Pengaman negara,
emm. Melindungi, mengayomi, yang mana?
Pengaman negara,
emm. Kau durjana bermuka dua!
"Cuih! Bajingan!"
Gagahmu kokoh tak tertandingi,
sang militer pilihan bapak pemimpin negeri,
tapi kenapa kau selalu mendiskriminasi,
kami kaum tertindas bumi pertiwi?
Apa ini semua perintah atasanmu?
Apa karena akan kehilangan jabatan,
kau rela melakukan kejahatan?
Jawab! Hei, kau durjana!
Ingat kau dengan rakyatmu?
Apa kau ingat waktu kaki dengan sepatu larsmu,
mendarat di kepalaku?
Kau tendang aku layaknya bola sepak,
lontaran cacian tak henti keluar dari mulut manismu,
kau anggap aku layaknya budak,
kau bunuh rakyatmu dengan senapan berpeluru.
Kritikku kau bungkam,
orasiku kau pendam,
tubuhku kau pukul hingga lebam,
keadilan di negara ini semakin menjadi buram.
Kini kau semakin leluasa,
menangkap,
merampas hak,
membabi buta massa,
dan menembak tanpa dosa.
"Ada yang membunuh. Ada yang di bunuh. Ada peraturan. Ada Undang-Undang. Ada pembesar, polisi, dan militer. Hanya satu yang tidak ada: Keadilan." ---Pramoedya Ananta Toer
Karanganyar, 05 Juni 2020
-RuangSinggah
Note: Ini karya lama saya yang baru saya angkat ke ranah tulis menulis, semoga pembaca bisa menikmati. Terimakasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H