Mohon tunggu...
Cairin
Cairin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Financial Technology

Cairin - adalah platform Pinjaman Cepat dana rupiah yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Aplikasi Kredit Uang Tunai Online Tanpa Agunan,Mudah dan Aman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

3 Karakter Orang yang Rentan terhadap Kecanduan Belanja Online

17 Juni 2021   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:52 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak suka belanja? Tentunya semua orang akan sangat senang saat berbelanja, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, belanja juga salah satu hal yang paling tepat untuk refreshing. Namun, kamu harus hati-hati jika mengalami keinginan dimana ingin membeli semua barang padahal tidak dibutuhkan, bisa jadi kamu masuk dalam tanda-tanda sedang mengalami kecanduan belanja!

Kecanduan belanja, atau disebut juga gangguan pembelian kompulsif sedang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Seseorang yang mengidap kelainan ini dapat merasakan dampak buruk baik untuk diri sendiri, keluarga, kehidupan sosial, hingga pekerjaan. Gangguan ini dapat dihubungkan dengan angka komorbiditas psikiatrik, seperti gangguan kepribadian ambang.

Kelainan yang membuat seseorang sulit menahan keinginan untuk belanja ini ditemukan oleh psikiater asal Jerman, Emil Kraepelin pada tahun 1915. Gangguan kecanduan belanja ini adalah bentuk impuls reaktif dan dapat dikelompokan pada kleptomania dan pyromania. Maka dari itu, penting untuk mendapatkan penanganan dari ahli medis.

Akses yang begitu mudah untuk membeli barang hanya melalui toko-toko online dan marketplace membuat rasa candu tersebut sulit dibendung.

Penasaran? Gimana sih karakter seseorang yang sedang mengalami kecanduan belanja? Simak selengkapnya dibawah ini ya.

1. Menghindari Interaksi Sosial

Orang-orang yang suka membeli secara online biasanya menghindari interaksi sosial. Secara umum terdapat tumpang tindih antara pathological buying dan kecemasan (anxiety).

Pada individu yang mengalami kecemasan sosial, tidak suka dengan keramaian, belanja online adalah solusi terbaik bagi dirinya.

Namun, bagi individu yang mengalami pathological buying, belanja online adalah cara terbaik baginya untuk menutupi dan menyembunyikan rasa malu bahkan menyesal atas kebiasaan mereka untuk berbelanja dengan berlebihan.

Dan, belanja online dapat memperburuk kondisi patologisnya, karena akan lebih sulit untuk mengontrol diri.

2. Sulit Merasa Puas

Kedua adalah tipe individu yang menikmati beragam variasi dan ketersediaan stok belanja online.

Hal ini tentu berbeda dengan belanja di toko yang membuat seseorang sulit merasa puas. Entah karena tak menemukan barang yang sesuai dan banyak lagi faktor lainnya.

Maka bukan hal yang mengherankan ketika kepuasan berbelanja seseorang terpenuhi secara maksimal lewat online.

Pasalnya, ia dapat berbelanja sepuasnya di toko online yang tidak pernah tutup.

3. Serba Ingin Instan

Terakhir adalah mereka yang sangat ingin mendapatkan kepuasan secara instan. Masyarakat pada umumnya saat ini mengharapkan kepuasan instan.

Kepuasan instan ini dapat diperoleh melalui belanja online karena mendapatkan kemudahan dalam berbelanja, kecepatan, dan jaminan tanpa repot.

Pahami Ini

Hal yang perlu dipahami, pathological buying secara online berbeda halnya dengan individu yang berbelanja secukupnya.

Individu yang mengalami patologis belanja akan merasa sibuk dengan belanja dan merasa seperti mereka tidak memiliki kontrol, bahkan dapat sampai mengarah pada pekerjaan atau masalah hubungan, juga masalah keuangan.

Intinya, belanja online tidak akan memberikan efek samping yang membahayakan mental apabila dilakukan sewajarnya dan tidak berlebihan.

"Apakah Sobat Cairin termasuk dalam beberapa karakter yang disebutkan di atas?

Jika iya, jangan tinggal diam segera lakukan konsultasi dengan pakar ya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun