[caption id="attachment_89490" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi-Evakuasi di Mesir/Admin (news.id.msn.com)"][/caption]
Bila pemerintah serius menangani evakuasi, niscaya tidak akan diulur-ulur, seperti layang-layang putus,maklum nyawa warga negara Indonesia murah harganya. Sebut aja kekerasan terhadap Jema’atAhmadiyah, saya yakin pelakunya akan selalu kebal hukum, dan tidak akan ditindak oleh pemerintah.Tak heran, jika kami, sebagai sisa-sisa WNI di Mesir, dianggap masih tidak perlu dievakuasi, padahaljustru apa yang terjadi sebaliknya.Mesir sekarang sedang menerapkan teori politik berbanding terbalik, bila tidak aman, maka pemerintah akan mengumumkan ke dunia internasional aman, dan sebaliknya. Buktinya jam malam, masih diberlakukan. Sweeping pun masih berpusat di tiga kota besar ; Kairo, Alexandria da Suez. Karena pemerintah Mesir, tak ingin campur tangan dunia internasional, untuk menyelesaikan masalah di negerinya. Pemerintah Mesir, tak ingin menjadi Irak yang kedua.
Demo di Tahrir Square, memang tidak bergejolak deras seperti yang diliput oleh beberapa media kemarin-kemarin.Namun apa yang di alami olehWNI kita, jauh lebih mengerikan di negeri seribu menara ini. Sebutlah Asih (bukan nama sebenarnya), seorang TKW asal jawa barat, yang diusir majikannya dan tidak digaji gara-gara demonstrasi Mahasiswa Indonesia di bundaran HI yang sok tahu, apalagi ada yang mengecam Mubarak, ingin melakukan suksesi,atau malah menginjak-injak foto Mubarak di depan kedutaan Mesir, di jalan Teuku UmarJakarta. Sungguh Sebuah tindakan bodoh. Ketika peristiwa ini diliput oleh al-Jazeera, maka WNI di Mesir yang terkena imbasnya.Seperti yang saya alami, sebagai Mahasiswa yang tinggal di asrama, belum mendapat beasiswa, karenagejolak politik yang makin tak menentu. Para Pegawai asrama yang biasanya ramah, kini mudah naik darah dan dengan sangat mudah berucap “ Kapan, kamu dipulangkan? “ ungkapnya geram terhadap Mukarram,salah satu mahasiswa Indonesia,yang tinggal di asrama Islamic Mission City, Abbasea, Nasr City, dan banyak yang mengalami hal serupa. Padahal tidak sedikit mahasiswa Indonesia, yang hanya menggantungkan hidupnya dengan beasiswa.
Malam tadi, kira-kira pukul delapan, terjadi tembak menembak di kawasan Hay samin. Kontan saja,mengagetkan mahasiswa yang tinggal di kawasan itu. Begitu juga yang dialami teman-teman yang tinggal dikawasan Tub Ramli, banyak yang sudah ditinggalkan oleh penjaga flat-flat apartemennya(Bawwab) untuk pulang kampung, karena mereka sendiri ketakutan. Malah, bila kami keluar menjinjing barang-barang elektronik, untuk mengamankan diri,sepertin televisi, monitor dan sebagainya, mereka mengira kita akan menjualnya dengan harga bantingdan segera minggat ke negara kita. Sungguh tidak kondusif, karena Mesir sedang menerapkan undang-undang darurat, boleh membunuh di tempat, ucap Asyraf, teman Mesir yang tinggal di kawasan Tub Ramli. Kami pun, jadi ngeri mendengarnya. Memang Bursa Efek sudah dibuka, Kantor imigrasi, dan angkutan-angkutan umum mulai banyak, serta toko-toko dan bank-bank mulai buka, namun mayoritas WNA, hanya terlihat orang-orang Indonesia saja.Sebut saja asrama Malaysia di bilangan Gami’, sepi, tak berpenghuni, padahal biasanyakomplek asrama tersebut ditinggali hingga 1500 sampai 2000 orang. Begitu juga asrama ARMA di Abduh Basya, sepi, hanya terlihat puluhan orang saja.Puluhan warung Indonesia di Mesir, kini tak ada satupun yang berani buka.Padahal, tak sedikit mahasiswa yang mengandalkan kehidupan sehari-harinya nya di Mesir dari bekerja di warung-warung tersebut.
Apabila memang evakuasi ini serius, tentu pemerintah tidak akan lamban dan mengulur-ulur, dengan setiap 3 hari sekali dengan satu pesawat saja. Padahal jumlah WNI disini enam ribuan. Hari ini, yang sedianya dua pesawat, ternyata bohong belaka, hanya satu pesawat dan itupun mungkin yang terakhir.Karenadi sebuah surat kabar Mesir, ternyata Alwi Shihab sudah melakukan hubungan diplomatik dengan Abul Ghait, menteri luar negeri, Mesir. Bahkan, SBY dijadwalkan akan datang ke Mesir di pertengahan bulan Maret, untuk mengikuti sebuah acara besar internasional di Sharm Syeh dan juga direncanakan meresmikan asrama Mahasiswa Indonesia di Mesir. Padahal, perlu diketahui, al-azhar University, kini sedang vakum, karena Rektor barunya, DR Abdullah Husaini Hilal, ditunjuk sebagai menteri perwakafan (Wazir el-Auqaf).
Saya yakin, selama belum ada korban meninggal dari WNI, akibat situasi ini, niscaya pemerintah akan selalu memastikan, aman dan aman, padahal mereka hanya duduk di kantor dengan penjagaan ketat, sedangkan kami WNI, hanyalah orang biasa, dimaki, dipukul, dijarah atau bahkan dibunuh sudah merupakan hal yang biasa.Bila belum ada korban jiwa, maka evakuasi inipun akan setengah hati, semakin hari semakin dipersulit, dengan alasan susah kembali, harus memiliki Visa setahun dan lain-lain.semoga WNI di Mesir selalu dalam lindunganNya. Di sisi lain, Pak Presiden dan Pak Dubes serta jajarannya, tidak hanya memanfaatkan keterpurukan kami di Mesir dengan nuansa politis, karena nyatanya pernyataan-pernyataan elite politikIndonesia tentang Mesir, sangat merugikan WNI. Maka, tidak ada tawar-menawar lagi, "evakuasi atau mati ".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H