hasil Tidak Menghianati Kerja Keras

Akibat berbulan-bulan mereka disibukkan dengan proporal bisnis mereka, tanpa sadar tiba saatnya pengumuman kelulusan dari kampus mereka. Mereka bingung karena sudah berbulan-bulan tidak ke kampus. 

Mereka merasa belum membuat skripsi sesuai dengan pedoman universitas, karena mereka hanya mendapatkan persetujuan proposal bisnis dari calon investor dan sang dosen. Seharusnya proposal tersebut dikonversikan lebih dahulu menjadi sebuah skripsi layaknya. 

Tiba-tiba mereka dikejutkan karena menerima surat dari kampus yang menyatakan bahwa mereka sudah lulus dan mendapat undangan untuk diwisuda. Kegalauan mereka bertambah menjadi pertanyaan tak terjawab, pola pendekatan skripsi mereka berbeda setelah bertanya dengan kawan-kawan lainnya.

Tiba saat diwisuda, tiba-tiba mereka diminta untuk menuju panggung dan disebutkan bahwa hasil kelulusan mereka mendapat hasil yang tak diduga, mereka mendapat nilai Cum Laude dan summa cum laude atas hasil skripsi akademisnya. 

Mereka pun diminta duduk sejajar dengan rektor, para dekan dan akademisi lainnya dalam satu panggung. Tak berapa lama, muncul sang dosen yang menyapa dengan senyum. 

Dosen tersebut kali ini memberikan orasi ilmiah mengenai perubahan pola pengajaran universitas dengan pendekatan bisnis dan rencana kerjasama pihak universitas dengan dunia swasta serta merubah pedoman pembuatan skripsi agar lebih implementatif. Dan yang membuat mereka terharu adalah kajian studi kasus adalah proposal bisnis mereka yang berhasil diwujudkan dalam proyek bisnis yang nyata.

Memang hasil tidak akan menghianati hasil kerja keras mereka, model ajuan proposal bisnis mereka ditetapkan sebagai model yang akan diterapkan pada mahasiswa periode berikutnya. Keberkahan pun benar-benar tercurah pada mereka. 

Tiba-tiba muncul sang calon investor menuju panggung dan juga memberikan sambutan sebagai wakil dunia swasta yang merasa puas dan siap untuk bekerjasama. 

Dalam sambutan sang investor, sambil mengangkat proposal bisnis mereka menyatakan sebagai proyek bisnis yang akan direalisasikan dan menunjuk para mahasiswa sebagai pimpinan proyek dan diikat sebagai karyawan mereka. Gemuruh tepuk tangan berderai, karena mereka dianggap sebagai trigger kampus dan berhasil mengimplementasikan untuk menipiskan gap antara dunia akademis dan dunia kerja.

C. Penutup

Cerita ringan ini mungkin bisa menginspirasi secara sekilas dan jadi renungan bahwa perlunya perubahan dalam kurikulum Pendidikan untuk mendekatkan jarak antara dunia akademis terhadap hasil akademisi agar lebih implementatif dalam dunia nyata. 

Karena selama ini dianggap bahwa skripsi atau tesis sebagai hasil akademis masih didominasi berdasarkan hasil kajian teoritis dengan data historis yang perlu dikalibrasi (up-date) sesuai dengan kondis riil di masyarakat terutama dunia bisnis. 

Jangan sampai kajian akademis hanya sampai di perpustakaan semata, melainkan perlu dilanjutkan secara implementatif seperti yang dikisahkan dalam cerita ringan tersebut.

Dalam penyusunan proses penelitian, sang dosen pembimbing pun perlu aktif dan respon serta  kerjasama dengan masyarakat, dalam hal ini dunia swasta atau praktisi. 

Pihak universitas pun lebih terbuka dengan kondisi dan paham mengenai kebutuhan masyarakat. Apalagi dalam dunia globalisasi dan kemajuan teknologi serta informasi yang sangat fluktuatif bahkan penuh ketidakpastian. 

Memang bukan tujuan utama saat lulus para mahasiswa bisa langsung terjun ke masyarakat untuk mengamalkan (menerapkan) ilmu agar bermanfaat bagi masyarakat sebagai stakeholder utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun