Mohon tunggu...
Cahyani Dpa
Cahyani Dpa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi Membaik Pasca Diberlakukan Physical Distancing

1 Mei 2020   17:21 Diperbarui: 1 Mei 2020   17:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Himbauan untuk #dirumahaja menjadi kebijakan yang dianggap efektif dalam upaya memutus mata rantai penularan COVID-19. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa penularan virus corona ini sangat cepat serta pesat. Virus yang awalnya ditemukan di wilayah Wuhan China semakin menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Mulanya, warga Indonesia enggan menanggapi persebaran virus corona secara serius dan justru terkesan acuh. Namun ternyata virus ini bukan lelucon belaka, perkembangan penularan COVID-19 semakin hari kian meningkat.

Oleh karena itu beberapa kebijakan untuk mencegah penularan virus ini mulai diterapkan. Salah satunya yaitu himbauan untuk tetap di rumah tanpa bepergian jika tidak ada keperluan yang mendesak dan penting. Jika terpaksa untuk keluar rumah karena urusan penting maka diharuskan untuk memakai masker dan menyediakan handsanitizer.

Pemerintah terutama lembaga yang bergerak dibidang kesehatan tak henti-hentinya menyerukan pentingnya untuk tetap menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan. Tak hanya itu, bahkan di beberapa daerah sudah diberlakukan kebijakan lockdown. Sehingga aktivitas masyarakat di luar rumah terbatasi tidak seperti biasanya.

Lantas seperti apa kondisi lingkungan sekitar setelah penerapan kebijakan physical distancing ini? Tanpa sadar kita semua turut berperan dalam memperbaiki kondisi bumi saat ini yang sedang mengalami krisis iklim. Dimana aktivitas manusia yang memperburuk keadaan krisis iklim seperti asap kendaraan bermotor, asap pengoperasian industri, limbah pabrik yang dibuang sembarang, dan lain sebagainya sudah sedikit berkurang karena terbatasnya aktivitas manusia akibat penerapan physical distancing ini.

Kebijakan ini tidak hanya berlaku di Indonesia, di beberapa negara tetangga juga menerapkan physical distancing untuk membatasi interaksi fisik masyarakatnya guna mencegah penularan COVID-19. Dengan semakin banyaknya negara yang menerapkan kebijakan ini, maka akan memberikan dampak besar bagi kondisi bumi yang semakin membaik.

Bumi menjadi lebih tenang dari kondisi sebelum diberlakukannya physical distancing. Dimana getaran seismik ini disebabkan oleh aktvitas manusia seperti penggunaan kendaraan, beberapa proyek konstruksi, dan berbagai aktivitas yang memicu getaran pada tanah. Para seismolog telah mendetektsi bahwa getaran tersebut mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi karena diterapkannya kebijakan work from home yang mengharuskan masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beraktivitas didalam rumah. Lagi-lagi, tanpa sadar kita turut serta dalam upaya memperbaiki kondisi bumi saat ini.

Selanjutnya perubahan paling menonjol yang bisa dirasakan saat ini yaitu berkurangnya polusi udara. Sadar atau tidak tingkat polusi udara di lingkungan sekitar sudah mulai menurun dari biasanya. Dimana keterbatasan aktivitas manusia di luar rumah menjadi kunci utama perubahan yang terjadi saat ini. Udara yang kita hirup menjadi lebih segar dan sehat tanpa tercemari oleh polusi udara akibat aktivitas industri maupun kendaraan bermotor.

European Space Agency (ESA) menyebutkan bahwa di wilayah Asia dan Eropa terdapat penurunan tingkat nitrogen dioksida (NO2) dibandingkan dengan kondisi pada tahun lalu. Perubahan ini menjadi hal positif yang dialami secara global, tidak hanya di Indonesia karena beberapa negara lain di Asia dan Eropa juga menerapkan kebijakan physical distancing.

Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui data satelit yang dikeluarkan oleh The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) juga menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan partikel halus penyebab polusi udara di wilayah Indonesia bagian barat selama pemberlakuan physical distancing saat pandemi COVID-19. Situs resmi LAPAN menyebutkan tingkat partikulat (PM10) pada Maret 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi pada Maret tahun lalu.

Selain itu, perubahan positif juga dirasakan oleh warga Jakarta. Seperti yang kita ketahui bahwa Jakarta menjadi kota dengan kasus penyebaran COVID-19 paling banyak dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Penerapan physical distancing ini membawa dampak pada penampakan langit yang terlihat lebih cerah dibanding biasanya. Salah satu hal yang melatarbelakangi perubahan positif ini yaitu berkurangnya aktivitas industri maupun kendaraan bermotor karena penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di wilayah ibu kota Jakarta sejak 10 April 2020. Sehingga langit di kawasan Jakarta terlihat lebih cerah dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dimana masih terdapat aktivitas industri dan kendaraan yang sangat padat.

Pembatasan aktivitas manusia di luar rumah sebagai bentuk upaya pencegahan penularan COVID-19 juga membawa dampak positif bagi lingkungan. Terjadi peningkatan kualitas lingkungan hidup karena terhentinya aktivitas industri, kendaraan bermotor dan juga berbagai aktivitas yang mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Penerapan work from home yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari bekerja, belajar, olahraga, bahkan beribadah juga dianjur untuk dilakukan di rumah. Tanpa disadari penerapan kebijakan ini membawa dampak positif atas kualitas lingkungan hidup yang kita tempati saat ini.

Keberadaan corona virus tidak hanya berdampak negatif bagi kehidupan kita, namun juga membawa dampak positif bagi bumi sebagai tempat tinggal kita. Krisis iklim yang sedang kita alami secara bertahap berangsur-angsur membaik jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini juga menjadi pengingat kita bahwa keseimbangan ekosistem alam juga perlu diperhatikan demi keberlangsungan hidup kita semua.

Paham antroposentrisme yang memandang bahwa kekuasaan atas alam berada di tangan manusia sepenuhnya sepatutnnya kita pikirkan kembali. Bahwa semestinya alam juga memiliki kekuatan tersendiri diluar kekuatan manusia yang bisa saja sewaktu-waktu berbalik menyerang kita. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran bagi kita semua untuk ikut serta dalam upaya menyeimbangkan keselarasan hidup antara manusia dan alam demi kebaikan bersama. Tidak serta merta mementingkan ego atas kekuasaan terhadap alam semesta. Dengan meningkatnya kualitas lingkungan hidup ini, kehidupan kita akan semakin membaik dan keasrian alam juga tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun