Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong percepatan transisi energi di negeri ini. Langkah ini diambil dalam rangka merealisasikan target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal. Namun, paradoks terlihat jelas di tengah upaya untuk menuju energi bersih. Pemerintah justru terus menggenjot produksi batu bara, yang masih dianggap sebagai sumber energi konvensional. Sejak tahun 2021, produksi batu bara terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Kenaikan Produksi Batu Bara
Mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 9 Tahun 2023, target produksi batu bara terus meningkat setiap tahunnya. Dalam rencana strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), target produksi batu bara nasional pada tahun 2024 bahkan diproyeksikan mencapai 628 juta ton. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Misalnya, pada tahun 2021, produksi batu bara ditargetkan sebesar 609 juta ton. Lalu pada tahun 2022, targetnya naik menjadi 618 juta ton, dan pada tahun 2023, produksinya ditingkatkan menjadi 625 juta ton.
Sementara itu, kebutuhan batu bara domestik (Domestic Market Obligation/DMO) juga diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2024, kebutuhan ini ditargetkan mencapai 187 juta ton, yang merupakan kenaikan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Contohnya, pada tahun 2021, kebutuhan batu bara domestik sekitar 168 juta ton, pada tahun 2022 naik menjadi 177 juta ton, dan pada tahun 2023, mencapai 184 juta ton.
Penurunan Cadangan Batu Bara
Namun, sementara produksi dan kebutuhan terus meningkat, cadangan terbukti batu bara di Indonesia diperkirakan terus menurun. Pada tahun 2024, cadangan ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 37,152 miliar ton. Angka ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, cadangan terbukti batu bara mencapai 38,776 miliar ton, lalu mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 38,246 miliar ton, dan pada tahun 2023, kembali menurun menjadi 37,702 miliar ton.
Perlu diingat bahwa pada tahun 2022, realisasi produksi batu bara mencapai 663 juta ton. Pada awal tahun 2023, Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara Indonesia meningkat menjadi 694,5 juta ton.
Misi Transisi Energi
Meskipun pemerintah Indonesia berencana untuk mengurangi penggunaan pembangkit listrik berbasis batu bara, ketergantungan global pada sumber energi ini masih tinggi. Alasannya adalah ketersediaan yang melimpah dan harga yang terjangkau. Untuk mengatasi dampak lingkungan dari penggunaan batu bara, pemerintah berupaya menerapkan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Ketergantungan pada Batu Bara
Pada proyeksi tahun ini, batu bara masih mendominasi bauran energi primer Indonesia, dengan porsi sekitar 34,5 persen. Ini diikuti oleh minyak bumi (27,3 persen), gas bumi (22,5 persen), dan energi terbarukan (15,7 persen). Meskipun upaya dilakukan untuk mengurangi ketergantungan ini, batu bara tetap menjadi sumber energi utama di Indonesia.
Keunggulan Batu Bara sebagai Sumber Energi
Salah satu keunggulan utama batu bara adalah harganya yang terjangkau. Harga yang bersaing membuatnya tetap menjadi pilihan yang menguntungkan dalam pembangkit listrik, terutama bagi negara-negara berkembang. Selain itu, batu bara juga memiliki unsur ketahanan energi. Ketersediaannya cukup banyak, dan teknologi rendah emisi telah memungkinkan penggunaannya dengan dampak lingkungan yang lebih rendah. Akses yang mudah ke sumber daya ini juga merupakan faktor penting dalam menjaga pasokan energi yang stabil.
Peran Titan Infra Energy dalam Industri Batu Bara
Titan Infra Energy adalah pemain utama dalam industri infrastruktur energi di Indonesia. Didirikan pada tahun 2005, perusahaan ini telah mengembangkan infrastruktur pendukung yang meliputi jalan dan pelabuhan khusus untuk batu bara. Mereka memiliki komitmen kuat untuk berkontribusi pada perkembangan industri batu bara. Perusahaan ini aktif berupaya untuk memberdayakan tenaga kerja lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Hal ini tidak hanya menguntungkan industri, tetapi juga membantu memperbaiki kondisi sosial ekonomi daerah-daerah yang terlibat.