Mohon tunggu...
Cahyana Endra Purnama
Cahyana Endra Purnama Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mendapatkan pendidikan dasar sampai menengah di Yogyakarta, lulus sarjana ekonomi di UGM, melanjutkan program master di Wheaton MI, dan program doktor di Biola University California. Sekarang masih menjadi dosen di PTS di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas Menguak Kepahlawanan Martha Tiahahu di Maluku

10 April 2024   18:08 Diperbarui: 10 April 2024   18:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini mari membahas sekilas mengenai Kisah Sejarah tentang seorang pahlawan nasional, yaitu tentang CHRISTINA MARTHA TIAHAHU, MUTIARA DARI NUSALAUT.  Berkenaan dengan nama itu, tentu semua sudah tahu. Namun tambahan keterangan berikut ini kiranya akan makin menambah wawasan atas jerih dan juangnya yang ternyata juga unik.

Memang, secara umum peristiwanya terjadi ketika dia justru masih berusia sekitar 16-18 tahun. Ketika itu dirinya sebetulnya sedang tumbuh menjadi seorang gadis remaja dengan rambutnya yang panjang hitam legam, yang biasa dibiarkan tergerai dengan cara dikepang bergelombang di punggungnya. 

Secara fisik juga dilukiskan bahwa postur badannya juga bagus dan tinggi, mata hitamnya yang indah penuh ekspresi, mulutnya menarik dengan  gigi yang seputih salju, tulang matanya agak menonjol seperti penduduk pulau itu pada umumnya.

Jika dilihat dari cara berdandan, pakaiannya termasuk sederhana, dimana dia berdiri disana dengan sikap tampak selalu tegar dan dengan pancaran matanya ke depan, seakan menuju gambaran tentang masa depan yang mulia. Hal itu juga tepat sesuai dengan ketegaran yang ditunjukkan pada saat harus menghadapi banyak tantangan di masa penjajahan Belanda di Nusantara, yaitu di Tanah Maluku pada khususnya.

Begitulah gambaran singkat tentang kisah perlawanan Martha Christina Tiahahu, seorang pejuang wanita dari Maluku, Mutiara dari Nusalaut, yang digambarkan oleh QMR ver Huell dalam bukunya berjudul: HERINNERINGEN VAN EENE REIS NAAR DE  0OST - INDIEN, 1830.

Jika ada yang belum tahu tentang siapakah sosok QMR ver Huell, hal terutama yang perlu  diingat adalah sebagai salah satu pelaku dalam sejarah perang 1817. Dia adalah komandan kapal Evertsen, dimana di dalam kapal inilah diceritakan kisah kapal Belanda yang digunakan untuk mengangkut para tahanan ke pulau Jawa untuk dijadikan budak dan Martha Tiahahu kemudian menunjukkan peranan yang mengagetkan banyak orang.

Saat itu, salah satu calon budak yang diangkut yaitu anak-anak muda dari Kepulauan Maluku dan di antaranya ada Martha Cristina Tiahahu. sebagai seorang gadis yang menunjukkan keberanian, walaupun pada akhirnya juga harus menghembuskan nafasnya di kapal tersebut. 

Pada intinya, karena tahu akan ada akibat yang buruk maka Martha Tiahahu memberontak. Tentu saja dia segera mengalami siksaan di tangan tentara VOC yang bertugas, namun ketika akan dimasukkan ke kapal dia justru tetap menolak makan dan juga menolak untuk diobati oleh para opsir Belanda. Hal tersebut  adalah sebuah puncak reaksi perlawanannya terhadap arogansi kaum penjajah, dimana dia berprinsip bahwa lebih baik mati daripada dijadikan budak.

Sebagai sebuah perbandingan ringkas, Abraham Lincoln yang merupakan tokoh anti perbudakan di AS pada waktu itu justru baru berusia sekitar 8 tahun ketika Martha Christina melawan perbudakan. 

Selain itu, ada juga orang yang bersikap seperti Martha Tiahahu melakukan mogok makan pada awal abad 19. Dialah Marion Dunlop, yang juga dikenal sebagai tokoh perempuan yang melakukan mogok makan pada awal abad 20, yakni pada 1909 di daratan Amerika Serikat dan ada juga Mohandas Gandhi, seorang India yang melakukan hal serupa pada tahun 1920-an di negeri Inggris.

Dengan usia yang sebetulnya masih tergolong amat belia dan rentang waktu perjuangan yang sangat singkat, tetapi Martha Christina Tiahahu memberikan kepada banyak orang tentang inspirasi perjuangan yang tidak pernah usang dimakan zaman. 

Itulah inspirasi dari kondisi zaman yang mendorong orang untuk selalu menentang penjajahan dan perbudakan. Disini pula maka Martha Christina Tiahahu telah bertindak melampaui zaman dan melampaui usianya sendiri. Tidak mengherankan kalau bank informasi Wikipedia menempatkan Martha Christina Tiahahu sebagai "Women in Warfare - The Military in The 19th Century."

Ya, Martha Christina Tiahahu memang merupakan perempuan Indonesia satu-satunya yang ditulis di dalam "Timeline Women in War" di abad ke-19.  Dia disebut dalam dialek setempat sebagai "Jujaro Kabaress"i yang luar biasa. Hal ini tidak mengherankan, sebab dari ibu dan ayahnya tetap mengalir darah "kapitang" hebat, yaitu Paulus Tiahahu yang sekaligus adalah keturunan dari kapitan besar Abubu yang bernama Tabiwakan Tiahahu (Walanda menulis Tapiewaka). Orang inilah yang oleh penduduk lokal juga dikenal menjadi salah satu pendiri negeri Abubu, sedangkan istrinya bernama Sina juga merupakan keturunan dari kapitan besar Titawa'ay bernama Lolohowarlau atau Warloho Warlau.

Keterangan tentang kisah hidup mereka itu dapat kembali dilacak oleh Dieter Bartels, yang pada tahun 1994 menerbitkan naskah disertasinya yang berjudul "In de schaduw van de berg Nunusaku. Een cultuur-historische verhandeling over de bevolking van de Midden-Molukken." 

Dalam naskah itu, Bartels juga menceritakan tentang kehebatan kapitan Sa'atitu dan kapitan Lesinusa Amalatu (Titawa'ay) yang mengalahkan kapitan Huatong (Si Mata Ampat) di dalam perang Mula'a. Setelah mengalahkan Kapitan Mata Ampat, pada saat itu juga lalu mengganti namanya menjadi Warloho Warlau.

Semoga semangat juang Martha Christina Tiahahu  dapat tetap menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda, terutama bagi kaum wanita di pulau itu untuk mewujudkan Maluku lebih baik dan tentunya juga bagi seluruh wilayah Indonesia.

Catatannya Tambahan:  Khusus tentang gambar profil Maria Tiahahu yang biasanya dijumpai di dalam buku pelajaran itu adalah hasil sketsa dan lukisan yang dibuat oleh Ver Huell tentang Christina Marta Tiahahu. Jadi, lukisan pada jaman sekarang pada sesungguhnya hanya sebagai sebuah ilustrasi atas wajah Christina, yang kemudian disesuaikan dengan wajah yang mirip dengan kondisi di jamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun