Mohon tunggu...
Cahyawardhani
Cahyawardhani Mohon Tunggu... Analyst di Sektor Energi -

a wanderer. Disclaimer: views expressed in this platform are of my own, and do not necessarily reflect the views of my employer, Shell, or any organization that I am affiliated with. I do not speak on behalf of my employer or any other organization.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sebuah Perjalanan untuk Energi di Masa Depan, Dimulai dari Kita, dari Sekarang

31 Agustus 2017   16:28 Diperbarui: 31 Agustus 2017   16:48 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu secara cermat kita perhatikan aspek non-teknis dan komersial dalam pengembangan energi terbarukan. Kadang, kita terlalu fokus pada area riset dan pengembangan secara teknis, kita mengabaikan aspek komersial yang malah dapat menjadi faktor penentu sebuah investasi di sektor energi terbarukan. Biaya pengembangan energi terbarukan yang dapat dibilang relatif lebih mahal dibanding tenaga fosil seperti batubara dan minyak bumi membuat beberapa pemerintahan atau investor lebih memilih tenaga fosil saja ketimbang sumber energi terbarukan.

Kabar baiknya ialah biaya pengembangan EBT terus turun, membuat keekonomian proyek semakin membaik. Lalu, dibutuhkan pula kebijakan yang bukan dalam bentuk insentif fiskal atau berhubungan dengan keekonomian pula -- misalnya dengan adanya struktur pengelolaan yang lebih kuat atau jaringan listrik yang lebih pintar mengintegrasikan berbagai sumber energi, prospek energi terbarukan menjadi terbuka lebih besar.

Untuk membantu investor, pemerintah dapat memperkenalkan paket-paket kebijakan atau insentif yang akan membuat iklim investasi kian ramah -- kita masih punya PR dalam hal ini. Dalam survei Renewable Energy Country Attractiveness Index yang dikeluarkan oleh EY, nama Indonesia belum muncul di daftar-daftar atas. Jika pemerintah dapat terus mengevaluasi kebijakan yang ada dan membandingkan keatraktifan negara dengan negara lain agar investor tertarik untuk memilih berinvestasi di Indonesia, "potensi" akan berubah menjadi "realisasi"!

Selain mengembangkan energi terbarukan, kita juga dapat memilih menggunakan cara menurunkan emisi, baik dengan teknologi kompleks yang bernama Carbon Capture and Storageatau hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan sehari-hari melalui konservasi energi.

CCS adalah suatu teknologi dimana fasilitas penghasil energi seperti kilang LNG atau pembangkit listrik yang menghasilkan karbon dioksida, diberikan suatu modul atau fitur tambahan dimana karbon dioksida yang dihasilkan dari fasilitas tersebut dapat ditangkap dan "ditanam" kembali ke dalam tanah. Praktis, karbon dioksida yang tadinya akan keluar ke atmosfir akan diambil lagi dan dimasukkan ke dalam lapisan tanah sehingga tidak memperparah isu yang timbul karena emisi karbon dioksida yang berlebih.

Jika CCS terdengar seperti suatu cara yang tidak mungkin dilakukan oleh pribadi, yukkita tengok apa yang saya dan anda sebagai individu bisa lakukan untuk membantu mencapai pembangunan energi berkelanjutan!

Cara yang palnig mudah dan aplikatif bagi inidividu ialah dengan menghemat energi! Sederhana bukan? Dengan menghemat energi yang kita pakai, kita sudah mengurangi sisi permintaan dari neraca energi, yang berarti lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk kehidupan yang tetap layak di masa kini dan di masa depan. Misalnya, dengan memilih menggunakan lampu LED dibandingkan lampu pijar, kita sudah membantu menurunkan daya yang dibutuhkan untuk memberi tingkat penerangan yang sama. Dengan mendesain tempat tinggal kita untuk mengadopsi desain yang lebih ramah lingkungan dengan pencahayaan dan sirkulasi udara alami, misalnya, kita menurunkan kebutuhan atas peralatan rumah tangga untuk kenyamanan hidup yang layak -- dan sebagai bonusnya, menurunkan tagihan listrik bulanan!

Dalam skala industri, banyak yang bisa dilakukan, seperti misalnya mendesain fasilitas produksi kita agar sesuai dengan standar bangunan hijau. Bukan hanya memilih komponen-komponen yang lebih efisien energi, kantor-kantor juga dapat menggunakan energinya secara lebih optimal, mengingat bahwa sudah ada sistem teknologi informasi yang dapat digunakan untuk konservasi energi komersial. Untuk lebih mempercepat dan mendukung pengembangan bangunan hijau dalam sektor komersial, pemerintah sudah melakukan langkah awal dengan mengeluarkan kebijakan mendukung bangunan hijau, seperti misalnya Peraturan Menteri PUPR No. 2/2015 tentang Bangunan Hijau.

Melihat semua kemungkinan yang dapat kita realisasikan diatas, kita dapat melihat bahwa untuk merealisasikan pengembangan energi berkelanjutan di masa depan, kita tidak hanya dapat mengandalkan satu atau dua pihak tertentu. Pemerintah, investor swasta di bidang energi, badan usaha milik negara pengelola energi, sektor industri, dan bahkan kita sebagai pengguna akhir, memiliki perannya masing-masing dalam membuat pembangunan energi yang berkelanjutan dan andal di masa depan.

Jika masing-masing pemangku kepentingan dapat melakukan kewajibannya dengan baik, serta adanya diskusi yang sehat dan konstruktif diantara semua pemangku kepentingan tersebut, tentulah sebuah masa depan dimana energi dapat dihasilkan dengan lebih baik dan bertanggung jawab, dan tidak mengkompromikan kebutuhan energi dan kelayakan hidup kita.

Mari, kita semua lakukan peran kita masing-masing!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun