"Biasanya sehari dapat 50 ribu, kadang kalau banyak pelanggan 80 ribu, terkadang juga cuma dapat 20 ribu, yang penting bisa untuk beli makan" Ujar Sipan menggunakan bahasa isyaratnya dibantu ibu Dewi yang menerjemahkan .
"Kalau soal makan kadang saya juga suka kasih, karena kasihan siapa lagi yang mau membantu" Ujar ibu Dewi.
Dalam kehidupan sehari-harinya, Sipan beraktivitas layaknya orang biasa. Ia tidak hanya fokus pada pekerjaannya, tetapi juga sesekali berkumpul di pos kamling bersama para bapak-bapak lainnya.Â
Kegiatan ini memberinya kesempatan untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan tetangga, menunjukkan bahwa ia mampu berinteraksi dengan lingkungan meskipun dengan keterbatasannya.
"Biasanya kalo tidak ada pelanggan ya saya pergi kumpul dengan tetangga bercerita juga meskipun tidak berbicara" Ujar Sipan menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan ibu Dewi.
Melalui dua profesi ini, ia menunjukkan bahwa bekerja dengan hati dan semangat bisa menghasilkan sesuatu yang lebih dari sekadar uang. Meskipun tidak dapat mendengar permintaan pelanggannya secara langsung, ia belajar untuk memahami mereka melalui bahasa tubuh dan isyarat.Â
Komunikasi mungkin tidak terjadi dengan kata-kata, tetapi dengan perhatian yang ia berikan, ia selalu berhasil memberikan pelayanan yang memuaskan.Â
Dengan keterbatasannya, Sipan hidup mandiri dan melakukan pekerjaan rumahnya sendiri. Ia bertanggung jawab untuk berbagai aktivitas sehari-hari, mulai dari memasak hingga mencuci baju, meskipun banyak keterbatasan ia tetap mampu menjalani hidup secara mandiri seperti orang normal.
Kisahnya menunjukkan bahwa keterbatasan, tidak peduli seberapa berat, bukanlah penghalang untuk tetap bekerja dan menjalani hidup dengan penuh makna. Ketika kita mau berusaha, kita dapat mengatasi segala hambatan yang ada di hadapan kita.Â
Pria ini, dengan segala keterbatasannya, telah membuktikan bahwa semangat, ketekunan, dan kemauan untuk beradaptasi adalah kunci untuk bertahan hidup dan meraih keberhasilan.
Â