Mohon tunggu...
Tjak Gerehh
Tjak Gerehh Mohon Tunggu... -

biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak

1 Juni 2012   03:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajahnya mulai keriput dengan sebelah telinga yang mulai tuli.Kurus  dan legam dibandingkan dengan foto saat mudanya di dinding yang  putih,berisi dan tampan.Lelaki itu begitu menyebalkan dimataku  malam itu.Mukaku terasa panas menahan marah. "Jadi kenapa bapak tidak bilang kalau ikut hutang pakai  BPKB-ku?!"kataku setengah berteriak. "Kan sekarang sudah ngomong?"jawabnya lirih. "Iya,itu juga karena baru ketahuan,aku kira dah lunas!" [caption id="attachment_191937" align="alignleft" width="300" caption=" Father Somers from tinkerbrad _flickr"][/caption] Urat leherku menegang.Ingin aku semburkan sumpah serapah kalau  saja tidak dikedipin istriku. "Lha piye maneh',adik-adikmu masih belum kerja tetap.Yang kecil juga  masih sekolah..."katanya,datar.Aku merampas kuitansi koperasi  simpan pinjam dari tangannya.Pulang dengan hati dongkol. *** "Ah pantesan,hutangku belum lunas.Lha wong ternyata bapak nunut hutang,"keluhku. "Hmmm...lagi pula kenapa juga dulu sampeyan malah menyuruh  bapak menggadaikan di KSP,tidak berangkat sendiri.Wis gak usah  mengeluh kang,ikhlasin aja,namanya juga lagi butuh duit,"hibur  istriku."Ingat dulu juga bapak yang nguliahin sampeyan sampai  sekarang.Hitung-hitung sekarang giliran sampeyan yang ikut bantu,wis  gak papa." Aku terdiam.Omongan istriku ada benarnya.Dulu Bapak yang paling  getol menyuruh aku kuliah meskipun saat itu aku sudah kerja dan  berkeluarga.Bapak cuma ingin ada salah satu anaknya yang jadi  sarjana karena dari tujuh anaknya cuma aku yang dianggap pintar  sejak SD dibanding adik-adikku. Saking inginnya melihat aku kuliah Bapak sampai nekat meminjam  uang ke rentenir untuk membayar uang gedung.Bahkan dengan  sepeda motor bututnya beliau dengan semangat mengantar aku untuk  mendaftar.Namun sayang cita-cita itu tak terwujud,gajiku tak cukup  untuk membayar kuliah serta menghidupi istri dan bayiku.Akhirnya aku drop out  selagi hutang Bapak ke rentenir sudah lunas.Dan sepeserpun aku tak  pernah ikut melunasinya.Aku malu pada dirinya. 'Ya Alloh,ampuni kedurhakaanku pada lelaki yang kucintai itu'

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun