Dalam kehidupan ini, tidak semua orang diberi jalan yang mudah. Namun, keterbatasan bukanlah penghalang untuk tetap bekerja, berkarya, dan melanjutkan hidup.
Di balik sunyi yang telah menyertainya sejak lahir, Darsipan atau kerap dipanggil dengan sebutan Sipan seorang pria berusia 55 tahun, yang menyandang disabilitas tuna rungu dan wicara, mampu hidup mandiri dengan bekerja keras sebagai tukang potong rambut dan tukang pijat. Â
Sipan tinggal di Desa Rajaiyang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Setelah kedua orang tuanya tiada, kini Sipan tinggal sendirian dirumah nya dan sesekali dengan saudaranya yaitu ibu Dewi.
"Sejak lahir Sipan memang sudah menyandang tuna rungu dan wicara, bahkan dia tidak pernah menangis saat bayi dan menjadi anak yang pendiam" ujar ibu Dewi pada wawancara, Minggu (13/10/2024).
Terlahir dengan kondisi yang dapat dikatakan sebagai hambatan besar, Sipan memilih jalan yang berbeda. Alih-alih menyerah pada keadaan, ia justru berusaha mengembangkan keterampilan yang bisa ia kuasai dengan baik.Â
Kerja keras dan ketekunan, ia belajar menjadi tukang potong rambut dan tukang pijat. Melalui dua profesi ini, ia mampu menghasilkan penghasilan sendiri dan memenuhi kebutuhan hidup tanpa bergantung pada orang lain.
Meskipun sempat merasa putus asa di masa remajanya, Sipan pernah mengalami masa kelam ketika ia memukuli ibunya karena merasa kecewa tidak seperti anak-anak lainnya.
"Dulu di masa remaja Sipan pernah memukuli ibunya, dan bertanya dengan bahasa isyaratnya kenapa saya berbeda dengan anak-anak yang lain" Ujar ibu Dewi.
Pendapatan Sipan memang tidak menentu setiap harinya, terkadang mencapai 50 ribu, dan terkadang bisa mencapai 80 ribu. Ia mematok tarif untuk pijat sebesar 50 ribu, sedangkan untuk potong rambut, tarifnya berkisar antara 10 ribu hingga 20 ribu saja.
 Tarif yang relatif murah ini ia berikan agar banyak peminat yang menggunakan jasanya.