"Buka mulutmu biadab!" paksa Rani. Tanpa perlawanan Bram membuka mulutnya, seperempat, setengah, hingga menganga. Menuruti kemauan pisau yang disisirkan Rani pada bekas sayatan pertama di leher Bram.
Saat ilat di ujung lidah Bram terpampang, Rani melecuhkan kembali ludahnya.
TCUHH... TCUH.. TCUHH! tiga kali ia melakukannya. Tepat masuk ke mulut Bram yang ternganga.
"Kenapa Bram? kamu merasa jijik HAH?"
"Telan Bram!"
Amarah Bram sempat tersulut oleh perlakuan Rani itu. Ia bergerak, berusaha melawan, tapi, TSSSS... ujung bilah pisau terasa anyep di buah jakunnya, kemudian berubah menjadi rasa perih. Lebih perih dari sebelumnya. Melupakan rasa jijiknya, ludah itu pun habis ditelannya. Mau tak mau.
"Kamu memang sampah Bram, ludahku pun masih kamu telan. Dasar manusia laknat!"
Tepat saat ujung mata pisau menyayat kembali lehernya, Rani terlihat sedikit lengah. Bram memanfaatkan keadaan itu. Berkelit ke samping kanan dan secepat kilat mencekal tangan Rani, membelokannya ke arah perut Rani dan....
]c[
Di hadapan penyidik kepolisian, Bram mengaku. Rani, perempuan yang kini terbujur kaku itu adalah korban nafsu bejatnya. Ia memperkosa Rani satu hari yang lalu.
Saat itu, Rani sedang dipengaruhi obat perangsang yang dicampurkan Bram lewat segelas anggur. Menurut pengakuannya, ia berani melakukan perbuatan bejat terhadap taman kantornya itu karena syahwatnya selalu bergelora jika melihat Rani. Rani cantik yang selalu berpakaian seksi.