Mohon tunggu...
Cahyana Endra Purnama
Cahyana Endra Purnama Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mendapatkan pendidikan dasar sampai menengah di Yogyakarta, lulus sarjana ekonomi di UGM, melanjutkan program master di Wheaton MI, dan program doktor di Biola University California. Sekarang masih menjadi dosen di PTS di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Dana Hasil Ekspor Indonesia dan Kemungkinan Tanggapan Negatif dari Singapura

10 Maret 2023   00:09 Diperbarui: 10 Maret 2023   00:14 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pertanyaan Utama Yang Perlu Diperhatikan: Mampukah Kebijakan DHE Yang Ditetapkan Oleh Indonesia Dapat  Mengalahkan Taktik Singapura untuk Menyedot Devisa Hasil Ekspor Nasional?

Persoalan kritis tersebut memang menarik untuk diperhatikan lebih jauh. Mengapa? 

Selama beberapa tahun terakhir ini kita semua telah mengetahui bahwa Pemerintah Indonesia memang telah mampu mengendalikan arus pendapatan nasional, sehingga selama 33 bulan berturut-turut setelah Pandemi Covid-19 justru dapat diperoleh surplus. Hal ini sudah tentu juga sangat berpengaruh pada kondisi ketahanan nilai Rupiah yang relatif kuat dan stabil di pasar  perdagangan internasional. 

Dalam kondisi tersebut, para eksportir dan pelaku perdagangan luar negeri juga telah dapat menggunakan kesempatan untuk semakin mudah mengembangkan usaha ekspor dan impornya, bahkan dapat menikmati ragam bentuk kemudahan dalam menjalankan usahanya. 

Namun demikian, di balik rentetan angka surplus dalam rekening transaksi berjalan tersebut ternyata juga masih ada cukup banyak pelaku ekspor  yang tetap berusaha memetik keuntungan yang lebih besar lagi, yaitu dengan cara menyimpan dana hasil ekspor (DHE) yang mereka peroleh itu justru di negara tetangga, khususnya di Bank Nasional Singapura, bukan di tanah air sendiri. 

Mereka bersedia melakukan hal tersebut, karena di Singapura memang ada tawaran bunga yang dianggap sangat menguntungkannya, bahkan sampai dapat jaminan agar terlindung juga dari penyelidikan atas ragam sumber tabungannya. 

Sebagai akibatnya, dana hasil ekspor dan ragam bentuk simpanan dari Indonesia juga telah menumpuk disana dan dampak sampingnya juga sudah tentu dapat ditebak, yaitu memperlemah posisi nilai tukar Rupiah & sebaliknya justru membuat negara Singapura makin gemuk dengan simpanan modal. 

Tambahan lagi, selain dari cepatnya arus aliran dana simpanan tersebut telah memperlemah posisi cadangan devisa nasional dan lemahnya posisi perdagangan valuta asing di dalam negeri, bahkan ada hal lain yang sejauh ini cukup mengganggu kebijakan pembangunan, karena ada kekurangan sumber pendanaan dalam negeri. 

Dengan kata lain, arus dana yang cepat mengalir ke Singapura, bahkan dalam jumlah yang cukup besar, hal tersebut juga telah menjadikan semacam jebakan konyol bagi Indonesia, yaitu harus selalu mengharap untuk mengundang kucuran dana investasi dari sana, padahal semua itu banyak juga yang merupakan hasil simpanan para eksportir dari Indonesia. 

Berkenaan dengan kondisi yang cukup ironis seperti itu maka pemerintah Indonesia memang telah berusaha menetapkan kebijakan untuk sistem pengendalian DHE (Dana Hasil Ekspor) yang kompetitif, serta berhati-hati, agar jumlah dana yang terkumpul dari ekspor nasional itu dapat tetap dapat berada di dalam kendali perbankan di dalam negeri sendiri, setidaknya dalam jangka waktu tertentu. Kebijaksanaan itu juga sah dan wajar, seperti yang juga sudah diterapkan di negara2 lain. Bahkan lebih jauh lagi, Indonesia juga sudah menerapkan tingkat bunga yang lebih baik. 

Jika para eksportir Indonesia yang sejauh ini masih menyimpan uangnya di Singapura memang cinta kepada bangsa dan negara, maka tentulah mereka akan segera memindahkan dana simpanan mereka itu untuk dibawa ke dalam negeri dan diputar lebih dulu, sesuai dengan skema pengembangan ekonomi nasional. 

Namun jika para eksportir dan pemilik modal yang jumlahnya cukup besar itu masih tetap menganggap bahwa aneka bentuk simpanannya akan lebih aman berada di bank Singapura, tentu saja perlu menyadari bahwa keputusannya itu hanya akan terus  membuat rapuhnya cadangan devisa Indonesia dan hal itu dapat berarti juga sebagai tanda atas tipisnya kepercayaan dalam sistem perbankan nasional. 

Namun pada sebaliknya, jika para eksportir & pemilik modal tersebut segera bersedia memindahkan dana tabungannya ke dalam negeri, maka selain sama dengan menunjukkan sikap nasionalisme dalam bentuk dukungan untuk menguatkan kehidupan ekonomi nasional, tentu akan ada cukup banyak sesama warga negara  yang dapat ditolong dengan banyaknya lapangan kerja yang dapat dibuka. 

Tambahan bentuk keuntungan sosial ekonomi lain yang juga dapat dirasakan dalam perkembangan ekonomi nasional, pada tahap selanjutnya negara Singapura maupun negara-negara lain di lingkungan ASEAN tentulah tidak lagi akan meremehkan (bahkan mengejek) dan akan membuat perhitungan lain bagi Indonesia. Mereka tentu juga tidak akan lagi memandang rendah kepada para migran, atau oekerja Indonesia yang merantau di negara mereka dan menyebut sebagai "indon" atau "para babu". 

Syukurkah jika mereka pun akan menyadari adanya posisi tawar-menawar Indonesia yang sudah berubah dan menjadi sejajar dengan negara-negara anggota G-20, tetapi juga tetap setia kepada kesepakatan untuk dapat selalu tumbuh bersama di lingkungan ASEAN. 

Namun demikian, jika hal itu tidak dapat ditanggapi secara layak, misalnya Singapura dan Malaysia berusaha untuk terus menggencet Indonesia dengan memanfaatkan konektivitas mereka dengan negara-negara lain yang dianggapnya sebagai penyelamat, tentu saja Indonesia juga harus siap menghadapi dengan bijaksana dan dalam dukungan dari segenap warga yang cinta tanah air. 

Naskah ini pada awalnya merupakan tanggapan atas sajian video di link berikut ini - silahkan lihat https://youtu.be/2Y8IY-GVnFo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun