Mohon tunggu...
Cahyo Prasetyo
Cahyo Prasetyo Mohon Tunggu... Penulis - -

Hobi: Saya adalah seseorang yang sangat tertarik dengan seni dan kreativitas. Hobi utamanya adalah melukis dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Penyebab Generasi Millenial Tidak Mau Bertani & Ancaman Krisis Petani

21 Desember 2023   17:00 Diperbarui: 21 Desember 2023   17:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Generasi milenial, yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996, dihadapkan pada tantangan-tantangan unik di tengah perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup. Salah satu fenomena yang menonjol adalah keengganan generasi ini untuk terlibat dalam sektor pertanian, yang dapat berdampak serius pada kelangsungan hidup petani dan ketahanan pangan global. Artikel ini akan membahas beberapa penyebab generasi milenial tidak mau bertani dan potensi ancaman krisis petani yang mungkin muncul.

1. Urbanisasi dan Gaya Hidup Modern

Generasi milenial cenderung lebih tertarik pada gaya hidup perkotaan yang modern. Mereka cenderung mencari pekerjaan di sektor teknologi, bisnis, atau industri kreatif, sementara pertanian dianggap kurang menarik dan kurang prestisius. Urbanisasi yang pesat memicu migrasi besar-besaran dari pedesaan ke perkotaan, meninggalkan lahan pertanian terbengkalai dan kurangnya penerus petani.

2. Perubahan Preferensi Konsumen

Generasi milenial cenderung memiliki preferensi konsumen yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih mementingkan produk organik, berkelanjutan, dan lokal. Namun, seringkali, mereka tidak menyadari dampak positif yang dapat mereka hasilkan dengan terlibat langsung dalam pertanian. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan kurangnya minat dalam memilih profesi sebagai petani.

3. Tantangan Ekonomi dan Modal

Pertanian memerlukan investasi modal yang signifikan, termasuk lahan, peralatan, dan teknologi modern. Generasi milenial, terutama mereka yang baru memulai karir atau menghadapi beban utang yang tinggi, mungkin kesulitan untuk memasuki sektor ini tanpa dukungan finansial yang cukup. Kurangnya aksesibilitas terhadap modal pertanian dapat menjadi penghalang besar.

4. Teknologi sebagai Pilihan Karir

Dengan booming industri teknologi, banyak generasi milenial melihat karir di sektor ini sebagai pilihan yang menarik dan menjanjikan. Pengembangan teknologi pertanian, seperti pertanian vertikal dan sensor pintar, mungkin belum cukup menarik perhatian generasi ini. Pendidikan yang kurang terfokus pada pentingnya pertanian modern juga dapat menjadi penyebab ketidakpedulian.

Ancaman Krisis Petani

Ketidakmampuan menarik generasi milenial untuk bergabung dengan sektor pertanian dapat menyebabkan beberapa ancaman serius. Pertama, berkurangnya petani muda dapat mengakibatkan penurunan produksi pangan secara keseluruhan. Kedua, hilangnya keberlanjutan generasi petani dapat mengancam ketahanan pangan di masa depan. Selain itu, urbanisasi yang tidak terkendali dapat meningkatkan ketergantungan pada impor pangan, menjadikan suatu negara lebih rentan terhadap fluktuasi pasar global.

Kesimpulan

Diperlukan langkah-langkah strategis untuk menarik generasi milenial kembali ke sektor pertanian. Pendidikan yang terfokus pada pertanian modern, bantuan finansial untuk para petani muda, dan promosi gaya hidup berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk memecahkan tantangan ini. Hanya dengan keterlibatan aktif generasi milenial, kita dapat memastikan kelangsungan pertanian, ketahanan pangan, dan keberlanjutan ekonomi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun