Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenalan, Pacaran, Putus ...

30 Juni 2012   09:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:24 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siklus kali ya? Suatu hal dimulai terus dialami, habis itu berakhir. Cara mengakhiri inilah yang biasanya berbeda-beda, ada yang atas dasar kesepakatan, keputusan sepihak atau dipaksa oleh "hukum alam".  Anak SMA yang putus pasca kelulusan misalnya, mereka mengakhiri status pacaran atas dasar kesepakatan, “Daripada pacaran long distance, enaknya kita putus aja ya Say. Meski... mungkin aku nggak bakal nemuin yang sebaik kamu!”. Padahal hatinya bilang “Aku mau nyari yang lebih baik dari kamu...”, hehehehe...

Lain halnya dengan gugatan cerai suami atau isteri, gugatan cerai yang berakhir dengan perceraian adalah pemutusan sepihak. Proses mengakhiri yang terakhir adalah dipaksa “hukum alam”, segala urusan dunia mau tidak mau harus berakhir jika sudah dijegal ajal, ya nggak Sista..?

Nah, ane juga pernah ngalami yang namanya KENALAN, PACARAN terus PUTUS...

“Emang apa istimewanya?”. Hehehe... makanya pantengin terus aje ceritanya ampe kelar ya Agan-agan sama Sista semua.. ^^ .

---- ----------------------------

Betul, betul, betul... kalo nyeritain ane pacaran mah apa uniknya ya nggak? lha wong pengakuan berpacarannya aja cuma dari satu pihak... hehehe... mesakke. Yang ingin ane ceritain entu cerita masa-masa ane KENALAN, PACARAN terus PUTUS ame yang namanya ROKOK.  Wehehe... lebih parah sebenere, ane pernah jadi playboy di dunia rokok. Namun, bagaimanapun bergonta-ganti pasangan ame yang namanya ROKOK, yang paling betah entu saat pacaran sama Cigarilles, Dji Sam Soe Filter, ame L.A. Light. Nggak tahu kenapa sih, cuma kesannya gagah 'n mewah aja kali ya. Padahal di iklan-iklan rokok yang ane lihat di teve, yang paling gagah ya iklannya Marlboro atau Djarum Super, Laki bwanget Boo..!! eh, kok Boo sih Cien... ^_^.

Ngawali Karier ...

Saat itu ane dikenalin seorang teman, sebut saja E, dia itu kakak kelas beda sekolah, ane kelas 4 dia kelas 5 SD. Tanpa tedeng aling-aling ia pamerkan tubuh mulus Gudang Garam filter  di depan kami, dipercikannya api di salah satu ujungnya lalu dihisap di ujung lainnya.

Ssssssssssssssssssppppppppppp ..... huuuuuuuuhhhhhhhhhhhhh... dihisapnya rokok itu lalu asapnya ia hamburkan. Pertamanya, ia lakukan biasa-biasa saja. Hingga hisapan ketiga tiba, dia membuat pertunjukan yang membuatku terpesona. Dihisapnya rokok itu agak lama, lalu, saat asapnya hendak dikeluarkan, tiba-tiba ia memonyongkan bibirnya, dan... pul... pul... pul...  pul... pul... keluarlah sekitar lima bulatan asap cantik dari mulutnya itu...

“Keren euy, kok bisa?” kami terkagum-kagum melihatnya.

“Pengen bisa? Nih ambil...” balas dia. Disodorkannya tiga linting tembakau bermerk Gudang Garam filter itu. D, langsung menyambar, sedang ane berdua sama si F sedikit gamang. E, dengan sigap meyakinkan kegamangan kami.

“Ambil... mumpung gratissss...” katanya.

“Nggak usah takut, nggak bakal ada yang lihat”. Tambahnya lagi. Ia seperti tahu kalau kami takut kepergok sama bapak-bapak kami.

Akhirnya, kami ambillah 2 batang sisanya itu, dibakar ujungnya dan berusaha menikmati setiap menghisapanya. Hingga hisapan terakhir, ternyata hanya D yang mulai bisa membuat lingkaran asap itu. Mungkin, karena aku sering menyia-nyiakan asap itu dengan batuk-batuk. Jadi tak pernah sukses bikin bulatan asap.

Nah, Agan dan Sista, dialah rokok yang ane pacarin pertama kalinya, Gudang Garam filter. Di sini, teman sangat mempengaruhi proses ane kenalan sama yang namanya rokok.

Jadi Playboy

Selalu malu-malu sama lawan jenis, lidah kaku dan kelu kalau ngadepin cewek, apalagi yang disukai, ternyata ane bisa juga jadi playboy, meski status playboy-nya berbeda, playboy rokok. Hehehe...

Sejak berkenalan sama Gudpil alias Gudang Garam filter, mulailah ane kenal dengan yang lain-lainnya yang menawarkan berbagai “kecantikannya”. Ada yang memperkenalkan diri sebagai mojang kretekseperti Adobijang, diajeng filter seperti Dji Sam Soe dan si langsing nan mulus hasil impor seperti L.A. Light.

Pengembaraan demi pengambaraan pun terus berlanjut, gonta-ganti pacar semakin menjadi-jadi. Berpacaran dengan si mewah Cigarilles, diajeng kretek Kudus, Taman Sriwedari, Sukun, hingga Minak Djinggo. Semuanya digarap. Kok bisa, anak kelas 4 SD melakukan penjelajahan seperti itu?

Inilah mungkin sisi negatif ane kenalan sama para ladies rock, hehe... maksude rokok. Ane berhasil melakukan penipuan penjualan @_@. Ceritanya, ane sering disuruh jaga warung sama sang kakak, kebetulan rokok termasuk barang dagangannya.  Jadilah ane lirik sana-lirik sini ame para rokok itu, sesekali kedip-kedipan mata. Jika sudah saling tertarik maka dari tiap bungkus berbeda-beda merk itu, dipinanglah masing-masing minimal 2 batang. Tentu nggak langsung dinikmati di TKP, mana berani? Apalagi hasil nilep barang dagangan.

Selain nilep barang dagangan, efek negatif berikutnya pun dateng. BOHONG. Ya berbohong jadi amalan berikutnya. Bohong untuk apa? Ya, untuk menikmati kenalan-kenalan dan pacar-pacar baru itu.

“Bu, Pak, malem ini ane nginep di masjid lagi ya”.

Begitulah yang dilakukan hampir setiap malem. Izin sama orangtua buat nyantri kalong (mengaji, nyantri/nginap di masjid), padahal tidur di rumah tetangga RT  yang swangat demokratis, hehehe... saking demokratisnya, beliau nganggap lumrah anak-anak yang rokok-an.

Tempat ngeksekusi pacar-pacar itu nggak mesti di rumah Pak Tetangga RT sebenarnya. Kadang kami melipir di tempat-tempat gelap, di pematang sawah atau tepi irigasi. Takut hantu? Takut sih sebenernya, cuma ya gimana lagi, sepertinya ane dah kecanduan. Jadi, per**tan dengan hantu, kalau ketemu mereka pun mau tak ajak stengan rokok ae. Males kalau ngasih sebatang penuh. Enak aja pengen gratisan, ini aja hasil nilep.

Buat para orangtua, tetep diawasi anak-anaknya ya, memberi kepercayaan kepada anak memang bagus, tapi terlalu percaya juga bisa menjadi kurang baik. Apalagi jika si anak kenal sama Bapak-bapak yang sangat demokratis. ^^ .

Dalam kasus ini, bukan karena Bapak sama Ibu ane nggak ngawasi ya Agan dan Sista... atau malah nggak tegas sama sekali, cuma anenya aja yang parah kali ya. Lha wong Bapak itu sekali saja ane ketahuan nggak ngaji, rumah langsung dikunci, ane nggak boleh masuk rumah coba, hingga tengah malem baru beliau bukain pintu. Padahal sat itu ane baru seumuran kelas 2 SD. Huhuhuhu... T_T

Taubat Nasuha

Tiga tahun melanglang buana, menjadi playboy rokok, akhirnya ane putus juga sama rokok-rokok itu. Untung saja putusnya ane sama rokok bukan make tipe ngakhiri yang ketiga, alias dipaksa sama "hukum alam", alias ko'it gara-gara serangan jantung, paru-paru, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Hehehe... secara, ane kan laki, masak terkena gangguan kehamilan dan janin... ^^.

Ane bisa putus sama rokok-rokok itu saat semester II kelas VI, Agan dan Sista... Putus karena terlupakan untuk menikmati mereka. Gara-garanya sibuk mempersiapkan Ujian Akhir Nasional (UAN SD). Ane menyibukan diri dengan 5 mata pelajaran utama: IPA, IPS, MATEMATIKA, BAHASA INDONESIA, dan PMP. Masalahnya bukan karena sudah diberlakukan nilai kelulusan minimal (saat itu masih 3,45 kalau nggak salah).

Ini soal pengakuan dan penghargaan kepada lulusan madrasah swasta. Secara, meskipun rangking ane dari kelas satu sampe kelas enam semester pertama bisa dijadiin pagar rumah, kalau dijejerin, tetep saja ane dianggap nggak kompetitif dibanding lulusan non madrasah alias SD Negeri. Sakiiiiiiiiiiiiiittttt dong Gan, Sista...  ya nggak? Makanya ane, entah kenapa, ada yang bisiki kayak gini:

“Ayo buktikan, lulusan madrasah swasta bisa lebih baik  dari Sekolah Umum Negeri”.

Begitulah kira-kira. Dan, ane nurut sama bisikan itu. Sakit hati karena disepelekan itulah yang telah membakar semua semangat ane. Dan, saking fokusnya sama 5 mata pelajaran itu, lupa deh sama sang pacar, biasanya tiap malem apel n nagabisin waktu bersama-sama mereka, malah nggak kepikiran sama sekali.

Dan, Alhamdulillah yah... dua hasil memuaskan pun ane raih. Pertama, saat wisuda madrasah tiba, ane jadi artis dadakan lho, Agan dan Sista... saat Pak Kepsek memberikan sambutan, tak henti-hentinya ia memancarkan wajah yang sumringah. Bahagia, karena kedatangan tamu dari Dinas Pendidikan Kecamatan. Bahagia karena madrasah yang dipimpinnya memperoleh predikat nilai UAN tertinggi se-kecamatan, mengalahkan Sekolah Umum Negeri. Dan, tentu ane-lah yang lebih bahagia karena selain dapet beasiswa “sekedarnya”, ahirnya ane bisa ngebungkam ejekan dan pelecehan masyarakat terhadap siswa lulusan madrasah.  Layaknya Signore Mario Barwuah Ballotelli yang ngebungkam media rasis, La Gazzeta dello Sport beberapa malam kemarin, saat berhasil nundukin skuad der panser.

Hasil kedua yang memuaskan adalah, sejak itu pula lah ane benar-benar bisa berhenti nyandu sama yang namanya rokok. Alhamdulillaah...



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun