Mohon tunggu...
Cahyani Santoso
Cahyani Santoso Mohon Tunggu... Petani - Agroteknologi '18

cahyani.s14

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

[Kearifan Lokal] Antara Tradisi Gunungan dan Pertanian Berkelanjutan

13 Desember 2021   15:53 Diperbarui: 13 Desember 2021   16:10 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi Gunungan selalu menjadi bagian yang ditunggu tunggu oleh rakyat Yogyakarta. Tradisi Gunungan ini sangat identic menggunakan adanya Upacara Grebeg. 

Tradisi ini berisi aneka macam makanan hasil bumi seperti sayuran dan  buah-buahan yang disusun menjulang tinggi berbentuk kerucut sebagai akibatnya menyerupai gunung. Gunungan ini sebagai sebuah symbol dari kemakmuran Keraton Yogyakarta yang lalu akan dibagikan pada masyarakat lebih kurang. 

Beberapa rakyat percaya bahwa seluruh bagian yang ada pada gunungan itu akan membawa berkah bagi kehidupan mereka yang sehingga tidak mengherankan lagi Jika masyarakat berebut buat mendapatkan bagian dari gunungan tersebut. Sebelum melakukan tradisi gunungan ini dilakukan upacara dahulu yaitu Upacara Grebeg.

Kata Garebeg adalah berasal dari kata gumrebeg yang memiliki arti sifat ramai, rebut, riuh. Keraton Yogyakarta pada setiap tahunnya menyelenggaran 3 kali upacra Garebeg yaitu ada: Garebeg Maulud, Garebeg Syawal, dan  Garebeg akbar. Upacara Garebeg yaitu suatu upacara kerajaan yg melibatkan semua seisi keranton, para apparat kerajaan berasal yang tertinggi hingga yang terendah, dan  warga . Upacara garebeg pada Keraton Yogyakarta sudah dilaksanakan sejak masa pemerintahan Hamengku Buwono I. 

Upacara tersebut bersifat keagamaan, sekaligus memberikan kemusliman seseorang Sultan di Yogyakarta, sesuai dengan gelarnya Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah. pada penyelenggaraannya, namun upacara garebeg sudah mengalami poly perubahan, yang dikarenakan perkembangan posisi keraton.

Upacara Garebeg Maulud dilaksanakan setiap buan Maulud atau pada lepas 12 Rabiulawat. Upacara Garebeg Maulud selalu identik dengan gunungan. Gunungan merupakan simbol kemakmuran mewakili eksistensi insan. 

Gunungan merupakan representasi berasal hasil bumi (sayur dan  buah) dan  jajanan (rengginan). ada beberapa macam gunungan, dan  setiap gunungan memiliki ciri tersendiri. ciri tadi mencakup bahan makanan serta bentuk yang berlainan antar masing-masing gunungan. 

Beberapa jenis gunungan meliputi: 1) Gunungan Jaler (laki-laki ), dua) Gunungan Estri (wanita), 3) Gunungan Darat, 4) Gunungan Gepak, 5) Gunungan Pawuhan, serta 6) Gunungan Picisan. Gunungan-gunungan tadi diusung sang para abdi dalem yg memakai sandang serta peci berwarna merah marun, dan  berkain batik biru tua, bermotif bulat putih dengan gambar bunga di tengah lingkarannya. seluruh abidi dalem tersebut berjalan tanpa memakai alas kaki alias nyeker.

Gunungan Jaler, gunungan ini dibagi menjadi 2, yaitu permukaan dan  bawah. di bagian atas terdiri dari mustaka yg dirancang dari baderan, kemudian di bawahnya artinya bendul. Baderan ialah makanan yang dirancang asal beras ketan yg dibuat menyerupai ikan bader. pada pembuatannya memakai alat bantu yg dirancang asal kayu randu sepanjang 50 cm. 

Adapun bendul ialah makanan yang dibuat dari tepung beras ketan. sesuai dengan namanya, kuliner ini berbentuk bendul atau bulat. pada bagian tengahnya diberi bambu sepanjang 4 cm dan  tangkai. 

Baderan dan  bendul diikat pada bagian paling atas, lalu di bagian bawahnya dipasang rangkaian telur panaskan secara melingkar. di bagian tubuh diberi tangkilan kacang hingga ke bawah, serta paling bawah diberi pelokan, yaitu berupa telur dadar.

Gunungan Estri (wanita); ialah gunungan yg berbentuk mirip kerucut terbalik, di bagian atasnya dibentuk kerucut yg melebar atau tumpul. Bentuk gunungan estri di permukaan (mustaka) menyerupai gunungan dalam wayang, yg di sekitarnya dihiasi dengan ilat-ilatan yang berjumlah 60 buah. di bawah ilat-ilatan diletakkan upil-upilan yang berwarna-warni, lalu tlapukan beraneka warna juga yang melingkari gunungan. di bagian bawah tlapukan disusun rengginan hingga memenuhi kerucut bagian atas tersebut. 

Buat menambah nilai keindahan pada bagian atas dari gunungan estri tadi ditambahkan betetan dan  ole-ole. di bagian tubuh gunungan estri seluruhnya dibalut menggunakan kulit pohon pisang yg disusun melingkar tegak. lalu bagian luar dari kulit pohon pisang dihiasi dengan eblek serta tedeng yg disusun menggantung. pada bagian dasar gunungan diletakkan wajik sebakul hingga penuh dan  menutupi area tersebut. Gunungan estri tadi melambangkan diri permaisuri raja.

Gunungan Darat; berbentuk seperti gunungan estri hanya bedanya di gunungan darat tidak diletakkan pada jodang, tidak berwarna hitam melainkan merah. Ilat-ilatan jua tidak berwarna hitam melainkan berwarna-warni meliputi lima warna, yaitu: hitam, putih, merah, kuning, dan  hijau. Pembuatan gunungan darat dimulai berasal mustaka yang dihiasi sang upil-upilan secara melingkar, makin ke bawah makin akbar.

 Upil-upilan yang didesain asal beras ketan, dibentuk segiempat dan  dikeringkan ini disusun asal atas ke bawah serta diurutkan warnanya. Urutan warnanya mulai dari putih, merah, hijau, kuning, serta hitam. sesudah itu, dilanjutkan susunan tlapukan, yang disusun asal atas ke bawah, semakin ke bawah semakin besar .

Gunungan Gepak; berwujud seperti jodang yang terbuat berasal kayu jati dicat merah tua, lengkap dengan 2 batang kayu yang relatif besar  serta panjang buat memikul. di pada jodang tadi diletakkan berbagai jenis makanan serta butir-buahan yang akan dibagikan kepada petugas. aneka macam jenis buah-buahan, mirip jeruk, pisang, nanas, papaya, rambutan, salak, duku, langsep, dan  jambu.

Gunungan Pawuhan; berbentuk menyerupai gunungan estri serta gunungan darat, tetapi ukurannya lebih kecil. pada bagian puncaknya diletakkan bendera kecil berwarna putih sebagai pengganti mustaka. pada sekitarnya disusun upil-upilan melingkar menggunakan urutan warna mulai asal putih, merah, hijau, kuning, serta hitam. kemudian dilanjutkan tlapukan menggunakan urutan rona yang sama. sesudah selesai, pada bagian paling luar diletakkan rengginan satu baris secara melingkar, kemudian dihiasi dengan betetan dan  ole-ole. di bagian tubuhnya sama dengan gunungan estri juga darat. Gunungan Pawuhan tersebut melambangkan diri para cucu raja.

Gunungan Picisan; dibentuk dari sebuah batang pisang yg panjangnya lebih kurang 30 cm dan  garis tengahnya 15 cm. di bagian puncaknya ditancapkan beberapa tangkai picisan yg diikat sebagai satu menggunakan tiang bendera kecil berwarna putih. pada bagian lain dihias menggunakan buntal serta samir berwarna kuning. di gunungan picisan ini tidak ada makanan yang menghiasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun