Mohon tunggu...
Cahyani Santoso
Cahyani Santoso Mohon Tunggu... Petani - Agroteknologi '18

cahyani.s14

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

(Kreanova) Memanfaatkan Energi Surya untuk Mesin Pencacah Limbah Kubis

15 Desember 2022   10:36 Diperbarui: 15 Desember 2022   10:40 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petani pada Desa Sumberejo, Kab Magelang, Jawa Tengah mayoritas menanam tanaman hortikultura seperti kubis, brokoli, selada, sawi, cabai, tomat, bit, dll. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari Pak Ikhsan selaku sekretaris desa mengatakan bahwa luas lahan pertanian kubis 147 ha dalam semusim. 

Desa Sumberejo menghasilkan kubis sekitar 1,36 ton/ha dengan limbah kubis bisa mencapai 5% dari jumlah produksi (Utama, 2009). Kubis sendiri merupakan tanaman yang sangat mudah busuk karena memiliki kadar air yang sangat tinggi sehingga banyak kubis di Desa tersebut banyak yang terbuang karena busuk.

Di Desa Sumberejo banyak sekali limbah kubis yang di buang oleh petani di sungai ataupun di parit lahan. Sehingga dari permasalah tersebut tercetuslah ide kelompok kami untuk membuat mesin pencacah limbah kubis menggunakan tenaga surya. 

Energi surya yang kita dapatkan sangatlah gratis tak perlu mencari ataupun membayar. Limbah kubis yang sudah tercacah nantinya dapat digunakan untuk pakan ternak, kompos, ataupun pupuk cair.  

Mesin pencacah limbah kubis tenaga surya terdiri dari beberapa komponen diantaranya rangka yang terbuat dari besi, mata pisau, mesin penggerak (dinamo), dan rangkaian panel surya. Mesin ini menggabungkan dua komponen utama yaitu rangkaian mesin pencacah dan rangkaian panel surya. Rangkaian mesin pencacah terdiri dari dinamo penggerak yang digabungkan dengan mata pisau, sedangkan rangkaian panel surya terdiri dari panel surya, SCC (Solar Panel Controller), aki, dan Inverter. Penggunaan mesin ini dapat membantu petani dalam mencacah limbah kubis dengan lebih menghemat waktu serta dapat menghemat energi.  

Spesifikasi mesin pencacah ini berukuran dengan panjang x lebar x tinggi 50 cm x 50 cm x 170 cm. Rangka mesin ini terbuat dari besi siku 4 x 4 dengan ketebalan 2 mm. Kapasitas mesin pencacah ini dapat menampung limbah kubis sebanyak 18 liter atau 4 kg saat waktu proses uji coba mesin. Mesin ini dapat mencacah limbah kubis sebanyak 0,4 - 0,5 kg per menit dan menghasilkan cacahan dengan lebar berkisar 0,1 cm - 2 cm.

Dokpri
Dokpri
Panel surya memiliki kapasitas 50 WP,  dengan tegangan daya maksimum 18,3 Vpm, arus daya maksimum 3,2 Ipm. Dimensi panel surya ini memiliki panjang 63 cm, lebar 66 cm, tebal 3 cm, dan berat 4,65 kg.

Aki ini memiliki kapasitas 12 Volt 10 Ampere, dimensi Panjang 13,6 cm, lebar 9,2 cm, tinggi 14,6 cm. Waktu pengecasan kurang lebih selama 1,5 jam dengan kondisi cuaca berawan dan daya tahan aki dalam menjalankan dinamo berkapasitas 200 Watt dapat bertahan selama kurang lebih 10 menit. Apabila kondisi cuaca sedang terik dapat bertahan selama 15-30 menit. Hal ini disebabkan karena kapasitas aki yang digunakan memiliki kapasitas yang terbatas, yaitu sebesar 10 Ampere untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan panel surya.

Inverter ini memiliki kapasitas 500 Watt, dengan voltase input 12 V, voltase output 220 V -- 240 V. Dimensi panjang 17,8 cm, lebar 13,5 cm, tinggi 5,5 cm. Cara kerja alat ini mengubah daya listrik 12 V menjadi daya listrik 220 V, sehingga dapat digunakan untuk penggunaan mesin pencacah.

Solar Charger Controller ini bisa mendeteksi tegangan yang mempunyai tegangan sebesar 12 V/24 V. Kuat arus SCC 30 A. Ukuran panjang 14,9 cm, lebar 7,8 cm, dan tinggi 3,5 cm. Dinamo ini memiliki kapasitas 200 Watt, dengan kecepatan 2.800 RPM, voltage 220 V/50 Hz, kuat arus 1,1 A, dan diameter as 12 mm.

Diharapkan dengan adanya mesin pencacah limbah kubis tenaga surya ini dapat sangat membantu para petani untuk mempermudah agar limbah tidak terbuang sia sia.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun