Secara Khusus Akan Dibahas Disini tentang Dampak Ekonomi dari Meningkatnya Peringkat Timnas Sepakbola Indonesia. Hal ini perlu dipelajari dengan lebih seksama, karena masih banyak orang yang masih mempunyai anggapan bahwa sepakbola itu hanya merupakan sebuah cabang olah-raga yang sekedar menjadi bahan hiburan, dapat menambah kebugaran dan berguna bagi kesehatan. Lebih parah lagi ada pula warga masyarakat yang memandang secara sinis, karena dengan adanya pertandingan-pertandingan sepakbola maka sering terjadi perkelahian dan arak-arakan yang mengganggu laluintas, membisingkan dan bahkan ada juga yang mendatangkan kerusakan maupun tragedi kematian seperti di GOR Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.Â
Namun demikian, mengapa Sepakbola ini tetap saja dikembangkan di Indonesia? Adakah keuntungan lain yang sebetulnya dapat diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan ini? Apakah nilai keuntungannya juga sebanding dengan situasi hingar-bingar yang sering tampak di berbagai media massa?Â
Ya, memang benar, sejumlah pertanyaan itu memang penting untuk diberikan penjelasan. Bidang olah-raga yang sampai sejauh ini menjadi perhatian dari warga masyarakat Indonesia adalah Sepakbola. Selain tampak dari gencarnya para penggemar dalam meramaikan setiap penyelengaraan laga tanding, misalnya pada saat Indonesia harus menjamu Vietnam di GBK, maupun pada saat menjadi tuan-rumah laga FIFA U-17 2023, di Indonesia juga ada banyak klub Sepakbola yang sudah diberi wadah untuk berlaga di Liga 1 dan 2. Di tingkat yang lebih rendah pun juga sudah cukup banyak klub Sepakbola yang dibina di wilayah kecamatan dan sering berlaga di peringkat kabupaten.
Tentu saja kegiatan olah raga yang berupa sepakbola di berbagai tingkatan itu membawa dampak pada kegiatan ekonomi di tingkat masing-masing. Namun demikian, ada pula sebagian warga yang bertanya apakah juga ada dampak ekonomi yang berarti untuk tingkat nasional, apalagi yang sering menjadi wakil negara di ajang laga tanding regional maupun dunia? Mengapa urusan bidang olah-raga ini sampai ditangani oleh menteri-menteri anggota kabinet dan bahkan telah direncanakan untuk membangun fasilitas pembinaannya di Ibukota Negara Nusantara?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut memang perlu disajikan keterangan yang perlu, agar pengertian "harga yang harus dibayar" ternyata sudah mulai memperlihatkan hasil. Artinya, di samping hasil penjualan tiket dan dukungan para sponsor yang besar di dalam setiap laga tanding internasional, ada pula sisi lain yang penting untuk diperhatikan, seperti dalam segi berikut ini.
Tim Sepakbola Nasional Indonesia pada saat ini sudah berada di ranking 107 dunia apabila dilihat dari urutan harga pasaran tertinggi. Walaupun masih disebut berada di sekitar tingkat menengah, yaitu jika dilihat secara ranking dari 220-an anggota timnas di dunia, tetapi jika dilihat di wilayah Asia Tenggara maka skuad Garuda asuhan Shin Tae-yong tersebut pada saat ini bisa dikatakan menjadi tim dengan nilai pasaran tertinggi!
Menurut data yang ada di Transfermarket, Timnas Indonesia menjadi penghuni di peringkat 107 dunia dengan total nilai pasar mencapai 10,80 juta Euro atau sekira Rp 186-miliar. Jumlah tersebut memang terbilang luar biasa. Sebabnya, jumlah tersebut menjadikan Timnas Indonesia sebagai tim dengan harga pasaran tertinggi di Asia Tenggara. Timnas Indonesia unggul dari Thailand (Rp167 miliar) yang menempati posisi 112.
Lalu menyusul Malaysia (Rp 108-miliar) pada posisi 128 dan Vietnam (Rp 99-miliar) menguasai peringkat 130 dunia. Secara prakti di level tim, Timnas Indonesia saat ini jauh lebih baik dari rival-rival mereka di kawasan Asia Tenggara. Tentunya hal itu tak lepas dari program naturalisasi PSSI. Beberapa pemain top berhasil dinaturalisasi oleh PSSI untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Sebut saja seperti Ragnar Oratmangoen, Nathan Tjoe-A-On, dan Ivar Jenner yang bernilai di atas Rp 5-miliar. Namun, sejatinya dua nama, yakni Thom Haye dan Jay Idzes yang menjadi penyebab harga pasaran Timnas Indonesia melambung tinggi. Bagaimana tidak, Haye yang saat ini bermain di Liga Belanda bersama SC Heerenveen dinilai mencapai Rp 52-miliar. Sementara Jay Idzes yang tengah bermain di Serie B bersama Venezia ditaksir mencapai Rp  24-miliar.
Selain faktor para pemain naturalisasi, ada juga empat pemain lokal yang sudah dinilai di atas Rp 5-miliar. Keempat pemain itu adalah Rizky Ridho, Asnawi Mangkualam, Rachmat Irianto, dan Marselino Ferdinan.
Diperkirakan pula bahwa nilai pasaran Timnas Indonesia bisa terus bertambah mengingat PSSI masih gencar melakukan program naturalisasi atas pemain keturunan. Namun demikian, Pelatih Shin Tae-yong pun tidak sembarangan mengincar pemain, sehingga nilai ekonomi dari bidang ini akan terus meningkat jika ada potensi yang besar agar pemain Grade A juga akan dinaturalisasi oleh PSSI.
Dampak ekonomi yang secara khusus akan berguna bagi negara yaitu ketika para pemain di Timnas Sepakbola Indonesia menjadi semakin banyak dan kemudian dipakai oleh berbagai negara lain yang menginginkan, tentu sebagai akibatnya akan ada transfer "uang sewa" dari para pemain tersebut. Semakin banyak para pemain yang dipakai di peringkat internasional maka jumlah "uang masuk" ke Indonesia juga akan menjadi semakin banyak. Hal itu juga serupa dengan banyaknya TKI yang pada saat ini masih bekerja di luar negeri, terutama di negara-negara maju, yang dampaknya juga mendatangkan devisa negara yang semakin besar.