Sedangkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan bukan karena azas legitimasi semata, tetapi karena personalitas atau kewibawaan yang dimiliki. Dia disegani umumnya karena memiliki kecakapan kewibawaan terhadap bawahan karena didukung oleh sikap dan perilakunya.
Pemimpin hanya merupakan sumber informasi dan melakukan pengendalian secara minimal. Dia hanya menyampaikan hasil analisis masalah dan alternatif tindakan, sedangkan keputusan sebaiknya berdasarkan kesepakatan kelompok.
Prakarsa dapat saja diusulkan dari bawahan/kelompok, sedangkan pemimpin hanya memberikan alternatif serta tanggung jawab keberhasilan berdasarkan kelompok.
C. Pengertian Resonance Leadership
Kepemimpinan beresonansi adalah aspek yang dapat melahirkan seorang pemimpin beresonansi. Dr. Anne McKee, seorang pengajar di The Singapore Institute of Management, dalam bukunya Resonant Leader, menjelaskan suatu cara untuk memahami bagaimana orang dapat mengembangkan Emotional Intelligence (EI) dan memaintain resonant leader melalui - mind, body, heart and spirit.
"People understand the "what" of leadership : the strategy, implementation, and control. What only a few understand is the " how" of leadership. This involve moving people through guiding emotions & passion. Resonance leader are adept at painting compelling pictures that inspire their subordinates."
Mengapa Emotional Intelligence (EI) kini sangat dibutuhkan selain Intelligence Quotion (IQ) oleh manager, karena pegawai membutuhkan pimpinan yang berfungsi sebagai emotional shock absorber yakni mereka ingin di resonansi atas respek yang dimilikinya berdasarkan hubungan kepercayaan yang dibangun.
Oleh karena itu, mereka berharap pimpinan memiliki integritas dalam bersikap secara emosional berdasarkan kepercayaan dan kejujuran dalam berhubungan dan berkomunikasi, dalam hal yang sama, mereka juga harus berjuang untuk bertahan di tengah kondisi ekonomi dan pengaruh globalisasi yang penuh ketidak pastian.
Pemimpin yang memiliki resonant leader dapat mengisnpirasi melalui ekspresi passion, commitment dan perhatian penuh kepada pegawai. Melalui keberanian dan harapannya, pegawai akan terstimulasi dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin yang dapat menciptakan resonansi yang baik adalah pemimpin yang memiliki intuisi untuk bekerja keras mengembangkan EI melalui: kompetensi atas self-awareness, self-management, social awareness dan relationship management.
Lebih lanjut, pemimpin dapat mengarahkan emosinya melalui hope, compassion, enthusiasm, dan excitement untuk dapat memberikan hasil resonansi terbaik untuk menciptakan kultur organisasi yang baik.