Beberapa waktu yang lalu ada berita yang cukup mengguncang jagat pendidikan (lebay banget ya), pasalnya ada guru yang memangkas rambut siswa SD usia 7 tahun dengan potongan yang asal dan orang tuanya langsung melabrak guru yang melakukan tindakan tersebut dengan cukup keras atau bahkan kasar.Â
Bagaimana menurut teman-teman? Mungkin ada yang mengatakan, 'biarkan saja, kan memang peraturan sekolah, seharusnya memang perlu kedisiplinan seperti itu', atau 'kenapa nggak bilang bilang dulu sama orang tuanya, kan sebaiknya konfirmasi dulu', dan sebagainya.
Siapa yang salah? Ada yang mengatakan gurunya, ada juga yang mengatakan orang tuanya. Menarik untuk dibahas, karena kada dua kubu yang menyatakan guru bersalah dan ada yang mengatakan sebaliknya. Saya berpandangan bahwa yang ada adalah miskomunikasi, ya, miskomunikasi antara sekolah atau gurunya dengan wali murid yang melabrak.
Pertama, ada baiknya untuk tatib sekolah disampaikan sejak awal masuk tahun ajaran baru, tepatnya saat rapat orang tua murid. Sehingga tidak ada miskomunikasi kedepannya, misalnya disampaikan pada saat rapat tersebut kalau setiap seminggu sekali akan diadakan penertiban mulai dari rambut, kuku dan kerapihan berpakaian. Dengan begitu, orang tua akan menyampaikan kepada anaknya dan memberi bimibingan kepada anak agar mematuhi peraturan sekolah.
Kedua, kita ketahui bahwa anak yang dimaksud berusia 7 tahun, dengan kata lain anak tersebut masih mengalami transisi dari siswa TK menjadi siswa SD. Secara mentalitas belum bisa untuk memahami hal kompleks seperti kedisiplinan yang terlalu mendadak, harus secara perlahan diterapkan.Â
Orang tua saya pernah mengatakan kalau kelas 1 SD hingga 3 SD masih belum bisa dipaksakan untuk memahami pembelajaran yang kompleks. Oleh karenanya perlu bimibingan yang bertahap agar anak tidak mengalami tekanan dan trauma di usia dini.Â
Mungkin jika pemangkasan rambut yang panjang diterapkan mendadak pada jenjang SMP, itu tidak masalah, karena hakikatnya usia 12 tahun ke atas sudah dapat memahami tata tertib sekolah dengan hanya membacanya, namun terkadang perlu untuk memberitahu terlebih dahulu kapan pendisiplinan terjadi.Â
Saya sendiri pernah mengalaminya saat SMP, dan hal tersebut bukan trauma, tetapi lebih kepada pembelajaran karena tidak disiplin, berbeda jika terjadi pada anak usia 6 atau 7 tahun, ada kemungkinan akan mengalami trauma.
Ketiga, dari sisi orang tua murid, sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada anak agar bisa mematuhi atau setidaknya mengerti peraturan dasar sebagai siswa.
Misalnya begini, seorang siswa seharusnya secara alami bersekolah dengan pakaian yang rapi, rambut yang tidak melebihi daun telinga dan alis, serta potangan rambut yang sesuai dengan usianya.Â
Kok ada potongan rambut sesuai usianya? Bukankah potongan rambut itu bebas? Ya, bebas saja jika ingin model apapun, yang penting disesuaikan dengan usianya yang masih belia.Â
Untuk kasus orang tua yang melabrak gurunya, seharusnya tidak terjadi. Katakanlah tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu, silahkan tegur guru yang bersangkutan dengan cara yang baik, tidak perlu melabrak, bisa saja dengan pesan singkat melalui aplikasi, atau bertemu langsung dan membicarakannya dengan santai, kalau perlu sambil minum kopi. Sehingga tidak perlu ada viral-viralan yang akhirnya menunjukkan 'karakter yang kurang enak dilihat' dari kedua pihak.
Metode marah lalu direkam, atau merekam kejadian, bukan hal yang baik menurut pandangan saya, karena hal tersebut akan membuka 'aib' masing-masing.
Mari kita jaga hubungan baik antar sesama, dalam konteks ini guru, sekolah dan wali murid. Jangan sampai menodai satu dengan lainnya. Mari saling mengerti dan memahamkan konsep pendidikan untuk anak-anak kita.
Kesimpulannya, perlu adanya komunikasi antar kedua pihak, guru dan orang tua murid agar tidak terjadi kesalahpahaman kedepannya. Tingkatkan komunikasi keluarga, lakukan sharing pengalaman sekolah dengan anak, agar anak juga merasa nyaman dan ada yang memperhatikannya.
Jangan sampai masa kecil anak bersama orangtua hilang begitu saja. Semoga bermanfaat, tulisan ini sebagai hasil diskusi dengan istri yang memang concern terhadap dunia anak. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H