Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Isra Mi'raj Akademik

28 Juni 2011   13:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Deliar Noer adalah orang Indonesia pertama yang menerbitkan karyanya di Oxford”.


Deliar Noer memang sukses menerbitkan karya di Oxford, tetapi Oxford yang di Singapura, bukan yang di Inggris seperti Prof. Yudian (hal. 26).


Prestasi-prestasi langka orang Indonesia yang dicatatkan Prof. Yudian lainnya adalah merekomendasikan 2004 MESA Mentoring Award untuk Prof. Issa J. Boullata. Jadi, jika biasanya seorang Indonesia minta rekomendasi seorang profesor barat, dalam kasus ini, seorang mahasiswa Indonesia justeru yang memberi rekomendasi untuk seorang profesor barat.


Selain itu, Prof. Yudian juga sukses melakukan presentasi ilmiah di forum-forum internasional. Di Harvard misalnya, sepanjang 2003 – 2004 beliau empat kali melakukan presentasi (hal.233). Jika pakar-pakar Studi Islam di Indonesia sangat gandrung mengutip pemikiran Hassan Hanafi, M. Arkoun dan Edward W. Sa’id beliau justeru duduk bersama menjadi presentator dalam sebuah seminar (Bab VIII).

  • Kuncinya, 'Tahajud Ilmiah'. Tahajud berasal dari kata jahada. Ijtihad berasal dari kata jahada dan jihad juga berasal dari kata jahada (kerja keras). Artinya, setelah shalat tahajud, tidak langsung tidur. Tetapi, dilanjutkan dengan ijtihad atau kerja pikir, membaca buku 100-200 halaman. Kemudian, hasil membaca dituangkan dalam satu hingga dua lembar tulisan. Itu namanya jihad ilmiah.Kalau itu dilakukan setiap hari, dalam satu tahun akan diperoleh 730 lembar artikel. Kalau ini dilakukan secara kontinyu, akan terjadi perubahan sejarah.


Selama ini kelemahan umat Islam memahami tahajud hanya pada shalat. Tidak dilanjutkan dengan ijtihad dan jihad. Jihad itu ada bermacam-macam, ada jihad ekonomi, politik, lingkungan, dan lain-lain. Tetapi, yang saya lakukan yang saya suka, yaitu jihad ilmiah.

[Kutipan wawancara di Koran Republika, April 2009]

Narsis

Mungkin bagi sebagian pembaca buku “Jihad Ilmiah; dari Tremas ke Harvard” menangkap kesan arogan dan keangkuhan Prof. Yudian di dalamnya. Bahasa “Aku” dalam buku ini bagi sebagian penulis biasanya menjadi salah satu indikasinya.


Selain itu, dalam beberapa bab (VII, IX, X) beliau sering membandingkan antara dirinya dan beberapa tokoh seperti Cak Nur, Harun Nasution, Azyumardi Azra dan Komarudin Hidayat mengenai prestasi. Perbandingannya (didukung fakta) itu seperti sebuah deklarasi bahwa beliau adalah yang terbaik diantara tokoh-tokoh itu. Sindiran pedas beliau untuk Komarudin Hidayat (Rektor UIN Jakarta saat ini) bahkan seolah-olah sebagai tsunami kekesalan masa lampau beliau yang deras menghantam (hal. 154).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun